Berada di Pusat Waktu Dunia, Apa Rasanya?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Laporan dari Inggris

Berada di Pusat Waktu Dunia, Apa Rasanya?

Erna Mardiana - detikTravel
Kamis, 16 Nov 2017 16:10 WIB
Foto: Mengunjungi Royal Greenwich Observatory di Inggris (Erna/detikTravel)
London - Traveling ke Inggris, sempatkan ke Greenwich. Nah, Greenwich sendiri dikenal sebagai kawasan yang jadi tempat garis bujur 0 derajat dan patokan waktu dunia.

Greenwich Mean Time (GMT), ya pasti kalian tidak asing lagi dengan istilah ini. GMT, rujukan waktu internasional yang pada mulanya didasarkan pada waktu matahari di Greenwich yang kemudian berdasarkan jam atom.

Saya dan seorang wartawan serta dua influencer lainnya sengaja diundang Garuda Indonesia dan Embassy British di Jakarta untuk merasakan penerbangan nonstop selama 14 jam Jakarta-London serta mengunjungi sejumlah tempat wisata beberapa waktu lalu. Garuda per 31 Oktober lalu membuka rute penerbangan nonstop ini. Setiap minggu ada tiga kali penerbangan, Selasa, Kamis dan Sabtu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BACA JUGA: Asyiknya Menjajal Terbang Jakarta-London Nonstop dengan Garuda

Kami pun diajak ke Royal Greenwich Observatory (RGO). Namun sebelumnya menikmati afternoon tea di Orangery, The Fan Museum, 12 Crooms Hill, Greenwich.

Kami berjalan cukup jauh dari dermaga Greenwich setelah naik kapal dari Westminster. Namun itu sebanding dengan pemandangan bangunan sepanjang jalan yang sayang dilewatkan untuk difoto.

(Erna/detikTravel)Koleksi di The Fan Museum (Erna/detikTravel)
The Fan Museum adalah museum kipas yang memamerkan segala hal tentang kipas tangan dari berbagai zaman di belahan dunia. Tak kurang dari 4 ribu koleksi kipas tangan, helaian kipas dan gagangnya dipamerkan di gedung tua dua lantai ini.

Koleksi tertua tertanggal berasal dari abad ke-10 dan yang termuda dari abad ke-18 dan 19. Pengunjung dapat menikmati desain unik dari masing-masing kipas yang memiliki fungsi yang berbeda seperti pendingin, aksesoris, simbol status, maupun hadiah untuk acara-acara tertentu.

Untuk masuk ke museum ini, kami membayar 4 Poundsterling (Rp 71 ribu) per orang. Selanjutnya setelah puas berkeliling, kami menuju bagian belakang museum. Sebuah rumah kaca atau orangery yang menempel ke bangunan museum dan menghadap taman apik, menjadi tempat kami menghabiskan afternoon tea.

"Afternoon tea di sini dianggap paling best value, karena kita bisa mendapat pengetahuan soal Fan Museum dan juga ngeteh," ujar Bianka Syarief, dari British Embassy. Dengan 6 Poundsterling (Rp 107 ribu), kita bisa menikmati teh, krim, selai dan cake.

Selanjutnya kami meneruskan perjalanan menuju Royal Greenwich Observatory (RGO). Sebelum menuju sana, kami melewati taman yang sangat luas. Dari kejauhan terlihat bangunan mencolok yang merupakan National Maritime Museum.

Observatorium ini letaknya di puncak bukit. Kami harus melalui jalan setapak yang menanjak, dan semakin curam saat mendekati lokasi. Wuiih, capek juga. Makin atas, suhunya pun makin dingin. Itu terbayar dengan pemandangan di atas. Indah banget! Terlebih saat itu waktu mulai memasuki senja. Semburat jingga memancarkan keemasan.

BACA JUGA: Nikmatilah London dari Thames River

Akhirnya sampailah di depan gedung Royal Greenwich Observatory. Di depan gedung yang dibangun tahun 1675 itu terdapat jam yang menempel pada dinding gerbang. Jika jam biasa adalah hanya 12 jam untuk satu putaran jarum pendek, maka pada jam ini diperlukan waktu 24 jam untuk menghabiskan waktu seputaran. Jam ini mulai beroperasi pada tahun 1852 dan saat ini gerak jam dikendalikan oleh high grade quartz clock dari ruang utama gedung Observatory.

Untuk masuk observatorium, kami harus membeli tiket sekitar 6,5 Poundsterling (Rp 115 ribu) per orang. Karena sudah terlanjur sore, kami hanya punya waktu kurang dari 30 menit, sehingga kami tidak bisa berkeliling ke setiap penjuru observatorium.

Dari pintu utama di bagian depan, pengunjung langsung diarahkan memutar gedung lewat bagian belakang dan terus mengarah ke halaman dalam. Di halaman, terdapat sebuah gedung dengan di atapnya ada bola berwarna merah.

(Erna/detikTravel)(Erna/detikTravel)
Konon, gedung yang bernama Flamsteed House ini dipakai oleh para astronom kerajaan dan keluarganya di masa lalu. Bola berwarna merah yang disebut time ball ini dipakai para pelaut zaman dulu untuk mencocokkan waktu.

Selanjutnya saya masuk ke Meridian Building, yaitu rumah yang dijadikan pembatas dunia karena adanya garis paling terkenal yaitu Meridian Line. Ini merupakan garis pembatas dunia belahan barat dan timur.

Garis ini adalah posisi Garis Bujur (longitude) pada 0 (nol) derajat, dan dikenal dengan sebutan Prime Meridian. Di dalam rumah terdapat teleskop kuno nan besar, dan beberapa alat berat lainnya.

(Erna/detikTravel)(Erna/detikTravel)


(Erna/detikTravel)(Erna/detikTravel)
Di kompleks Royal Greenwich Observatory ini, terdapat beberapa gedung menarik lainnya sebenarnya. Antara lain Great Equatorial Building di mana terdapat teleskop terbesar di Inggris berdiameter 28 inci yang telah berumur lebih dari 100 tahun, Astronomy Center dan juga Peter Harrison Planetarium.

Ada pula Altazimuth Pavilion yang dibangun pada 1899 di mana terdapat teleskop untuk mengamati matahari. Sayangnya saya tak sempat masuk, karena hari sudah mulai gelap dan observatorium pun segera tutup.

(Erna/detikTravel)(Erna/detikTravel)
Memandang dari kejauhan, warna jingga yang tertutup di balik pepohonan seolah menggugat kenangan masa lalu. Senja, di mana pun selalu terasa hangat...

Oh ya, bagi kamu yang akan ke Greenwich, selain bisa menggunakan kapal menyusuri Thames River dari Westminster, bisa juga menggunakan bus dari Pekham Bus Station dengan bus nomor 53 dan 177 atau naik tube menuju Greenwich Station. (ern/krn)

Hide Ads