Sumo Bukan Sekadar Dua Orang Gemuk Bergulat

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sumo Bukan Sekadar Dua Orang Gemuk Bergulat

Syanti Mustika - detikTravel
Jumat, 21 Jul 2017 09:35 WIB
Foto: Sumo, gulat ala Jepang (Reuters)
Tokyo - Bila mendengar kata Sumo, yang terbayang di benak kita adalah dua orang gemuk saling dorong di dalam lingkaran. Namun, banyak cerita menarik dari sumo lho!

Tidak lengkap rasanya jika kita mengenal Jepang hanya sebatas Gunung Fuji dan kemolekan bunga sakura. Di Jepang terdapat olahraga Sumo, olahraga tertua yang masih bertahan dan bisa kita saksikan sampai sekarang.

Dikumpul detikTravel dari berbagai sumber, Jumat (21/7/2017) sumo telah ada sejak berabad-abad yang lalu dan berkembang pada masa Zaman Edo (1603-1868). Sumo dulunya digunakan sebagai ritual dalam kegiatan-kegiatan tradisi Jepang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pegulat atau disebut rikishi nantinya akan saling behadapan. Mereka tidak memakai baju apapun, kecuali mawashi (cawat) yang menutup bagian alat vital. Para pegulat nantinya akan bertarung di dalam dohyo (arena berbentuk lingkaran). Mereka akan saling mendorong, bergulat, dan mencoba saling melempar, sampai salah satunya keluar dari dohyo, atau menyentuh area luar dohyo.

Dohyo adalah sebuah cincin berdiameter 15 kaki ( hampir 5 meter). Biasanya dohyo memiliki tinggi sekitar 70 cm yang di dalamnya ditaburi pasir halus. Tepi-tepi cincin nantinya dibatasi tali dari jerami. Jadi jika pegulat menyentuh tepi dohyo atau keluar dari dohyo, dia dinyatakan gugur.

Sebenarnya olahraga yang menyerupai sumo juga ada di negara-negara lain. Seperti ssrium di Korea Selatan, boke di Mongolia, dan Yagli di Turki. Untuk di Jepang, sumo ditandai dengan ditemukannya patung sumo yang diperkirakan telah ada sejak abad ke tiga. Serta sumo juga diceritakan di dalam motis dan legenda Kojiki dan Nihonshoki (buku yang ditulis pada abad ke 8).

Dahulunya pertarungan sumo diadakan ketika musim awal menanam padi, sebagai bentuk cara memprediksi hasil panen. Sedangkan pada periode Nara (710-794) dan Masa Heian (794-1192) sumo ditampilkan untuk menghibur kaisar dan pejabat penting.

Adapun aspek budaya yang bisa kita lihat dari gulat sum diantaranya jambul rambut pegulat. Juga dari pakaian wasit, yang mengenakan baju tradisional Jepang, Kimono. Serta adanya ritual melepar garam sebelum bergulat yang berfungsi untuk mengusir dan membersihkan arena dari roh jahat.

Semakin berkembangnya zaman, pertandingan sumo tidak hanya dinikmati oleh orang-orang penting atau pejabat saja. Namun siapapun bisa menonton pertandingan sumo. Bagi traveler yang ingin merasakan suasana gulat sumo datang saja ke Tokyo, Osaka, dan Kyoto.

Sekarang para pegulat tidak hanya berperan sebagai atlit saja. Mereka juga berperan sebagai duta budaya Jepang dan berperan dalam kegiatan lintas negara. (aff/aff)

Hide Ads