Saat pandemi melanda, sebagian orang mungkin mencari pelarian untuk menghilangkan bosan. Salah satunya naik kereta mewah.
Sebagian besar orang Afrika Selatan tak pernah bermimpi ingin menikmati kemegahan sebelum pandemi. Namun seiring dengan perbatasan perjalanan dan dengan diskon besar-besaran, mereka berbondong-bondong menaiki kereta dengan interior mewah, Blue Train.
"Saya tumbuh besar dengan mengetahui Blue Train, harganya tak terjangkau," kata dokter yang berbasis di Cape Town, Mashiko Setsjedi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berkat COVID, hal itu menjadi mungkin," tambahnya.
Saking mahalnya Blue Train sebelum pandemi, pelayan bar menuturkan kalau kebanyakan penumpang hanya menaiki transportasi mewah ini sekali seumur hidup.
"Tamu yang kembali jarang terjadi," kata pelayan bar, Simon Monteka.
"Ini sering menjadi pengalaman sekali seumur hidup mereka," tambahnya.
![]() |
Kereta berusia puluhan tahun itu dijalankan oleh perusahaan logistik negara Afrika Selatan, Transnet. Mereka telah berjuang menjaga lalu lintas kereta api sejak kemunduran ekonomi karena pandemi.
Perusahaan ini pun berinisiatif mengeluarkan diskon yang besar dengan harga minimum USD 1.554, sekitar empat kali lipat dari upah minimum rata-rata di negara Afrika Selatan. Berkat potongan harga tersebut, banyak warga yang tertarik merasakan kemewahan kereta ini.
Blue Train yang gagah pun siap menampung penumpang dalam 19 gerbong mewah yang dilapisi panel kayu dan kuningan. Perjalanan akan menelusuri 1.600 kilometer melalui gurun Karoo menuju ibu kota Pretoria.
Para pelayan dengan rompi abu-abu membawa piring-piring canape cantik mengelilingi longue pribadi di stasiun kereta api utara Cape Town. Gemerincing gelas sampanye terdengar.
Perjalanan akan melintasi Afrika Selatan memakan waktu selama dua malam. Penumpang bersemangat memulai petualangan mereka.
Tak hanya interior mewah, pemandangan indah menemani perjalanan penumpang. Menjelang waktu makan malam, pengumuman dengan pengeras suara mengingatkan penumpang mengenakan mantel atau rompi dan wanita mengenakan pakaian seanggun mungkin.
Sandal jepit dan celana pendek digantikan dengan setelan dan gaun sebelum menuju gerbong restoran. Matahari terbenam, pancaran cahaya keemasan di atas Karoo melewati jendela.
Setiap hidangan pada tiga hingga lima hidangan dipasangkan segelas anggur yang berbeda. Makanan penutupnya adalah kue tart lemon dengan segelas minuman manis dari Afrika Selatan.
Selesai acara, beberapa penumpang pergi ke tempat tidur kabin mereka. Lainnya menuju gerbong observasi dengan jendela yang besar.
Dari bantal yang empuk, penumpang bisa melihat ke jendela, menatap lanskap yang diterangi cahaya bulan.
(elk/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!