Toleransi di Tanah Kelahiran Laksamana Cheng Ho Saat Ramadhan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ramadhan di Negeri Orang

Toleransi di Tanah Kelahiran Laksamana Cheng Ho Saat Ramadhan

Adhita Sri Prabakusuma - detikTravel
Kamis, 14 Mei 2020 03:13 WIB
Suasana di Kunming, Tiongkok saat Ramadhan
Foto: Adhita Sri Prabakusuma
Kunming -

Sebelum Tiongkok lockdown pada 23 Januari 2020 lalu, Profesor Huang Aixiang merencanakan mengajak mahasiswa Muslim bimbingannya untuk mengunjungi monumen Laksamana Cheng Ho di Kunyang.

Profesor Huang adalah seorang pengajar dan peneliti senior di bidang ilmu dan teknologi susu yang telah 30 tahun bekerja di Yunnan Agricultural University, Kunming. Profesor Huang memang terkenal sangat toleran dan perhatian kepada mahasiswa Muslim bimbingannya.

Sebelumnya, beliau juga pernah membimbing mahasiswa muslim asal Xinjiang. Bahkan mahasiswa tersebut berhasil didampingi untuk menerjemahkan buku Halal Food Production yang ditulis oleh Mian Riaz dan Muhammad Chaudry terbitan CRC Press, Taylor and Francis Group ke dalam bahasa Mandarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di laboratorium keamanan pangan yang beliau pimpin, tercatat ada dua orang mahasiswa doktoral Muslim di bawah bimbingannya. Kedua mahasiswa bimbingannya tersebut adalah Ma Qingwen (26) yang asli orang Tiongkok dan Penulis sendiri (32) dari Yogyakarta.

Jika melihat marga "Ma", jelas dapat dikenali bahwa Ma Qingwen merupakan salah seorang anggota keluarga Muslim suku Hui. Ma Qingwen ini berasal dari Dali, Yunnan, satu marga dengan Laksamana Cheng Ho yang bernama asli Ma Sanbao dan Jack Ma founder Alibaba yang bernama asli Ma Yun.

ADVERTISEMENT

Nama marga Ma ini digunakan oleh suku Hui untuk menunjukkan latar belakangnya dari keluarga Muslim. Marga Mǎ (马) sendiri diambil dari kata Muhammad, selain itu juga diartikan secara harfiah sebagai "kuda". Arti ini merujuk pada sejarah Muslim yang dahulu berdagang melalui jalur sutera kuno di era Dinasti Tang dengan menaiki kuda.

Toleransi para Profesor kepada mahasiswa yang berpuasa rupanya, tidak hanya Profesor Huang, dosen-dosen lain di kampus-kampus di provinsi Yunnan juga mempunyai toleransi yang tinggi kepada Muslim, termasuk untuk urusan berpuasa. Hal ini sangat berbeda jauh dengan apa yang diberitakan di media-media asing yang menyebutkan bahwa, di Tiongkok, pemerintah melarang ibadah puasa.

Di awal Ramadhan 1441 H ini contohnya, Profesor Shi Dongqi dari Kantor Urusan Internasional di kampus yang sama dengan Profesor Huang, mengirimkan makanan buka puasa dan sahur untuk mahasiswa/i Muslim dari Indonesia. Ditambah lagi, Profesor Ma Fang dari Kunming Medical University juga memberikan ucapan selamat berpuasa Ramadhan kepada kami.

Ada sebuah pengalaman unik. Tahun lalu, Penulis mendapatkan dua kali undangan makan malam bersama Profesor Huang yang berbarengan dengan acara berbuka puasa bagi mahasiswa/i Muslim bimbingannya. Toleransi sangat terlihat saat acara makan malam tersebut. Pertama, Beliau mengajak makan malam di salah satu restoran Halal Suku Hui bernama Qīngzhēn Hóngniúyuán (清真红牛园).

Berbuka puasa bersama Profesor Huang Aixiang di restoran Halal Qīngzhēn Hóngniúyuán 清真红牛Berbuka puasa bersama Profesor Huang Aixiang di restoran Halal Qīngzhēn Hóngniúyuán 清真红牛 Foto: Adhita Sri Prabakusuma

Kedua, beliau meminta izin kepada mahasiswa/i muslim bimbingannya untuk makan terlebih dahulu sebelum waktu berbuka tiba karena beliau bukan seorang Muslim. Ketiga, menu spesial untuk yang berbuka puasa juga disiapkan secara khusus.

Yang lebih spesial lagi, saat salat Jumat, Tarawih, hingga Idul Fitri, para profesor memberikan izin kepada mahasiswa Muslim bimbingannya untuk menunaikan ibadah. Yang lebih penting bagi mereka sebenarnya adalah silakan beribadah asal tugas penelitian di laboratorium dan kuliah tetap lancar.

Mudahnya mencari makanan halal di kota Kunming....

Mudahnya mencari makanan halal di kota Kunming

Di Kunming, mahasiswa Tiongkok dari suku Muslim Hui berjumlah lebih dari 1.500 orang. Hampir di setiap kampus ada mahasiswa ataupun dosen lokal yang berlatar belakang suku Hui. Hal ini diakomodasi oleh otoritas pemerintah dengan membuka kantin halal di setiap kampus.

Keberadaan kantin halal ini tidak hanya berlaku di Kunming, tetapi merata di semua kota di Tiongkok. Di luar kampus pun, sangat mudah untuk mendapatkan produk-produk Halal yang dijajakan oleh pedagang street food, convenient store, penjual makanan di pasar, hingga restoran mewah. Jumlahnya ribuan dan tersebar di setiap penjuru tempat di Kunming.

Berbuka puasa di Halal street food Báiyún 白云 Jalan BeijingBerbuka puasa di Halal street food Báiyún 白云 Jalan Beijing Foto: Adhita Sri Prabakusuma

Konsentrasi lokasi para penjual makanan halal dengan label qīngzhēn (清真) ini umumnya berada di dekat kampus, komunitas yang banyak dihuni suku Hui, dan sekitar masjid. Hal ini membuat traveler maupun mahasiswa internasional Muslim lebih nyaman untuk berkunjung ke Kunming.

Sekilas tentang sejarah Muslim di Provinsi Yunnan...

Sekilas sejarah Muslim di Provinsi Yunnan

Toleransi yang ditunjukkan oleh para masyarakat lokal di Tiongkok, khususnya di Provinsi Yunnan tersebut berakar dari hubungan yang erat selama ratusan tahun dengan Islam sejak Dinasti Yuan.

Dalam sejarahnya, pada tahun 1264 Khubilai Khan memilih Seyyid Edjell Shams ed-Din Omar, sebagai Gubernur pertama di Provinsi Shaanxi-Shichuan. Pemilihan tersebut dilakukan setelah Jengis Khan menaklukkan Bukhara. Lalu, Shams ed-Din bersama pasukannya akhirnya datang ke Tiongkok untuk bersekutu dengan Khubilai Khan.

Shams ed-Din sendiri merupakan seorang bangsawan Muslim Khwarezmi di Bukhara (sekarang Uzbekistan). Khubilai Khan menghargai persekutuan tersebut dan langsung menjadikan Shams ed-Din sebagai Gubernur.

Dikarenakan pengalaman serta kepiawaian dalam mengelola administrasi pemerintahan dan keuangan, Shams ed-Din berikutnya dikirim ke Provinsi Yunnan untuk melanjutkan tugasnya sebagai Gubernur senior pada tahun 1274. Shams ed-Din sendiri merupakan leluhur dari Laksamana Cheng Ho, seorang panglima angkatan laut Muslim yang legendaris pada era Dinasti Ming.

Cheng Ho pernah datang melakukan ekspedisi di samudera Hindia dan mengunjungi Nusantara sekitar tahun 1405-1433.

Di awal kepemimpinannya, Shams ed-Din memindahkan ibukota Provinsi Yunnan dari Dali ke Kunming, menurunkan pajak, menyantuni orang-orang miskin, membangun sekolah-sekolah, memperbaiki lini-lini produksi masyarakat, meng-upgrade sistem swasembada pangan, dan jasa yang paling penting yaitu, membangun masjid-masjid sebagai pusat-pusat syiar Islam.

Masjid menjadi simbol toleransi kepada umat Islam Ada sekitar 12 masjid yang berlokasi di Kunming. Dua di antaranya merupakan peninggalan era Shams ed-Din, di antaranya masjid Jinniu 金牛清真寺 dan masjid Yongning 永宁清真寺. Masjid-masjid terkenal lainnya, yaitu masjid Nancheng 南城清真寺, masjid Shuncheng 顺城清真寺, masjid
Chongde 崇德清真寺, masjid Yixigong迤西公, dan sebagainya.

Suasana salat Jumat di masjid Shuncheng 顺城清真寺Suasana salat Jumat di masjid Shuncheng 顺城清真寺 Foto: Adhita Sri Prabakusuma

Di provinsi Yunnan secara umum, menurut informasi dari salah seorang Muslim suku Hui, ada sekitar 867 masjid. Di provinsi ini, terdapat masjid terbesar se-Asia Timur, yakni Masjid Agung Shadian 沙甸 大清真寺 di kota Geiju yang mampu menampung 10.000 jamaah. Dari masjid tersebut, terlahir seorang penerjemah Al-Qur'an ke bahasa Mandarin termasyur di daratan Tiongkok, yaitu Ma Jian (1906-1978).

Di sana, adzan dapat dikumandangkan dengan lantang, ada 10 masjid di sekitar Masjid Agung Shadian, dan berdiri pula pesantren sebagai pusat pembelajaran para penghafal Al-Qur'an.

Genealogi sejarah yang dekat dengan dunia Islam tersebut menjadikan Yunnan sebagai tempat yang sejuk dan harmonis bagi tumbuh suburnya masyarakat Islam. Hal ini perlu dijaga dengan sebaik-baiknya agar toleransi dapat semakin membumi di kampung kelahiran Laksamana Cheng Ho ini.

Pelajar Indonesia beramah-tamah dengan Muslim suku Hui di KunmingPelajar Indonesia beramah-tamah dengan Muslim suku Hui di Kunming Foto: Adhita Sri Prabakusuma


Adhita Sri Prabakusuma
Ketua PPI Kunming 2019/2020; Wakil Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Tiongkok
Kandidat Ph.D di Yunnan Agricultural University, Kunming

----

Para pembaca detikcom, bila Anda juga mahasiswa Indonesia di luar negeri dan mempunyai cerita berkesan saat Ramadhan, silakan berbagi cerita Anda 300-1.000 kata ke email: ramadan@detik.com cc abdulfatahamrullah@ppi.id, dengan subjek: Cerita PPI Dunia. Sertakan minimal 5 foto berukuran besar karya sendiri yang mendukung cerita dan data diri singkat, kuliah dan posisi di PPI.

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Video: Kepanikan Warga Rongjiang China saat Banjir Besar Melanda"
[Gambas:Video 20detik]
(ddn/ddn)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Ramadhan di Negeri Orang
Ramadhan di Negeri Orang
18 Konten
Ada kalanya traveler harus menghabiskan waktu Ramadhan di negeri orang. Entah untuk keperluan belajar atau pekerjaan.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads