Wisata kuliner di Jakarta, begitu identik dengan kerak telor yang mudah diperoleh di objek wisata seperti Monas atau Kota Tua. Wisata kuliner jangan cuma makanan, yang khusus minumannya, Jakarta punya bir pletok.
detikTravel mewawancarai Siti Laela, seorang pengusaha batik Betawi yang berasal dari Jakarta Selatan pada Kamis (28/7/2016). Di kediamannya Jl Terogong III No 27 C, Cilandak Barat yang juga menjadi tempat sangar batik Betawi Terogong, dirinya juga memproduksi bir pletok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara membuatnya di zaman dulu itu, hanya memakai batok kelapa yang ditaruh di atas bara api. Lalu mengapa dinamakan bir dan pletok?
"Sulit juga mencari referensi sejarahnya, mungkin zaman dulu orang betawi lihat orang Belanda minum bir jadinya disebut bir juga. Sedangkan nama pletok, mungkin di zaman dulu belum ada tempat minum dan banyaknya kaleng. Jadi jika dituang dan diaduk, bunyinya pletok-pletok," urainya.
Laela menjelaskan, bir pletok sebenarnya mudah dibuat dan bahan bakunya tidak banyak. Bahan-bahannya seperti jahe, sereh, daun pandan, pala, daun jeruk, kayu secang, gula pasir, kayu manis, cengkeh dan kapulaga.
"Cara pembuatannya sangat sederhana, jahe dan sereh dikeprek supaya pecah dan kemudian semua bahan kecuali secang dan gula dimasukan ke dalam air yang sudah mendidih. Digodok selama sayu sampai dua jam. Kemudian masukan kayu secang dan gula, godok kembali kira-kira setengah jam, terus angkat dan saring," tutur wanita yang asli berdarah Betawi ini.
Ibu tiga anak ini pun menyuguhkan satu botol yang diproduksinya sendiri. Laela menegaskan, bahan-bahan pembuatan bir pletok semuanya rempah-rempah alias alami dan non pengawet. Paling enak lagi, jika bir pletoknya dingin.
Gluk... gluk... gluk... Ahh.... Rasa bir begitu pedas dan segar. Bikin tenggorokan jadi lebih hangat, layaknya minuman-minuman tradisional Indonesia lainnya. Walau diminum dingin, rasa hangatnya masih tetap berasa. Nikmat!
"Bir pletok berkhasiat untuk meredakan gejala masuk angin, menghilangkan pegal-pegal, mual dan juga perut kembung," kata Laela.
Karena bir pletok tidak pakai pengawet, tahannya selama 3 hari jika tidak dimasukan ke kulkas dan 2 minggu jika dimasukan ke kulkas. Lalu di mana lagi Mpok Laela, kalau wisatawan mau minum bir pletok?
"Wisatawan dapat membelinya di sentra-sentra makanan khas Betawi seperti di daerah Setu Babakan. Saya sendiri menjualnya seharga Rp 5.000 per botol di sangar batik Betawi Terogong ini, tapi harus dipesan dulu supaya bisa langsung dibuat," katanya.
Menurut Laela, bir pletok merupakan salah satu produk budaya dari Betawi yang harus dijaga kelestariannya. Sekaligus, menjadi suguhan kepada wisatawan dalam dan luar negeri supaya tahu kalau Indonesia itu sungguh kaya dengan kuliner baik makanan dan minuman.
"Zaman dulu, orang Betawi mau menyaingi orang Belanda yang minum bir, makanya minum bir pletok. Tapi bedanya, nggak bikin mabuk malah menyehatkan," tutup Laela sembari bercanda. (aff/fay)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan