Antara Turis Berkualitas vs Kuantitas, Menpar Pilih Mana?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Antara Turis Berkualitas vs Kuantitas, Menpar Pilih Mana?

Wahyu Setyo Widodo - detikTravel
Kamis, 20 Des 2018 21:30 WIB
Foto: Dok Kemenpar
Jakarta - Meski target 17 juta wisman tahun ini belum tercapai, tapi target devisa US$ 17 Miliar terlampaui. Antara kualitas dan kuantitas, Menpar pilih mana?

Secara kuantitas, jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia tidak mencapai target sebanyak 17 juta orang. Namun secara kualitas, devisa yang masuk ke Indonesia memenuhi target yang ditetapkan yaitu sebesar US$ 17 Miliar. Menteri Pariwisata Arief Yahya tidak ingin membandingkan antara keduanya karena bagi Arief antara kualitas dan kuantitas sama pentingnya.

"Saya harus garis bawah dulu. Kita harus ambil semua customer, yang spendingnya besar dan yang spendingnya tidak besar. Itu tidak ada masalah. Target yang dibebankan oleh presiden ke saya itu dua-duanya. Jumlahnya ditargetkan, dan revenuenya juga. Saya nggak bisa sewenang-wenang mencari jumlah yang besar tanpa melihat berapa devisanya," jelas Menpar Arief Yahya dalam acara Jumpa Pers Akhir Tahun (JPAT) di Balairung Soesilo Soedarman Gedung Sapta Pesona Kemenpar, Jakarta, Kamis (20/12/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dari pengalaman Arief, tidak selamanya customer yang spendingnya besar lebih menguntungkan dibandingkan dengan customer yang spendingnya tidak besar. Contoh waktu dia menangani bisnis yang pendapatannya 1M dengan yang hanya Rp 35 ribu per customernya, ternyata yang Rp 35 ribu lebih menguntungkan.

"Saya saksinya. Ternyata salah jawabannya, bukan yang 1M tapi yang Rp 35 ribu. Itu namanya Average Revenue Per User (ARPU). ARPU yang tinggi belum tentu lebih menguntungkan dari ARPU yang rendah. Itu sering salah. Ini harus saya luruskan," kata Arief.

Arief pun memberikan contoh lagi, kali ini turis MICE. Industri MICE ternyata menyumbangkan pendapatan yang besar, meski secara kuantitas kecil karena Average Spendingnya per Arrival (ASPA) mereka bisa 2 kali lebih besar dari turis biasa. Jika turis biasa hanya rata-rata US$ 1.100, turis MICE bisa US$ 2.500.

Arief menyebut itu sebagai segmentasi pasar, dan menurut Arief keduanya harus bisa diraih kalau tidak, kedua segmen itu siap diserobot negara lain.

"Saya orang yang tidak suka mendikotomi. Turis yang satu disebut Quality Tourism, yang lain nggak. Semuanya berkualitas. Segmen yang high spender kita ambil tapi jumlahnya kecil. Segmen lainnya juga kita ambil. Kalau kita tidak mau ambil, negara lain yang ambil," tutup Arief.


(wsw/aff)

Hide Ads