Anak Kabut Penjaga Hutan Te Urewera dengan Tradisi Maori

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Anak Kabut Penjaga Hutan Te Urewera dengan Tradisi Maori

Femi Diah - detikTravel
Jumat, 12 Jun 2020 08:29 WIB
Long exposure image of a waterfall in lush rainforest of Te Urewera National Park in New Zealand
Foto: Getty Images/iStockphoto/CreativeNature_nl

Kaitiakitanga Tradisi Maori

Masyarakat Tuhoe itu melindungi taman nasional Te Urewera itu dengan menerapkan tradisi suku Maori yang sudah turun-menurun. Yakni, kaitiakitanga, yang diterjemahkan sebagai perwalian dan merupakan cara mengelola lingkungan berdasarkan sudut pandang dunia Maori.

Kaitiakitanga mengajak penganutnya untuk memahami hubungan erat antara manusia dan alam, melihat manusia sebagai bagian dari dunia alami dan melindungi mauri, atau kekuatan hidup, dari hutan, sungai, dan danau di bawah perawatan mereka.

Dalam kehidupan sehari-hari, praktik kaitiakitanga mencakup pemantauan kesehatan hutan, danau, dan sungai melalui pengamatan dan pengumpulan data, penanaman pohon, pengendalian hama, juga menjaga possum (marsupial khas Australia, Papua Nugini, dan Sulawesi) dan rusa serta menjaga kesehatan stok ikan.

Bukan Cuma Tempat Selfie

Pemimpin suku, Tamati Kruger, mengatakan Te Urewera tak akan menolak kedatangan pelancong. Tapi, mereka akan mengontrolnya karena semakin banyak turis yang datang untuk berburu, memancing, dan mendaki di sekitar danau yang paling populer, Danau Waikaremoana.

Kruger bertekad menjadikan kawasan itu berbeda dengan taman nasional lain, meskipun misi itu tak akan mudah. Sebab, bagaimanapun sulit untuk mengubah ekspektasi traveler dengan stempel taman nasional yang suda melekat pada Te Urewera dan memang begitulah Te Urewera saat dikelola pemerintah selama 70 tahun.

"Bagi para pengunjung ke Te Urewera, mereka hanya tahu sistem taman nasional. Mereka berpikir menabung untuk liburan di bagian dunia yang indah, pergi ke sana, membayar layanan seperti akses bermalam di penginapan yang bersih dan kering," kata Kruger seperti dikutip BBC.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

[Gambas:Instagram]

ADVERTISEMENT




"Kemudian, pelancong kembali ke rumah dan merencanakan perjalanan berikutnya. Bagi banyak orang, itulah pengalaman mereka bepergian di alam. Kami meminta orang untuk sepenuhnya mengubah pendekatan itu," dia menambahkan.

"Alih-alih melihat alam sebagai satu paket sumber daya tersendiri untuk dikelola dan digunakan, kami meminta orang untuk melihat Te Urewera sebagai sistem kehidupan yang menjadi tumpuan orang lain untuk bertahan hidup, budaya, rekreasi dan inspirasi. Ini tentang berhubungan dengan Te Urewera sebagai identitasnya dalam arti fisik, lingkungan, budaya dan spiritual," Kriger menegaskan.

Sebagai kaitiaki (penjaga), beginilah cara Tuhoe selalu mengalami Te Urewera, kata Kruger, dan bahwa pengunjung perlu bersiap untuk melakukan hal-hal yang berbeda di sini.

"Mungkin ini bukan tentang mendapatkan foto terbaik dirimu di dekat air terjun atau kesepakatan pamungkas dalam perjalanan berburu. Mungkin ini tentang bertemu penduduk setempat, tinggal bersama kami, mempelajari beberapa sejarah kami dan mendengar beberapa cerita dan nilai-nilai yang membentuk gaya hidup kami," Kruger menjelaskan.

Kenalkan tradisi...


Hide Ads