Pulau Kihnu, Tidak Menolak Pria Namun Hampir Semua Penduduknya Perempuan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pulau Kihnu, Tidak Menolak Pria Namun Hampir Semua Penduduknya Perempuan

Femi Diah - detikTravel
Senin, 17 Mei 2021 06:10 WIB
Guru musik di Pulau Kihnu Maria Michelson mengajarkan bermain biola kepada muridnya. (Photo by Alessandro RAMPAZZO / AFP)
Guru musik di Pulau Kihnu mengajar biola kepad amuridnya. (AFP/ALESSANDRO RAMPAZZO)
Jakarta -

Sebuah pulau terpencil di Estonia, Pulau Kihnu, mayoritas penduduknya perempuan dan menjalankan budaya matrilineal. Padahal, mereka tidak menolak kedatangan pria.

Dikutip dari BBC, seorang perempuan dengan rok warna-warni duduk sendirian di dapur. Di tangannya, terukir kerutan seperti anak sungai dari bahu ke pergelangan tangan. Menjadi tanda pekerjaan berat yang dijalani setiap hari.

Ya, perempuan-perempuan itu melakukan nyaris seluruh pekerjaan sehari-hari tanpa pilih-pilih. Mulai dari bertani, merawat ayam dan domba, membuat pakaian, bahkan memperbaiki traktor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi untuk saat ini, tangan perempuan dengan rok warna-warni itu tengah berfokus pada jarum rajut. Mereka piawai memainkan jarum itu dengan gerakan ritmis. Dia sedang merajut pakaiannya untuk upacara pemakaman.

Perempuan-perempuan itu berasal dari Kihnu yang dikenal sebagai Pulau Perempuan, pulau terpencil di Laut Baltik, di lepas pantai barat Estonia.

ADVERTISEMENT
KihnuPerempuan di Pulau Kihnu merajut. Foto: (Getty Images)

Komunitas ini sering disebut sebagai matriarki terakhir di Eropa. Masyarakat Pulau Kihnu ini didominasi oleh kepemimpinan dan kekuatan para perempuan. Secara turun-temurun, cara Kihnu telah diwariskan melalui garis perempuan.

Para penjaga kebudayaan yang sangat kaya itu kini masuk dalam daftar warisan budaya Unesco.

Ya, para perempuan Kihnu menyeimbangkan tanggung jawab mulai dari menyediakan kebutuhan makan sehari-hari, mengasuh anak, bertani dan beternak, hingga melestarikan warisan tradisi leluhur.

Bukannya menolak kehadiran pria hingga tugas perempuan di Kihnu berkembang melampaui peran gender tradisional dan memasuki setiap aspek kehidupan. Para pria di Pulau Kihnu pergi mencari ikan di laut atau merantau ke luar pulau.

Kekuatan perempuan itu untuk menjalankan seluruh kegiatan sehari-hari tanpa pria dan mempertahankan budaya matriarki tidak lekang oleh cuaca buruk yang sering menghantam dan 50 tahun pendudukan Uni Soviet.

Tapi, kini Pulau Kihnu memiliki tantangan lain. Yakni, merantaunya generasi muda yang mencari lebih banyak peluang di luar pulau sehingga populasinya makin menurun.

KihnuPerempuan-perempuan di Pulau Kihnu Foto: (Welltraveledbeauty/Instagram)

Meskipun pariwisata musiman tumbuh subur karena para pengunjung yang penasaran untuk belajar tentang kekayaan tradisi Kihnu dan menyediakan jalur kehidupan yang sangat dibutuhkan pulau itu, populasi asli pulau ini terus menyusut seiring bertambahnya usia.

Tetapi dengan setiap pemakaman, dan benang budaya yang terurai merajut baju biru, dalam bukunya Gjelstad menuliskan bahwa budaya matriarki di Pulau Kihnu itu terancam punah.




(fem/fem)

Hide Ads