10 Fakta Umoja Desa Tanpa Pria di Kenya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

10 Fakta Umoja Desa Tanpa Pria di Kenya

Femi Diah - detikTravel
Selasa, 12 Jan 2021 07:12 WIB
Grup tari dari Desa Umoja (Photo by PABALLO THEKISO / AFP)
Foto: AFP/PABALLO THEKISO
Jakarta -

Desa Umoja menjadi perbincangan warganet setelah viral lewat TikTok. Kampung itu tidak memiliki penduduk pria, cuma dihuni oleh wanita. Berikut 10 faktanya.

Themyscira dalam DC Comics, asal Diana si Wonder Woman, tidak mempunyai penduduk pria. Desa itu cuma dihuni oleh perempuan.

Desa semacam itu rupanya benar-benar ada. Desa itu desa Umoja di Kenya. Desa Umoja dibangun oleh 14 perempuan yang kemudian terus berkembang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut fakta-fakta Desa Umoja, desa tanpa pria di Kenya:

1. Dibangun 1990

Kampung Umoja didirikan oleh Rebecca Lolosoli, perempuan dari Suku Samburu, 30 tahun lalu. Rebecca mengalami trauma setelah mengalami pendarahan usai disunat, sebagai tradisi di suku tersebut.

ADVERTISEMENT

Rebecca juga tergugah dengan nasib perempuan di sukunya, karena cuma dianggap sebagai properti pria. Saat itu, dia berjumpa dengan Jane Noomungen Lengope, yang tinggal di dekat pangkalan latihan tentara Inggris.

Jane dilecehkan oleh salah satu tentara Inggris. Bukannya mendapatkan pembelaan dari keluarga, dia justru diusir dan harus bekerja untuk bertahan hidup.

Kemudian, mereka berjumpa dengan 13 perempuan korban perkosaan tentara Inggris lainnya dan sepakat membangun desa Umoja Uaso dengan bantuan Kementerian Kebudayaan, Warisan, dan Pelayanan Sosial Kenya.

2. Umoja = Bersatu

Umoja berasal dari bahasa Swahili yang berarti bersatu. Desa itu ada di dekat Kota Archers Post di Distrik Samburu. Jaraknya, sekitar 380 km dari ibu kota Nairobi.

Rebecca membeli tanah di kawasan itu dan membangunnya sebagai kampung dengan sistem matriarki. Kampung itu pun menjadi suaka bagi perempuan-perempuan korban kekerasan, perkosaan, dan perang.

3. Penghuni Desa

Desa Umoja hanya dihuni oleh perempuan. Mereka adalah perempuan korban perkosaan tentara Inggris dan dibuang oleh keluarganya, perempuan yang lari dari pernikahan paksa, korban praktik sunat, anak yatim piatu dan pednerita HIV, korban perang dari Distrik Turkana.

4. Populasi

Pada 2005, populasi di Desa Umoja itu 30 perempuan dan 50 anak-anak. Sepuluh tahun kemudian, jumlah penduduknya berkembang menjadi 47 perempuan dan 200 anak-anak.

5. Rumah dari Kotoran Sapi

Rumah-rumah di kampung Umoja berupa pondok manyata yang dibangun dari campuran tanah dan kotoran sapi. Para perempuan itu membangun secara gotong-royong.

6. Tanpa Pria

Desa Umoja tidak mengizinkan pria tinggal di sana, kecuali anak-anak yang lahir di kampung itu.

Pria tetap dibukakan pintu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan harian atau adat. Selain itu, untuk memenuhi hasrat seksual.

7. Berjualan Perhiasan dan Buka Wisata

Para perempuan di kampung Umoja hidup dengan membuat perhiasan tradisional Kenya. Mereka menjualnya lewat Pusat Kebudayaan Perempuan Umoja Umaso.

Selain itu, Umaso juga membuka pintu untuk wisatawan dengan menetapkan harga tiket. Mereka juga membuka pusat kebudayaan dan pusat kemping di Cagar Alam Samburu.

8. Mempunyai Sekolah

Sebanyak 10 persen dari hasil penjualan perhiasan itu disumbangkan untuk pajak pengelolaan kebutuhan pokok desa, khususnya sekolah. Mereka membangun sekolah dasar, yang mampu menampung 50 siswa, dan sekolah perawat.

Pembangunan sekolah dan kewajiban anak-anak bersekolah itu tidak seperti tradisi kampung di sekitar Umoja

9. Pohon Pidato

Seluruh keputusan adat dibicarakan di bawah pohon pidato. Rebecca Lolosoli bertindak sebagai pemimpin namun semua warga di Desa Umoja itu memiliki kedudukan setara.

10. Kampung Tandingan

Pria di sekitar kampung itu sempat tidak terima dengan adanya Desa Umoja. Mereka pun mendirikan kampung tandingan yang diisi oleh 100 persen laki-laki.

Mereka juga mengandalkan turis untuk hidup, namun upaya itu gagal. Kampung lelaki itu kemudian meneror warga Umoja dengan berkeliling sekitar desa dan mengintimidasi serta memukuli warga Desa Umoja. Tapi pada akhirnya, warga Desa Umoja bisa melawan dan damai hingga saat ini.




(fem/ddn)

Hide Ads