Dilansir CNN Travel +, Jumat (3/5/2019), apa yang diakukan ketika pendaki ingin buang air besar di Everest? Menggali lubang di salju adalah hal yang mustahil meski hal ini terjadi di beberapa kamp, jelas mantan pendaki dan insinyur, Garry Porter.
Gunung Everest adalah yang paling tinggi di dunia di mana fasilitas umum sangat langka. Para pendaki didorong untuk menyimpan kotoran mereka di tas sekali pakai dan membawanya turun bersama mereka, jelas petualang Ben Fogle.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Porter lokal dipekerjakan untuk memanggul tong biru turun dari basecamp Gunung Everest ke Gorak Shep. Ini adalah danau membeku yang berada di ketinggian 5.181 mdpl.
![]() |
Di sekitar Gorak Shep tinja dibuang di lubang terbuka. Akan tetapi, masalah terjadi, kotoran manusia tidak terurai pada ketinggian dengan suhu di bawah suhu nol derajat. Nah lho!
Sebaliknya tinja itu mengering atau semi kering, lalu melepaskan gas berbahaya, kata Garry. Tak berhenti di situ, tinja ini juga berpotensi merembes ke sistem pasokan air.
Untuk mengatasi masalah ini, Garry mulai mengerjakan proyek digester biogas (pengurai tinja dan gas) yang dapat beroperasi di iklim keras Everest. Setelah beroperasi, digester akan mengubah limbah manusia menjadi gas metana yang dapat digunakan untuk memasak atau penerangan, dan hasil akhir tinja yang berguna dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman.
Baca juga: Begini Misteri dan Fakta Palung Mariana |
![]() |
Akan tetapi, mikroorganisme hidup dalam digester harus tetap hangat untuk memecah limbah. Garry dan timnya berencana menggunakan tenaga surya untuk memanaskan digester.
Para peneliti dari Universitas Seattle dan Kathmandu telah melakukan beberapa tes untuk melihat apakah teknologi itu berfungsi. Garry memperkirakan digester pertama akan menelan biaya pembangunan sekitar USD 500.000 atau setara Rp 7,13 miliar.
Berita terbaru, Gunung Everest telah 'diubah' pendaki menjadi tempat sampah tertinggi sedunia. Tiga metrik ton atau setara 3.000 kilogram sampah telah dikumpulkan dari gunung hanya dalam dua minggu pertama, menurut AFP. Tugas mulia ini sedang dilakukan oleh tim beranggotakan 14 orang.
Mereka telah menetapkan tugas dengan target menurunkan 10 metrik ton dalam 45 hari. Limbah yang diturunkan dalam Kampanye Pembersihan Everest (Everest Cleaning Campaign) yakni kaleng kosong, botol, plastik, dan peralatan pendakian yang dibuang. (msl/fay)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Sepi, Waktu Tempuh 1,5 Jam dari Bandung Jadi Biang Kerok?
KA Sancaka Dilempar Batu, 2 Penumpang Kena Serpihan Kaca