Arief Yahya lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, 2 April 1961. Ia adalah anak dari pasangan H. Said Suhadi dan Hj. Siti Badriya. Arief Yahya berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang pedagang dan ibunya seorang ibu rumah tangga yang aktif di organisasi keagamaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berkat ketekunannya belajar di sekolah menengah, ia berhasil masuk Institut Teknologi Bandung (ITB) pada usia 18 tahun. Di kampus ini, Arief Yahya mendapat gelar insinyur Teknik Elektro ITB dengan hasil sangat memuaskan.
Selepas kuliah di ITB, ia diterima bekerja di perusahaan besar pelat merah bidang telekomunikasi yakni, Telkom. Ia memulai karier di Telkom pada 1986 di usia 25 tahun.
Di Telkom Arief mendapatkan karyawan terbaik. Ia pun diganjar program beasiswa Master Telematika di Surrey University, Inggris.
Sepulangnya dari Inggris, karier Arief Yahya berkembang. Berbagai jabatan yang pernah ia jabat mulai dari Kepala Kantor Daerah Telekomunikasi (kandatel), Kepala Divisi Regional (Kadivre), Direktur Enterprise dan Wholesale Telkom Indonesia, hingga menjadi nomor satu dengan jabatan Direktur Utama PT Telkom 2012-2017.
Beberapa penghargaan pun disabetnya selama di Telkom, di antaranya The Best Kandatel (Kantor Daerah Telekomunikasi), Pemasaran telepon terbaik Telkom Jakarta, Kepala Divisi Regional (Kadivre) Terbaik The Best Sponsor Telkom Kalimantan. Kadivre Terbaik, Penghargaan Management War Room terbaik 2003. The Best Jalur Komando Award, Panglima Daerah VI Kalimantan. Divre Terbaik, Rocky of The Year 2003, untuk Management Flexi, dan Divre VI Kalimantan.
Arief juga masuk dalam daftar "25 Business Future Leader", Economic Challenge Award 2012 kategori Industri Telekomunikasi, dan sebagai The CEO BUMN Inovatif Terbaik 2012.
Dari pemerintah, Arief juga diganjar penghargaan Satyalencana Pembangunan dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Ia dinilai berhasil dalam Peningkatan Pelayanan Prima di Kalimantan dan Jawa Timur.
Arief punya filosofi yang mengenai keberhasilannya itu. "Pilih orangnya dulu, kemudian katakan keinginanmu," katanya mengutip Jim Collins dalam buku Good to Great.
Dia bilang, dalam buku terdapat ada dua proses besar untuk menggulirkan perubahan di dalam organisasi yang hebat yang disebut organisasi Good to Great). Proses pertama adalah build up yang terdiri dari Level 5 Leadership, First Who then What, dan Confront the Brutal Facts. Proses kedua adalah breakthrough yang terdiri dari: Hedgehog Concept, Culture of Discipline, dan Technology Accelerators.
"Khusus mengenai First Who then What, banyak pemimpin yang lebih memilih pendekatan First What then Who. Mereka seringkali terjebak. Mereka sering mengatakan tetapkan visi, misi, dan strategi, baru kemudian dipilih orang-orangnya," katanya.
Menurut Arief, jika mengambil pilihan itu artinya sebuah institusi masih menjalankan Kepemimpinan Level 4 (Level 4 Leadership). Untuk mencapai Kepemimpinan Level 5 (Level 5 Leadership) ia memilih First Who then What.
Selama 28 tahun berkarier di Telkom, Arief Yahya diminta Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Pariwisata dalam Kabinet Kerja 2014-2019.
Mendapat tantangan di sektor pariwisata, Arief Yahya mendapat berbagai prestasi. Pariwisata menjadi tiga besar penyumbang devisa negara hingga akhirnya ditetapkan sebagai core economy oleh presiden.
"Dalam organisasi Good to Great, yang terpenting adalah memilih orang-orang (who) terlebih dulu, dibandingkan menetapkan apa yang harus dilakukan (what). Bila diilustrasikan dengan sebuah bus, maka transformasi organisasi Good to Great bukan dimulai dari membayangkan ke arah mana bus akan meluncur dan kemudian mencari orang-orang yang mengemudikannya untuk menuju ke sana," terangnya.
Karena itu, kata Arief, hal pertama yang harus dilakukan oleh pemimpin hebat (Great Leader) dalam memulai transformasi adalah menempatkan orang yang hebat (Great People) di dalam 'bus'-nya. Menurutnya, pemimpin Good to Great menggunakan tiga prinsip dalam memulai sebuah proyek transformasi organisasi.
"Pertama, ia selalu memulai transformasi dengan "siapa" (who) daripada "apa" (what). Hal ini memungkinkan si pemimpin untuk beradaptasi terhadap perubahan, se-ekstrem apapun perubahan yang dihadapi organisasi," katanya.
Keberhasilan Arief Yahya mengubah wajah pariwisata, membuatnya menjadi penerima ASEAN Engineering Award 2018. Khususnya untuk kategori Distinguished Honorary Fellow atau gelar insinyur kehormatan. Penghargaan diberikan dalam Conference of ASEAN Federation of Engineering Organizations (CAFEO) ke-36 di Singapura. (mul/ega)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!