Menteri Pariwisata pun senang dengan dampak positif tersebut. Menurutnya, kegiatan ini merupakan bagian strategi Kemenpar dalam menyedot wisatawan mancanegara khususnya yang berada di dekat wilayah perbatasan tersebut.
"Batam (Kepri) memiliki potensi yang luar biasa. Terutama untuk border tourism. Nah, kita akan mengejar dan coba menyedot wisman dari perbatasan seperti Singapura dan Malaysia dengan berbagai promosi border tourism. Juga dengan Tour de Kepri yang salah satunya mengambil lokasi di Batam," kata Arief, dalam keterangan tertulis, Rabu (3/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional I Kementerian Pariwisata, Masruroh juga ikut senang karena acara ini dapat membantu meningkatkan perekonomian.
"Inilah keunggulan sport tourism yang melibatkan peserta mancanegara. Sebab, peserta sudah berubah menjadi wisatawan saat dia spending. Belum lagi jika mereka membeli cendera mata. Dampaknya bisa langsung dirasakan," kata Masruroh, yang dibenarkan Kabid Pemasaran Area 2 (Sumatera) Kiagoos Irvan Faisal.
Salah satu imbas positif dari kegiatan ini diantaranya terhadap tingkat hunian hotel. Hal itu diakui oleh General Manager CK Hotel Tanjungpinang, Sutisna. CK Hotel yang berada di Jalan RH Fisabilillah, merasakan langsung dampak dari Tour de Kepri. Karena, hampir seluruh peserta lomba balap sepeda menginap di sana.
Selain itu, CK Hotel menjadi lokasi flag off etape II Tour de Kepri, Bintan Classic. Para peserta menempuh perjalanan sepanjang 135 Km. Rute yang dilalui adalah CK Hotel sebagai lokasi start, dan finish di Bintan. Selanjutnya, para peserta dibawa menggunakan kapal Roro ke Batam.
Menurut Sutisna, acara seperti Tour de Kepri membuat tingkat hunian hotelnya naik hingga dua kali lipat. Pada hari biasa, CK Hotel kedatangan sekitar 40 tamu per hari.
"Dengan hadirnya event seperti Tour de Kepri, jumlah hunian di hotel kita naik drastis. Mendekati 200 kamar yang terisi. Sedangkan total kamar yang kita miliki sekitar 240. Makanya kita juga memberikan pelayanan terbaik. Karena di momen inilah kita benar-benar diuji," tutur Sutisna.
Selain itu, yang membuat Sutisna senang adalah para peserta juga memiliki kemampuan spending yang cukup membantu.
"Tambahan keuntungan buat kita adalah para peserta ini menggunakan uangnya di luar tim. Seperti mereka memesan makan dan minum. Tidak terlalu besar memang. Mungkin sekitar 5 sampai 10% dari total pengeluaran tim. Tapi sangat berarti buat kita," katanya.
Sutisna mengaku ada satu hal menarik dari Tour de Kepri 2018, yaitu peserta makan pagi pukul 05.00 WIB.
"Dari sinilah perputaran ekonomi terjadi. Pertama, kita biasanya menyiapkan sarapan paling pagi pukul 06.00 WIB. Sedangkan sekarang lebih pagi dengan jumlah yang lebih banyak. Artinya, kita pun harus membeli tambahan bahan makanan. Dalam proses inilah perputaran ekonomi terjadi," terangnya.
Tidak hanya untuk sarapan, saat Gala Dinner, Jumat (28/9/2018) malam, proses ini juga terjadi. Bahkan dengan jumlah yang lebih banyak, karena hadir juga tamu-tamu undangan. (ega/fay)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!