Kendati belakangan ini citra Myanmar tercoreng karena adanya penganiayaan pada kaum minoritas Rohingnya, wisatawan tetap antusias datang ke negara itu. Berdasarkan data dari UNWTO, pada 2018 lalu sekitar 3,6 juta turis asing datang ke sana. Jumlah ini bahkan naik 3 persen dari tahun sebelumnya.
![]() |
Baca juga: 'Kota Hantu' bak Negeri Dongeng |
![]() |
Saat menyaksikan kuil itu, Veillon campur aduk antara "senang dan sedih." Dia membeberkan alasannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia senang pagoda di kuil ini sedang direnovasi dan dipulihkan, di sisi lain, dia kadung terpikat pada tempat itu apa adanya seperti saat ini. Ia khawatir setelah direnovasi, ada kesan yang hilang.
"Saya benar-benar menikmati memotret kuil-kuil tua yang ditumbuhi tumbuhan di mana-mana. Itu menunjukkan bahwa waktu dapat mengubah tempat dan segala sesuatu di sekelilingnya dengan atmosfer mengerikan dan magis," katanya.
Veillon mengatakan tempat-tempat yang ditinggalkan, yang tak lagi digunakan, dan dihancurkan akan tetap menjadi objek utama ketika ia memotret.
"Bagi saya, foto saya berfungsi sebagai jenis baru dari 'Momento Mori'. Foto-foto itu mengingatkan kita bahwa segala sesuatu akan berakhir, dan kita harus menikmatinya selagi masih ada,"kata dia.
Simak Video "Video: Junta Militer Myanmar Tolak Gencatan Senjata Meski Korban Gempa Meningkat "
[Gambas:Video 20detik]
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!