Semua warga yang diindikasikan terkena wabah pes akan dikirim langsung ke Poveglia. Saking takutnya dengan wabah mematikan ini, orang yang menunjukkan tanda gejala paling ringan saja harus langsung diangkut ke Poveglia.
Para tenaga medis menggunakan jubah hitam sebagai APD dan topeng burung gagak sebagai masker dan berpatroli di Poveglia. Bau jenazah yang menyengat mengharuskan para dokter memakai wewangian dan ramuan di paruh topeng gagak untuk mencegah bakteri.
![]() |
Kematian massal terus terjadi. Warga Poveglia yang sudah mulai frustrasi akhirnya membakar mayat-mayat pasien dari wabah ini. Totalnya ada 160.000 mayat yang dibakar di pulau mungil tersebut.
Seiring dengan berlalunya Black Death, Pulau Poveglia juga dijauhi oleh warga Venesia. Bahkan, para nelayan enggan untuk mencari ikan di sekitar pulau karena seringkali mendapatkan tengkorak atau tulang manusia.
Pada tahun 1922, nama Poveglia kembali santer di Venesia. Sebuah rumah sakit jiwa dibangun di Poveglia. Kabar yang beredar pengelola dari rumah sakit tersebut juga seorang dokter yang gila dan jahat.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol