Konservasi merupakan cara jitu untuk tetap melestarikan alam sekaligus membangun pariwisata, karena pariwisata adalah urusan pelestarian. Sehingga, dalam prinsip Menteri Pariwisata Arief Yahya selalu menekankan bahwa pariwisata tidak boleh merusak alam.
Ia memaparkan ada banyak contoh konservasi yang membawa rezeki jangka panjang. Sehingga, jika dirusak dengan cepat akan menjadi malapetaka yang tidak mudah untuk diselesaikan.
Bagi Menteri Arief, konservasi harus memberikan manfaat yang seimbang untuk keberlanjutan lingkungan, sosial budaya, dan nilai ekonomi masyarakat. Konservasi harus memiliki dua makna, cultural value dan financial value.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bukan hanya konservasi di sumber daya alam, tapi juga karya-karya budaya di negeri ini," kata Arief, dalam keterangan tertulis (27/8/2018).
Acara yang diselenggarakan di Hotel Santika Hotel, Banyuwangi pada 28 hingga 30 Agustus 2018. Hal tersebut dikarenakan Banyuwangi memiliki alam yang sangat eksotis. Bahkan, banyak panorama alamnya yang mampu menarik minat wisatawan mancanegara.
Sehingga, masih memerlukan dukungan kebijakan yang dapat mendorong pengembangan pariwisata yang lebih berdaya saing.
Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Rizky Handayani mengatakan, ekowisata semakin diminati oleh masyarakat. Karena, masyarakat dapat langsung menerima manfaat sebagai pelaku ekonomi. Khususnya pada kegiatan ekowisata baik secara aktif maupun pasif.
"Bimtek kali ini tujuannya sangat jelas, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pemandu ekowisata menjadi interpreter. Melalui interpretasi yang baik maka wisatawan akan mendapatkan tambahan pengetahuan dan pengalaman yang berkualitas. Karenanya seorang interpretasinya harus mampu mengemas cerita dalam bentuk dan teknik penyampaian yg komunikatif, menarik dan inovatif," ujar Kiki sapaan akrab Rizky Handayani.
Kiki menambahkan, pemandu ekowisata sebagai ujung tombak dalam perjalanan wisata sebagai peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi tujuan utamanya. Sehingga, berbagai usaha peningkatan kualitas kegiatan ekowisata di Indonesia terus dilakukan.
S Suhandi, Rifky Sungkar, Agus Wiyono dari Yayasan Indecon, dan Wiwien Tribuwani W dari P2 Par ITB menjadi narasumber Bimtek yang kompeten dalam bidang Ekowisata.
Kemenpar sendiri memiliki proyeksi target Ekowisata di Indonesia tahun 2019 yaitu sebesar 3.150.000 wisman. 35 persen di antaranya dihasilkan dari Geopark yang ada di Indonesia. Atau sebanyak 1.102.500 wisman.
Lalu Ekowisata di Kawasan Hutan Konservasi sebesar 40persen. Ketiga Ekowisata di Kawasan Hutan Non Konservasi sebanyak 25 persen atau sebesar 787.500 wisman. (ega/rdy)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum