Selama 2.000 tahun lebih, Jalur Sutra menjadi tempat pertemuan antar peradaban China, India, Timur Tengah dan Eropa. Kawasan Jalur Sutra Xinjiang menjadi tempat tinggal bagi 56 etnis minoritas.
Ketika mereka dikumpulkan dalam satu panggung, hasilnya adalah sebuah pertunjukan yang spektakuler. Inilah yang bisa disaksikan wisatawan di Xinjiang Grand Theatre dalam pertunjukan berjudul Revisiting The Western Region.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sebelum masuk, ada gimmick di luar teater untuk wisatawan berupa foto cosplay dengan baju tradisional bersama unta dan kuda. Kedua hewan ini sangat penting dalam sejarah penjelajahan Jalur Sutra.
Untuk menonton pertunjukan ini harga tiketnya adalah 380 Yuan sekitar Rp 760 ribu. Pertunjukannya 2 hari sekali setiap pukul 20.30 waktu setempat. Bangku teater malam itu hanya terisi separuhnya saja.
Pangungnya luas dan lebar dengan dinding yang penuh memakai teknologi video mapping. Efek asap, tirai air, kolam dan efek lain juga dipergunakan.
![]() |
Pertunjukan pun dimulai dengan cerita utama penjelajahan di Jalur Sutra, aneka kisah dan legendanya. Tarian ditampilkan silih berganti mewakili etnis-etnis yang ada di Xinjiang.
Para penari etnis muslim Uyghur dengan wajah bule menari lincah dengan kostum warna-warni. Para perempuannya cantik jelita menari gemulai dengan tema musim semi, cinta, panen buah dan kehidupan bahagia. Tari perut juga ada lho!
Aneka alat musik etnis minoritas Xinjiang ditampilkan. Mulai dari Dutar, gitar tradisional, sampai rebana khas Uyghur yang disebut Dap.
![]() |
Yang seru, mereka menampilkan elang sungguhan, kuda dan unta di dalam pertunjukan ini. Terbayang kan betapa besar dan luas panggungnya. Penampilan tidak hanya di depan panggung, tapi juga ada di selasar di antara tempat duduk dan aksi bergantung di atas penonton.
Kisah yang ditampilkan ada tentang legenda batu giok Hotan dan kisah mahluk-mahluk fiksi seperti apsara atau bidadari. Ada juga kisah cinta dan peperangan melawan para bandit di Jalur Sutra.
Ada babak khusus tentang pengaruh Buddha, namun tidak ada cerita khusus tentang masuknya Islam di Jalur Sutra. Meski tidak disebutkan secara eksplisit, warisan peradaban Islam tampak jelas dalam peci yang dipakai para pria dan hijab penuh hiasan yang dipakai para penari perempuannya.
![]() |
Kostum ala dongeng 1.001 Malam serta video mapping istana ala Timur Tengah, serta kisah tentang alat musik yang dipengaruhi tradisi Islam, tampil dalam pertunjukan ini. Memang kental sekali warisan peradaban Islam di Jalur Sutra yang tampil dalam pertunjukan ini.
Tidak hanya etnis Uyghur. Etnis Hui, Kazakhs dan Mongol juga tampil dengan tarian masing-masing dengan beda lagi kostumnya. Semuanya sungguh menghibur dan penuh warna.
Pertunjukan semakin seru lagi dengan beberapa kali penampilan aerial dancing yang tergantung dengan 2 kain di udara. Ditampilkan juga permainan akrobat tradisional ala sirkus yang menjadi kebudayaan etnis Uyghur.
Menonton teater Revisiting The Western Region, seperti melihat lagi perjalanan budaya Jalur Sutra selama 2.000 tahun, dalam 1,5 jam pertunjukan. Harga tiketnya setimpal dengan tontonan yang berkesan untuk para traveler.
![]() |
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?