Tak bisa dipungkiri, kalau pesona Varanus Komodoensis atau komodo menjadi salah satu daya tarik wisatawan di NTT. Menyadari hal tersebut, Gubernur NTT Viktor Laiskodat berkeinginan untuk memaksimalkan taman nasional yang berada di daerahnya tersebut.
Tahun lalu misalnya, Gubernur Viktor mewacanakan untuk menaikkan harga tiket masuk TN Komodo menjadi USD 100 (Rp 1,4 juta) untuk wisnus dan USD 500 (Rp 7 juta) untuk wisman. Walau belum diimplementasikan, tapi wacana itu langsung menuai pro kontra.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum selesai polemik tarif, kini Gubernur Viktor ingin menutup TN Komodo selama setahun setahun. Seperti alasan di balik kenaikan tarif, disebut kalau Viktor ingin menjaga TN Komodo dengan sejumlah kebijakan tersebut.
"Pemerintah NTT akan melakukan penataan terhadap kawasan Taman Nasional Komodo agar menjadi lebih baik, sehingga habitat komodo menjadi lebih berkembang. Kami akan menutup Taman Nasional Komodo selama satu tahun," kata Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat ketika ditemui di Kupang sebagaimana dikutip dari Antara (20/1/2019).
![]() |
"Jadi bapak Gubernur menghendaki agar pengelolaan TN Komodo itu dilakukan benar-benar secara profesional dan TN Komodo itu harus benar-benar jadi taman di mana ekosistem dan konservasi alam, fauna khususnya komodo itu harus benar-benar optimal. Itu dasarnya," ujar Marius.
Selain ramainya wisatawan yang dianggap berpotensi merusak ekosistem TN Komodo, berkurangnya jumlah populasi rusa akibat pemburu liar juga disebut Marius berbahaya.
"Bapak Gubernur melihat kalau ini bisa mengancam habitat komodo, sehingga dia bilang ini harus ditata dengan baik. Lalu kemudian lebih payah lagi beberapa waktu ini ratusan rusa yang jadi makanan utama dia (Komodo-red) itu diburu pemburu liar dan itu tidak terkontrol dengan baik oleh otoritas TN Komodo. Dan ini kalau tidak dikontrol dengan baik pasokan makanan mereka itu akan berkurang dan itu akan mengancam berkembangnya habitat komodo itu," jelas Marius.
Terkait sejumlah kebijakan tersebut, ke depannya pihak Pemprov NTT ingin mengejar wisatawan yang berkualitas dan tak lagi kuantitas. Alasannya untuk konservasi Komodo.
"Jadi kita harus bisa mengutamakan kualitas ketimbang kuantitas. Apa artinya kita memburu kuantitas (jumlah wisatawan - red) sementara dia tidak menjaga konservasi alamnya. Sementara dari hasil kunjungan itu kita mendapati banyak sekali yang mengganggu misalnya. Tidak seimbang antara uang yang kita dapat dengan apa yang ia peroleh," ujar Marius.
BACA JUGA: TN Komodo Rencananya Tutup 1 Tahun, KLHK: Belum Ada Info
Namun, hingga saat ini rencana penutupan TN Komodo disebut Marius masih jadi wacana. Apabila pihak Pemprov NTT diberi izin oleh Kementerian terkait, bukan tak mungkin kalau kebijakan itu akan jadi nyata.
"Ini kan baru wacana bapak Gubernur. Wacana kalau misalnya nanti pemerintah provinsi juga diberi otoritas untuk mengelola, maka itu beberapa pikiran kebijakan pak Gubernur," tutup Marius.
Di luar negeri, rencana penutupan tempat wisata selama beberapa waktu demi menjaga ekosistem bukan barang baru. Contohnya seperti penutupan sementara waktu Pantai Boracay di Filipina dan Maya Bay di Thailand yang ekosistemnya dianggap telah rusak akibat wisata masal.
Simak Juga 'Wacana Tiket TN Komodo Naik, Kadispar NTT: Harga Saat Ini Rendah':
(rdy/aff)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan