Inilah kisah pramugari Singapore Airlines Rany Razia. Ia berasal dari Surabaya.
detikTravel bersama rombongan media dari berbagai negara menyambangi Singapore Airlines Training Centre di Singapura, dari tanggal 15-16 November 2018 lalu. Di dalam gedung inilah kami bertemu dengannya yang sengaja dipertemukan dengan kami.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana awal perjalanan Rany?
"Dulu iseng aja. Iseng-iseng berhadiah. Interview 2007, lalu tahun 2008 bulan Juli lah saya datang ke Singapurnya," ucap Rany mengawali kisahnya.
"Yang kepengen itu temen-temen saya, saya nggak kepengen sebetulnya. Karena saya sudah sekolah susah-susah jadi pengacara trus jadi pramugari kan, gimana gitu. Saya lulusan Universitas Airlangga dulu," imbuh dia.
Meski hanya mencoba-coba, justru Rany lah yang lolos 'walk in interview'. Teman-temannya nggak ketrima dan hanya dirinya yang diterima pada tahap akhirnya.
Sudah sepuluh tahun Rany menjadi seorang awak kabin. Ia dulu digadang orang tuanya untuk menjadi pengacara atau ahli hukum lainnya.
"Ibu saya juga sempet nggak setuju. Alasannya karena kamu sudah sekolah tinggi-tinggi dan susah-susah ngapain jadi pramugari. Kenapa nggak dari awal jadi pramugari, gitu," jelas Rany menjelaskan kemauan orang tuanya.
"Ah enggak, ku coba dulu paling tidak 2 tahun," kata dia menjawab orang tuanya.
Setelah masuk menjadi awak kabin, Rany senang dengan lingkungannya kerja juga di Singapura. Ia mengaku memiliki banyak teman dari pekerjaanya itu.
"Tapi keterusan jadi seneng. Karena lifestylenya ya, terus juga ketemu banyak orang. Mikirnya jadi banyak temen," kata dia.
"Jadi setiap penumpang punya karakteristik dan sifat sendiri. Buat saya itu pembelajaran. Juga untuk gimana sih untuk menghadapi seseorang," pungkas Rany. (msl/aff)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol