Tantangan Menjalani Puasa di Bangkok Kala Pandemi Corona

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ramadhan di Negeri Orang

Tantangan Menjalani Puasa di Bangkok Kala Pandemi Corona

Fauchil Wardati - detikTravel
Sabtu, 23 Mei 2020 22:11 WIB
Kebijakan lockdown selama pandemi Covid19 terjadi hampir di semua kota atau negara di dunia. Begitu pula dengan Thailand, aturan dilarangnya ada perkumpulan orang dalam jumlah banyak
(mass gathering) termasuk sholat berjamaah di masjid berlaku sejak akhir bulan Maret.
Foto: Fauchil Wardati
Bangkok -

Hampir semua negara di dunia memberlakukan kebijakan lockdown selama pandemi COVID-19. Begitu pula dengan Thailand, perkumpulan orang dalam jumlah banyak
(mass gathering) dilarang, termasuk salat berjamaah di masjid berlaku sejak akhir bulan Maret.

Hal itu kemudian menjadikan bulan Ramadhan tahun 2020 menjadi sangat berbeda. Bagaimana pengalaman puasa bulan Ramadhan di Bangkok, Thailand selama pandemi COVID-19?

Suasana Ramadhan yang Berbeda


Bulan Ramadhan tahun 2020 ini menjadi pengalaman menjalani ibadah puasa di Thailand kedua bagi saya, setelah pada tahun 2015 saya pernah mengambil program magang di Bangkok yang bertepatan dengan bulan puasa. Saya adalah mahasiswa pascasarjana tahun pertama di Mahidol University dan bertempat tinggal di Bangkok.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum diberlakukannya lockdown, saya sangat bersemangat membayangkan dan berekspektasi akan bersilaturahmi bersama saudara-saudara muslim di Bangkok seperti bulan puasa yang saya jalani tahun 2015.

Kala itu, masjid-masjid di Thailand menyediakan ta'jil dan buka puasa bersama di pelataran masjid. Momen ini yang saya tunggu yakni dapat bertemu, berkumpul, buka puasa, dan teraweh bersama di tengah kehidupan sebagai masyarakat minoritas suatu negara sehingga dapat mempererat ukhuwah Islamiyah.

ADVERTISEMENT
Makanan untuk berbuka puasa dari masjidMakanan untuk berbuka puasa dari masjid Foto: Fauchil Wardati

Namun, dengan penerapan aturan emergency decree, saya dan teman-teman pelajar Indonesia harus ikhlas melakukan karantina diri, menjalani puasa, makan sahur, buka puasa, dan Tarawih sendiri di tempat masing-masing. Hal ini menjadikan bulan Ramadhan tahun ini menjadi sangat berbeda.

Tantangan Menjalani Ibadah Puasa di Bangkok

Untuk durasi waktu berpuasa di Bangkok tidak berbeda jauh dengan di Indonesia, sekitar 14 jam dengan waktu masuk subuh sekitar setengah lima pagi dan berbuka puasa pada jam setengah tujuh.

Namun, suhu di bulan April dan Mei cukup tinggi yakni sekitar 36 sampai 38 derajat celcius sehingga cukup membuat puasa menjadi lebih sedikit berat. Selain itu, tersedianya makanan halal dapat dikatakan tidak semudah di Indonesia, harganya yang sedikit lebih mahal, serta dengan aturan lockdown dan curfew membuat beberapa kedai tidak buka seperti biasanya.

Sehingga banyak dari pelajar Indonesia di Thailand menyiapkan dan memasak sendiri makanannya untuk sahur dan berbuka puasa.

Mendapat Bantuan Makanan untuk Berbuka Puasa


Alhamdulillah, ternyata bulan puasa ini masih sangat berkesan. Meski buka puasa dijalankan seorang diri, saya dan teman-teman pelajar Indonesia di Bangkok dan Salaya mendapat donasi bantuan sebesar 144.700 baht Thailand untuk berbuka puasa selama kurang lebih 3 minggu dari Majelis Ta'lim Assafier KBRI Bangkok.

