Di Jakarta, ramai seruan azan mengajak jihad. Di Afghanistan malah sudah ada museumnya, yaitu Museum Jihad. Seperti apa ya penampakannya?
Terletak di kota Herat, ada sebuah museum yang pasti akan membuat terheran-heran. Museum itu adalah Museum Jihad. Museum ini dibuat untuk mengenang pertempuran antara tentara Mujahiddin melawan tentara Uni Soviet.
Tentu saja, layaknya sebuah kisah epos pahlawan yang heroik, tentara Mujahiddin lah yang keluar sebagai pemenangnya. Mereka berhasil memukul mundur tentara Soviet. Setelah 10 tahun lamanya mereka berperang, akhirnya Soviet mengaku kalah dari Afghanistan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir detikTravel dari AP, Rabu (2/12/2020), untuk mengenang pertempuran itulah dibangun Museum Jihad di kota Herat. Di dalam museum ini, tergambar diorama situasi perang melawan Soviet saat itu.
![]() |
Diorama itu menggambarkan betapa heroiknya Jihad di masa itu. Tampak ada diorama yang menggambarkan para tentara Mujahiddin berhasil merebut tank musuh, kemudian mereka mengibarkan bendera di atasnya sebagai tanda bahwa mereka berhasil mengalahkan Soviet.
Jihad atau 'Perang Suci' memang sudah jadi bagian dari identitas kota Herat. Kembali ke masa 4.000 tahun yang lalu, Herat merupakan wilayah kunci setiap perang berlangsung.
![]() |
Tokoh yang paling berjasa bagi rakyat Herat saat perang lawan Soviet adalah Ismail Khan, pemimpin Mujahiddin sekaligus warga asli Herat. Di masa depan, Ismail bahkan jadi Gubernur Provinsi Herat, periode tahun 2001-2005.
"Setelah sekian lama perang terjadi di negeri ini, akhirnya kami bisa membangun sebuah tempat untuk merekam semua kejadian tersebut," kata Abdul Nasir Sawabi, yang membantu mendesain dan membangun diorama di Museum Jihad.
Baca juga: Mengenal Museum Jihad di Afghanistan |
Penduduk Herat saat itu, tepatnya bulan Maret 1979 memberontak melawan pemerintah yang dibekingi komunis Soviet. Mereka mengambil alih kota, lalu membunuh ratusan orang Soviet, termasuk guru-guru dan tentara.
Selanjutnya ---------------->> Tujuan Mulia Dibangunnya Museum Jihad
Museum Jihad Dibangun untuk Tujuan Mulia
Meski dibangun untuk mengenang kemenangan Afghanistan atas Soviet, namun sang pencipta museum membangun Museum Jihad tidak untuk mengagung-agungkan perang. Tujuannya lebih untuk mengenang sejarah, pengorbanan serta kekejaman perang, sehingga generasi yang akan datang bisa mengambil pelajaran dari kesalahan para pendahulu mereka.
Sawabi, yang sekarang jadi pengajar seni di Universitas Herat mengaku jiwanya sangat tersentuh ketika terlibat langsung dalam pembangunan Museum Jihad pada 2002 silam.
Namun bagi sebagian warga Herat yang lain, reaksinya justru berbeda. Mereka sama sekali tidak terpengaruh akan heroisme Jihad. Namun Sawabi tidak mempermasalahkan itu.
"Meski saat itu saya masih kecil, saya masih bisa mengingat mayat ada dimana-mana dan bagaimana mereka bermandi darah. Semua adegan itu masih teringat di memori saya. Memori itu membuat kami tetap termotivasi. Saya pikir memori itu membantu kami untuk membuat diorama yang sangat ekspresif," kisah Sawabi.
![]() |
Sebelum membuat diorama di Museum Jihad, seniman serta sejarawan memang duduk bersama mewawancarai langsung para pejuang serta penyintas perang, sehingga mereka bisa mereka ulang adegan untuk diorama dengan sangat detail.
Selain diorama perang, senjata-senjata betulan yang digunakan saat itu juga tersimpan rapi di dalam museum Jihad. Ada juga foto-foto korban, keluarga, surat-surat, puisi, serta foto-foto medan tempur yang dipajang di lantai paling atas museum.
Baca juga: Foto: Mengintip Museum Jihad di Afganistan |
"Tempat ini (Museum Jihad) bisa menunjukkan kepada kita betapa kejamnya perang bisa terjadi. Kami, generasi berumur lanjut telah mengalami perang ini, tapi anak-anak yang tumbuh sekarang akan melihat ini hanya sebagai memori. Adegan-adegan ini bisa menunjukkan kepada mereka betapa menyakitkan hidup orang-orang di masa lalu dan bagaimana pengorbanan mereka. Ini bisa jadi pelajaran yang baik bagi mereka," pungkas Sawabi.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum