Cerita tentang Jepang rasanya tak pernah habis. Tak melulu soal bentang alam, sejarah, dan budayanya tapi kehidupan masyarakat sehari-hari Jepang juga asyik buat dikulik.
BACA JUGA: Bisakah Kita Segila Jepang dan Islandia dalam Menjaga Alam?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"90 Persen alamatnya sama, jadi kami yakin ini adalah penginapan kami. Pintunya terkunci dan kagetnya, ternyata ada penghuninya orang Jepang di dalamnya," ujar Emma.
Yang bikin Emma tak kalah terkejut, penghuni apartemen itu tidak panik, berteriak atau menelpon polisi. Malah, dia membantu Emma mencarikan alamat penginapannya.
Akhirnya alamatnya tidak ketemu juga dan Emma harus melanjutkannya sendiri. Penghuni apartemen tersebut pun berkata sumimasen yang artinya saya meminta maaf.
"Padahal saya adalah orang asing dan mencoba membuka pintu mereka sampai mungkin berisik, hingga mereka terbangun," kata Emma.
Sumimasen dan Kerendahan Hati
Tahukah kamu, sumimasen punya banyak arti. Sumimasen bisa berarti permintaan maaf, ungkapan rasa terima kasih, dan permisi. Bagi kita, sumimasen pasti sering kita dengar di restoran-restoran Jepang di Indonesia.
Kembali pada artikel BBC, sumimasen nyatanya menjadi salah satu prinsip hidup orang Jepang. Prinsip untuk hidup dalam kerendahan hati.
"Hanya 10% dari sumimasen adalah permintaan maaf. Sisanya digunakan untuk menunjukkan rasa hormat, kesopanan, dan kejujuran," ujar sastrawan bahasa Jepang, Laurie Inokuma dari Cornell University, AS.
![]() |
Menurut Inokuma, sumimasen merupakan ucapan sehari-hari yang dilakukan orang lain. Bisa jadi ketika ada seseorang yang membuka pintu untuk, dibalas dengan kata sumimasen.
"Tidak selamanya arigato, tapi sumimasen juga bermakna terima kasih dan suatu respon untuk itu," terangnya.
"Ada kerendahan hati pada sumimasen, tergantung bagaimana kondisinya saat itu diucapkan, bisa berarti terimakasih atau meminta maaf.
BACA JUGA: Mengapa Jepang Disebut 'Negeri Matahari Terbit'?
Maaf dan Terima Kasih
Sumimasen bisa mengandung dua makna sekaligus, maaf dan terimakasih. Dari situlah, orang-orang Jepang menjadikan landasan hidup sehari-hari.
"Ada norma-norma kesopanan bagi masyarakat Jepang untuk hidup sehari-hari dan menghormati orang lain," kata Inokuma.
Jepang memiliki beberapa kota terpadat di dunia, dengan 93,93% populasi ada di wilayah perkotaan. Tokyo misalnya, memiliki sekitar 6.150 orang per km persegi, dibandingkan dengan London 5.729.
![]() |
Rata-rata ruang hidup per orang di Jepang adalah 22 meter persegi, tapi turun 19 meter persegi di Tokyo. Meski padat dan begitu dinamis, kesopanan selalu punya ruang dan tidak bisa ditinggalkan.
"Selalu ada rasa hormat untuk orang lain," tegas Inokuma.
Apa kata orang Jepang sendiri?
Hidetsugu Ueno, salah seorang pengusaha kafe di Tokyo membenarkan soal sumimasen. Menurutnya, maaf dan terimakasih adalah suatu sikap yang berjalan dengan empati.
"Tentu saja kami tidak ingin meminta maaf, jika tidak perlu. Tetapi, kita selalu dapat menempatkan diri kita pada posisi orang lain dan merasa empati pada mereka, jadi kita ingin mengatakannya," terang Ueno.
Contoh paling simpel saja, adalah ketika ada dompet yang terjatuh. Di Jepang, dompet yang terjatuh dari pemiliknya atau tertinggal, pasti akan kembali kepada pemiliknya atau bisa didapatkan di kantor polisi.
![]() |
"Jika kita melihat dompet di jalan, kebanyakan orang Jepang akan membawanya ke kantor polisi. Mengapa? Karena kita tahu berapa banyak orang yang menderita ketika mereka kehilangan dompet," terang Ueno.
"Jika Anda memikirkan hal itu terjadi pada Anda, Anda harus tahu bagaimana harus bereaksi. Kami belajar hal seperti itu sewaktu kami kecil di sekolah," tambahnya.
BACA JUGA: Kebersihan Jadi Agama dan Gengsi Orang Jepang
Tahukah kamu, rupanya sekolah-sekolah di Jepang punya mata pelajaran 'pendidikan moral' yang sudah diterapkan sejak tahun 1985. Salah satu yang diajarkan adalah bagaimana mementingkan kepentingan bersama dibanding kepentingan pribadi.
"Itu bahkan merupakan ajaran seorang samurai sejak zaman dulu, untuk melakukan sesuatu demi kebaikan orang lain," tegas Ueno.
Rasa meminta maaf, terimakasih, dan permisi seperti dalam kata sumimasen sejatinya adalah bahasa yang kompleks. Jika disederhanakan adalah berbuat baik untuk sesama, baik kepada orang-orang sebangsa maupun orang-orang dari ras, suku, dan bangsa lain.
![]() |
Maaf menjadi jendela kesopanan. Rasa terima kasih dan permisi merupakan bentuk moralitas. Apa yang kita lakukan kepada orang lain, rasanya harus kita pikirkan dulu baik-baik. Apakah kita juga mau diperlakukan seperti hal yang sama?
"Bukankah memang menjadi manusia itu harus baik, jujur, dan tulus?," kata Ueno menutup perbincangan.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan
Sound Horeg Guncang Karnaval Urek Urek Malang