Tahun Ini, Ramadhan Berbeda di Negeri Taiwan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tahun Ini, Ramadhan Berbeda di Negeri Taiwan

Afif Kamil - detikTravel
Sabtu, 23 Mei 2020 14:15 WIB
PPI Taipei
Foto: dok Istimewa
Taipei -

Kali ini Ramadhan jatuh pada tanggal 24 April 2020, yang mana tahun lalu Ramadhan jatuh pada tanggal 6 Mei 2019 . Ada beberapa perbedaan antara Ramadhan tahun ini dengan Ramadhan tahun lalu. Satu masalah yang menyebabkan banyak dampak-dampak lainnya.

Entah apa masalah Covid-19 ini dengan para manusia yang suka mengeksploitasi Bumi secara berlebihan. Sepertinya Ia ingin memberitahu Bumi bagaimana cara mengajar manusia agar bisa berperilaku bersih, sehat, dan ramah lingkungan. Agar Bumi tetap senang saat manusia tinggal diatasnya dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada tanpa berlebihan.

Apa yang sangat khas dengan Ramadhan? Tentu Buka bersama (Bukber) dan Shalat Tarawihnya bukan ? Bukber di Negara yang minoritas muslim ini menambah ke spesialnya yang ada pada momen ini. Sampai-sampai banyak masjid yang ada di Taiwan memberikan Takjil dan makan buka gratis. Jikalau kau pergi ke masjid Taipei Grand Mosque (TGM) saat waktu menjelang berbuka.

Foto: dok Istimewa


Kau akan di hadapkan oleh ramainya orang di sana. Di dalam ada beberapa orang sedang membaca Al-Qur'an, beberapa orang sedang berbincang-bincang seperti sedang berdiskusi, beberapa juga sedang menunggu waktu berbuka. Jika meja-meja bundar kecil sudah di siapkan di beranda masjid, itu tandanya takjil sudah mulai disiapkan dan waktu berbuka sudah semakin dekat.

Di sana kita disedaikan kurma, botol air mineral, karipap dan klepon. Lumayan menggoda bukan? Apalagi setelah sholat Maghrib selesai dilaksanakan. Akan ada banyak orang mengantri untuk mendapatkan tempat duduk meja bundar yang sekarang berpindah ke serambi kiri masjid. Di atas meja bundar sana nantinya akan disediakan nasi, roti cane ,sop dan kari sapi. Sungguh menghibur perut sekali makanan-makanan itu.

Setelah kenyang, lalu bersih-bersih hidangan yang telah kami ludeskan, kami kembali mempersiapkan diri untuk sholat Isya dan diteruskan dengan sholat Tarawih. Di TGM, sholat Tarawih di laksanakan 23 rakaat. Jadi untuk kalian yang biasa melaksanakan tarawih 11 rakaat bisa mundur dari jamaah saat rakaat ke-8 dan melaksanakan witir sendiri, seperti saya. Sholat tarawih di sana sangatlah menyenangkan bagi saya. Selain banyaknya jamaah yang ada, imamnya pun sangat merdu suaranya saat melantunkan ayat-ayat Al-Quran. Hal itu meningkatkan ke khusu'an sholat saya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Foto: dok Istimewa


Salah satu imamnya yaitu Syekh Abdul Rehman dan beliau berasal dari Burma. Hanya itu yang saya tahu, karena saya belum sempat berkenalan lebih jauh dengan beliau. Selain Masjid TGM ada juga Masjid Longgang yang menyediakan makanan berbuka yang tak kalah lezat. Masjid itu terletak didaerah Zhongli dan dekat sekali dengan pasar Zhongzhen. Tetapi, belum pernah satu kali pun saya merasakan suasana Bukber di sana. Hanya cerita-cerita yang aku dengar dari teman-teman saja, dan beberapa foto yang aku terima.


Ramai suasana di sana juga tak kalah dengan keramaian yang ada di Masjid TGM. Ada banyak pula orang Indonesia yang hadir. Baik dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI) maupun Mahasiswa. Jika kau tanya bagaimana susana Bukber di Majid At-Takwa, maka saya bisa sedikit menceritakannya.

Masjid yang terletak di Kabupaten Dayuan ini terkenal dengan 'Masjidnya orang Indonesia'. Karena rata-rata orang yang datang ke sana adalah orang Indonesia, dan masjid di bangun juga dengan bantuan dana orang-orang Indonesia. Di sebelah Masjid At-Takwa ada warung Indonesia yang terkenal bagi orang yang telah lama menetap di daerah sana. Warung Bu Hasanah saya menyebutnya. Warung yang menyediakan makanan-makanan Indonesia seperti, Ayam Goreng, Bebek Goreng, Ikan Goreng, Kering tempe, rendang, Sayur kacang, sayur daun singkong, dan sebagainya.

