Dalam pertemuan yang berlangsung di Parklane Hotel, London, Selasa (6/11) itu Arief mengungkapkan langkah Indonesia dalam meningkatkan sektor pariwisata.
Yang pertama dibahas oleh Arief adalah soal Implementasi Sustainable Tourism Destination. Menpar mengatakan, Indonesia berkomitmen mendukung program pariwisata berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Pariwisata nomor 14 tahun 2016. Peraturan tersebut menjadi panduan pengembangan destinasi berkelanjutan bagi destinasi di daerah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mendukung hal tersebut, ia memaparkan, pihaknya telah mengembangkan 5 Sustainable Tourism Observatory (STO) yang seluruhnya telah masuk dalam UNWTO Tourism Obeservatory/INSTO Network). Kemenpar pun mulai mempersiapkan untuk membangun 11 STO di 11 Destinasi pariwisata.
"Kemenpar akan terus mendorong perkembangan pariwisata berkelanjutan sehingga semakin meningkat daya saing pariwisata Indonesia. Dengan itu maka nama pariwisata Indonesia makin diperhitungkan," ungkapnya.
Perkembangan pariwisata Indonesia juga didukung pemberlakuan kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK). Arief mengungkap Kebijakan ini cukup berdampak pada peningkatan jumlah wisman.
Ia memaparkan, hingga saat ini BVK telah mencakup hingga 169 negara. Hasilnya terlihat dari tahun 2016. Saat itu kunjungan wisman ke Indonesia tumbuh 15,54 persen. Padahal pemberlakukan BVK 169 negara baru dimulai pada kuartal kedua.
"Tahun 2017, pertumbuhan wisman mencapai 21,88 persen nomor dua tertinggi di ASEAN setelah Vietnam. Salah satunya berkat diberlakukannya BVK di 169 negara," terangnya.
Meski begitu, salah satu poin terpenting dalam peningkatan pariwisata Indonesia menurut Arief adalah program Digitalisasi Pariwisata. Program ini dikatakan efektif mendongkrak pariwisata. Hampir 63% transaksi pariwisata dilakukan melalui digital.
Hal itu dipengaruhi oleh gaya hidup wisatawan. Dalam melakukan perjalanan (travelling) mereka tak lepas dari dunia digital mulai dari mencari dan melihat-lihat informasi (look), kemudian memesan paket wisata yang diminati (book) hingga membayar secara online (pay).
Begitu juga dengan proses penghitungan kunjungan wisatawan. Indonesia saat ini menggunakan Mobile Positioning Data (MPD) untuk meningkatkan akurasi penghitungan Wisman. Bahkan program MPD ini telah memperoleh dukungan dari UNWTO bulan maret 2017 yang lalu.
"Dengan saluran digital, penetrasi pasar dapat dilakukan secara luas. Saat ini semua lini didorong digital friendly. Industrinya difasilitasi bergabung dengan ITX Indonesia Travel Xchange. Inilah platform yang diendorse pemerintah untuk mempertemukan demand dan supply dalam bentuk digital market place. Sementara di komunitasnya, Kemenpar sudah membentuk Generasi Pesona Indonesia (GenPI) dan Generasi Wonderful Indonesia (GenWI). Dua-duanya sangat melek media sosial. Dan alamnya, kebanyakan ada di dunia maya," ungkapnya.
Berkembangnya digitalisasi juga mempengaruhi destinasi pariwisata. Dalam hal ini ia menerangkan, Kemenpar tengah mengembangkan destinasi digital yang dikemas secara kekinian dan dibangun oleh GenPI. Hingga saat ini telah ada 51 destinasi digital diseluruh Indonesia. Ia mengungkap target hingga akhir tahun ini akan ada 100 destinasi digital di Indonesia.
"More digital more global, more digital more personal, more digital more professional, dan digital destination menjadi tuntutan di era digital di mana generasi milenial adalah future customers sebagai konsumen yang paling haus akan pengalaman (experience) dibanding generasi-generasi sebelumnya," tuturnya.
Ia mengatakan masifnya perkembangan pariwisata Indonesia tentunya harus didukung dengan amenitas yang mumpuni. Caranya adalah dengan pembangunan dan pengembangan homestay. pihaknya menargetkan pengembangan dan pembangunan 10 ribu unit kamar homestay desa wisata pada 2019.
Menteri asal Banyuwangi itu mengatakan, pembangunan homestay merupakan salah satu cara realistis untuk memenuhi kebutuhan amenitas di Indonesia. Karena memiliki skala kecil, membangun homestay akan lebih mudah dan lebih fleksibel dibandingkan membangun hotel.
Selain itu pembangunan homestay juga bisa tersebar di berbagai destinasi wisata di seluruh pelosok Tanah Air karena dimiliki oleh masyarakat di sekitar destinasi wisata.
"Selain itu ketertarikan wisatawan terhadap homestay mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan pergeseran minat wisatawan yang kini lebih terbuka. Mereka lebih menyukai interaksi langsung dengan masyarakat sekitar. Dan ini semakin dicari wisatawan masa kini," pungkasnya. (ega/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!