Penerimaan donasiPenerimaan donasi Foto: Fauchil Wardati

Donasi bantuan tersebut diolah menjadi makanan khas Indonesia oleh Ibu Riyanti dan kemudian didistribusikan ke delapan titik lokasi di Bangkok dan Salaya. Makanan yang diberikan sangat mengobati kerinduan akan masakan Indonesia, mulai dari lalapan ayam, gorengan, sayur asem, gulai kikil dan lain-lain.

Makanan donasi dari Majelis Ta'lim AssafierMakanan donasi dari Majelis Ta'lim Assafier Foto: Fauchil Wardati

Menjelang akhir bulan Ramadhan, angka kasus baru COVID-19 di Thailand sudah berkurang secara signifikan sehingga pemerintah setempat melonggarkan beberapa aturan seperti mulai dibukanya usaha bisnis tertentu dan pengurangan jam malam (curfew).

Dengan keadaan yang semakin membaik, saya memulai untuk berolahraga sore keluar kamar sekaligus mencari info pembayaran zakat di masjid dekat lingkungan tempat saya tinggal. Alhamdulillah, terlihat beberapa kedai muslim menjual makanan halal menjelang waktu buka puasa dan ternyata bertepatan dengan pembagian buka puasa gratis yang diselenggarakan oleh pihak masjid.

Kedai yang menjual makanan halalKedai yang menjual makanan halal Foto: Fauchil Wardati

Kondisi masjid saat ini masih tidak diperbolehkan untuk menggelar salat berjamaah lima waktu, Salat Jumat, Tarawih dan Idul Fitri.

Kehidupan Normal Baru...

Kehidupan Normal Baru


Pelonggaran aturan emergency decree menjadi tonggak dimulainya kehidupan normal baru, seperti keharusan penggunaan masker, tersedianya hand sanitizer, serta physical distancing yang diterapkan di tempat-tempat umum.

Di akhir bulan Ramadhan, saya dan tiga orang teman pelajar Indonesia menyempatkan makan berbuka puasa bersama di rumah makan dan disana terlihat meja makan yang tertata untuk satu orang dengan hand sanitizer di setiap meja sebagai upaya penerapan physical distancing.

Selain itu, ada beberapa kedai pula yang meski memperbolehkan satu meja untuk dua orang, namun tetap ada bilik transparan di tengahnya. Perasaan sedih pasti ada dengan kondisi bulan puasa yang sangat berbeda.

Namun, demi kebaikan bersama kita harus tetap mengikuti protokol kesehatan dan aturan pemerintah setempat untuk menekan penyebaran COVID-19. Untuk salat Idul Fitri, saya memutuskan akan melaksanakan salat dan merayakan hari raya dengan sahabat-sahabat terdekat pelajar Indonesia di Salaya, tentu tak tertinggal kudapan kue kering seperti kastangel dan nastar yang siap disajikan.

Meski sangat sederhana dengan berbagai tantangan di tengah pandemi dan jauh dari keluarga, momen bulan puasa dan perayaan Idul Fitri tahun ini akan tetap tak terlupakan dengan tanpa mengurangi esensi keberkahan bulan Ramadhan serta dipertemukannya dengan orang-orang berhati mulia yang berbagi makanan untuk kami berbuka puasa.

Fauchil Wardati

Mahasiswa S2 Immunology, Mahidol University dan Wakil Ketua PERMITHA Simpul Mahidol University.



Simak Video " Cemas Masa Depan? Ini Solusinya!"
[Gambas:Video 20detik]

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Ramadhan di Negeri Orang
Ramadhan di Negeri Orang
18 Konten
Ada kalanya traveler harus menghabiskan waktu Ramadhan di negeri orang. Entah untuk keperluan belajar atau pekerjaan.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads