Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Pariwisata Regional I Kementerian Pariwisata Lokot Ahmad Enda menjelaskan, hal yang harus dilakukan untuk menunjang sebuah homestay adalah mengubah kebiasaan masyarakat.
"Homestay itu hadir di tengah masyarakat. Untuk itu, masyarakat harus sadar jika ada hal yang harus mereka lakukan dan ada yang tidak boleh mereka lakukan. Contoh paling mudah adalah tidak boleh membuang sampah sembarangan. Masyarakat harus membiasakan hidup bersih agar lingkungan menjadi nyaman buat pengunjung," jelas Lokot dalam keterangan tertulis, Sabtu (22/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirinya melanjutkan, hal lain yang harus ditinggalkan adalah membakar sampah, khususnya sampah plastik. "Jangan ada lagi kebiasaan itu, apalagi membakar sampah plastik. Karena sampah plastik susah terurai meski dibakar. Yang benar adalah menyiapkan tempat sampah dan rajin membuangnya," terangnya.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, keramahan dan antusias warga di Sibandang dan Sipahutar untuk mengembangkan desa wisata dan menghadirkan homestay juga adalah modal awal.
"Tapi jelas tidak akan cukup jika hal itu saja yang dikedepankan. Kebersihan dan atraksi juga menentukan. Atraksi apa yang akan didapat wisatawan yang datang menginap? Itu harus dipikirkan. Karena, wisatawan yang datang ke homestay biasanya senang berpetualang, mengeksplorasi daerah," katanya.
Terkait hal tersebut, Kemenpar pun memberikan pembekalan kepada masyarakat di Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Kegiatan ini dilakukan di dua tempat yaitu Desa Pulo Sibandang pada Kamis (13/9/2018) dan Sipahutar pada Jumat (14/9/2018).
Menurut Lokot, lewat bimbingan teknis, masyarakat diberikan pembekalan mengenai pengembangan desa wisata dan bagaimana seharusnya mengelola homestay agar wisatawan merasa nyaman.
Dalam bimbingan teknis itu juga Kementerian Pariwisata memberikan bantuan kepada sejumlah homestay. Namun, Kasubid Destinasi Area IB Kementerian Pariwisata Andhy Marpaung menjelaskan bahwa bantuan yang diberikan hanyalah stimulus.
"Bantuan Kementerian Pariwisata sifatnya stimulus. Kita harapkan masyarakat terpacu menghadirkan homestay yang benar-benar baik dan berkualitas. Karena dukungan untuk hal itu selalu ada," jelas Andhy.
Andhy mengatakan dukungan untuk homestay di Sibandang sebanyak 35 paket untuk 35 homestay. "Terdiri dari 35 spring bed ukuran single 120 x 200, 35 sprei, 70 sarung bantal dan guling, 70 bantal dan guling, 35 buku tamu," paparnya.
Sedangkan dukungan untuk homestay di Desa Onan Runggu I, Kecamatan Sipahutar adalah 15 paket. Terdiri dari 15 spring bed ukuran single 120 x 200, 15 sprei, 30 sarung bantal dan guling, 30 bantal dan guling, serta 15 buku tamu.
Sementara itu, Kabid Destinasi Area I Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata, Widjanarko berharap bantuan yang diberikan bisa lebih dimaksimalkan.
"Kita berharap masyarakat yang rumahnya dijadikan homestay, bisa merawat dan memaksimalkan bantuan yang kita berikan. Mudah-mudahan bantuan ini turut memberi dampak positif seperti peningkatan kunjungan wisman. Sehingga ekonomi masyarakat juga terbantu," kata Widjanarko.
Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, Kemenpar menghadirkan pakar homestay dan desa wisata dalam bimbingan teknis, yaitu Mian Simanjuntak.
Putra asli Sipahutar ini diketahui pernah sukses membangun sejumlah desa wisata dan homestay di Papua, seperti Desa Wisata Tablanusu dan Desa Wisata Oksibil.
Selain itu, dirinya juga berhasil membuat sejumlah event, di antaranya Festival Danau Sentani, Festival Mansui Supiori, Festival Sarmi, Pekan Seni Budaya Papua & Papua Barat di Monas Jakarta, Festival Tolikara, Festival Teluk Wondama, Festival Tanjungbalai & Toba, dan lain-lain.
"Ada potensi yang bisa dikembangkan di Desa Sibandang dan Sipahutar. Sibandang misalnya, di sana ada atraksi yang bisa dikembangkan, seperti menangkap ikan dengan menyelam. Ini bisa menjadi daya tarik. Selain itu sentuhan rumah adat juga sangat terasa," papar Mian.
Sedangkan untuk Sipahutar, menurutnya potensi yang bisa dikembangkan adalah agrowisata.
"Sipahutar kaya dengan tanaman nanas dan kopi. Kalau dibuat agrowisata pasti menarik. Apalagi jika bisa ditambahkan olahan dari nanas. Jadi saat homestay berdiri, ada atraksi yang bisa mereka nikmati. Karena wisatawan datang bukan untuk tidur saja," katanya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya pun merespons positif rencana pengembangan desa wisata dan homestay di Sibandang dan Sipahutar.
"Dua daerah ini berada di kawasan Danau Toba. Yang artinya, masih menjadi bagian dari destinasi prioritas. Pengembangan wajib dilakukan. Penguatan unsur 3A (amenitas, atraksi, dan aksesibilitas) juga harus diperhatikan, karena inilah kunci kekuatan pariwisata untuk mendatangkan wisatawan," jelas Arief. (mul/ega)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!