Foto: dok Istimewa


Warung Bu Hasanah sendiri dimiliki oleh Bu Hasanah dan suaminya yang bernama Pak Yasin. Beliau berdua juga banyak ikut membantu membiayai pembangunan Masjid At-Takwa yang selesai dibangun pada 9 Juni 2013 itu. Dari beliaulah biasanya takjil dan makan buka gratis diberikan. Ada kolak sebagai minuman pembuka puasa,ada kurma juga sebagai buah pelengkap untuk menyunah.

Sudah seperti suasana berbuka di Indonesia bukan? Warung Bu Hasanah juga memberikan makanan berbuka gratis bagi orang yang berpuasa dengan menu-menu makanan Indonesia tadi. Warung Bu Hasanah biasanya mendapat orderan untuk membuatkan makanan berbuka puasa di banyak tempat, salah satunya di Kantor Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI). Pernah satu kali aku tak sengaja di ajak untuk mengantar makanan ke sana dengan mobil pengantar barang milik Warung Bu Hasanah yang di kendarai oleh Pak Yasin sendiri.

Di jalan menuju KDEI aku melihat bangunan yang menjadi salah satu ikon Taiwan, yaitu Gedung Taipei 101. Pak Yasin sedikit menjelaskann tentang proses pembangunan gedung itu dan waktu selesai gedung itu dibuat. Karena Pak Yasin menjelaskan dengan bahasa mandarin yang belum banyak aku ketahuai, maka aku hanya menyimak apa yang beliau jelaskan dan mencoba memahami dengan pengetahuanku yang sedikit tentang bahasa mandarin.

Sesampainya di sana. Saya dan Pak Yasin bersama beberapa pegawai KDEI yang telah menyambut kami, membantu membawakan makanan yang ada di mobil naik ke atas gedung lantai _ . Disanalah Kantor Dagang Ekonomi Indonesia berada. Di atas sana ternyata sudah ada beberapa orang yang datang, dan mereka saling sapa-menyapas.Seperti kebiasaan orang Indonesia bukan? Makin lama makin banyak orang yang datang.

Foto: dok Istimewa


Mulai dari orang-orang yang ku kenal sampai yang seperti baru pertama lihat. Di sana kita diarahkan untuk duduk melingkar. Perempuan dan Laki-laki di pisah menjadi 2 bagian. Di
tengah sudah di sediakan beberapa makanan kecil seperti, Arem- arem, mendoan, risoles, dan lain-lain. Teh manis dan mineral gelas mulai diputar. Setelah banyak yang datang, acarapun dimulai. Ternyata ada pengajian dari Ustadz semasa menunggu waktu berbuka. Saya yang nggak tahu rangkaian acaranya hanya duduk dan ikut mengamati saja.

Tibalah waktu berbuka setelah waktu maghrib tiba dan pengajian juga sudah mencapai akhirnya. Kami langsung doa bersama dan menyantap makana yang sudah ada. Setelah perut ini merasa cukup kenyang sampai selesai sholat maghrib ini, beberapa dari kami mengambil wudhu untuk bersiap sholat maghrib.

Setelah sholat Maghrib kita baru masuk ke sesi makanan Utama. Antrilah kita demi mendapat makanan yang telah dinanti-nanti. Sesudah kenyang lalu di lanjut dengan sholat isya dan tarawih bersama, barulah selesai acara buka bersama kita di KDEI. Menyenangkan bukan?

Foto: dok Istimewa



Tapi itu satu tahun yang lalu, saat virus Covid-19 belum pernah kami dengar. Saat kita masih bisa sholat tarawih bersama di suatu ruangan besar. Saat kumpul-kumpul bersama tak jadi masalah. Saat sholat Jum'at di Masjid tidak pernah dilarang. Saat masjid-masjid umum tidak ditutup untuk dikunjungi. Satu masalah banyak akibat. Tapi, saya tetap bersyukur masih bertemu bulan Ramadhan yang hanya sekali dalam setahun ini. Terima kasih Tuhan.


Para pembaca detikcom, bila Anda juga mahasiswa Indonesia di luar negeri dan mempunyai cerita berkesan saat Ramadhan, silakan berbagi cerita Anda 300-1.000 kata ke email: ramadan@detik.com cc abdulfatahamrullah@ppi.id, dengan subjek: Cerita PPI Dunia. Sertakan minimal 5 foto berukuran besar karya sendiri yang mendukung cerita dan data diri singkat, kuliah dan posisi di PPI.








































Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Ramadhan di Negeri Orang
Ramadhan di Negeri Orang
18 Konten
Ada kalanya traveler harus menghabiskan waktu Ramadhan di negeri orang. Entah untuk keperluan belajar atau pekerjaan.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads