Toilet Premium Ini Keren, Bayar pun Enggak Rugi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Toilet Premium Ini Keren, Bayar pun Enggak Rugi

Femi Diah - detikTravel
Minggu, 28 Feb 2021 17:20 WIB
Ilustrasi toilet
Ilustrasi toilet bersih (Getty Images/iStockphoto/SutidaS)
Jakarta -

Jaringan toilet di tempat wisata dan toilet umum premium menarik perhatian warga Thailand di tengah pandemi Covid-19. Emang keren banget.

Toilet umum di Thailand itu menawarkan sejumlah keunggulan, dari kenyamanan hingga jaminan kebersihan. Fasilitas ini dioperasikan oleh Mister Loo, sebuah perusahaan start-up Swiss yang memang berambisi untuk membuat 'Starbucks of toilet' atau 'Starbucks' di industri toilet.

Toilet itu berpanel kayu, diberi wewangian, memiliki AC, dan memperdengarkan musik populer Thailand.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sangat bersih, dan tidak ada bau busuk. Harganya 10 baht (sekitar Rp 4.700)," kata Chanyarot, 48 tahun, setelah menggunakan kamar kecil yang dioperasikan oleh Mister Loo di sebuah pusat perbelanjaan di Chinatown Bangkok seperti dikutip dari Nikkei Asia.

Rata-rata, toilet umum di Thailand, termasuk yang ada di resor wisata, dibanderol dengan harga sekitar 3 baht atau Rp 1.400 per sekali pakai.

ADVERTISEMENT

Sementara Mister Loo mengenakan biaya 10 baht (Rp 4.700) untuk toilet premium ber-AC dan 5 baht (Rp 2.350) untuk toilet biasa.

Mister Loo semula menargetkan pengguna yang berasal turis dari luar negeri, tetapi ketidakhadiran wisatawan asing selama pandemi virus Corona tidak menjadi masalah. Sebab, WC itu menjadi primadona wisatawan lokal.

Sebagai gambaran, mal-mal di Chinatown sebenarnya juga tersedia toilet gratis, tapi para pengunjung rela membayar untuk menggunakan toilet yang dioperatori oleh Mister Loo. Klaimnya sih pendapatan perusahaan untuk tahun lalu disebut melampaui tahun sebelumnya.

Daya tarik utama toilet uang dioperasikan oleh Mister Loo adalah kebersihannya. Dengan menggunakan pembersih khusus, petugas mendisinfeksi bilik-bilik toilet setelah digunakan.

Di bilik premium, sebagian besar perlengkapan, tombol siram hingga tempat sanitasi dan dispenser sabun, dikontrol oleh sensor, sehingga pengguna dapat menggunakan tanpa harus menyentuhnya.

Setiap petugas telah menerima pelatihan dalam membersihkan toilet, sementara perusahaan terus memantau saran yang disampaikan pelanggan menggunakan kode QR yang ditampilkan di setiap fasilitas.

Mister Loo didirikan oleh Dominik Schuler dan Andreas Wanner, mantan bankir perusahaan dan investasi di UBS yang berbasis di Swiss.

Perusahaan ini telah mengumpulkan sekitar US$2,8 juta sejak didirikan pada 2015 dan sekarang beroperasi di 40 lokasi di Thailand dan dua di Vietnam.

Belum lama ini, Mister Loo juga digandeng oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan untuk menggarap proyek toilet dan air bersih berstandar internasional di area-area wisata Danau Toba, Sumatera Utara.

Selain sedang dikembangkan di Indonesia, perusahaan ini juga berencana untuk mendirikan fasilitas serupa di Filipina.

"Berdasarkan potensi pasar yang belum tergali dan melalui kolaborasi dengan mitra bisnis, Mister Loo menargetkan dapat memperluas portofolionya saat ini dari 42 lokasi menjadi 1.400 lokasi pada 2025," kata Schuler.

"Untuk membiayai pertumbuhan ini, Mister Loo sedang dalam proses untuk mengumpulkan USD 10 juta," dia menambahkan.

Di Thailand, sekitar 12 ribu orang menggunakan toilet Mister Loo setiap hari. Pendirinya mengatakan bahwa toilet yang tidak bersih tidak lagi ditoleransi dan bahwa perusahaan telah menjadi jawara di tengah pandemi.

"Penting untuk membangun reputasi merek yang luar biasa agar pelanggan mengetahui layanan premium dan keunggulan bisnis yang ditawarkan di setiap lokasi. Jadi, Mister Loo ingin menjadi 'Starbucks' di industri toilet," kata Wanner.

Pada sejumlah lokasi, Mister Loo menawarkan ruang relaksasi di beberapa fasilitas kelas atas. Selain itu, pengguna dapat memeriksa indikator kesehatan mereka, seperti tekanan darah dan lemak tubuh.

"Ruang tunggu pelanggan menawarkan layanan di luar toilet dan akan dikembangkan menjadi pusat kesehatan elektronik yang berkontribusi pada kesehatan masyarakat," kata Schuler.

Membuat toilet higienis tersedia secara luas telah lama menjadi tantangan global. Menurut data UNICEF, pangsa populasi dunia dengan akses ke toilet higienis naik dari 28 persen pada 2000 menjadi 45 persen pada 2017, tetapi 4,2 miliar orang masih kekurangannya.




(fem/fem)

Hide Ads