Melansir CNN Travel, Selasa (5/3/2019), Anda mungkin kehilangan sedikit privasi jika kursi dalam kabin pesawat dipasangi kamera pengintai. Bagaimana tidak, Anda sudah terbang di ruang kecil dengan ratusan orang tapi masih belum bisa makan, tidur dan bersantai dengan enak.
Pada bulan Februari salah satu penumpang Singapore Airlines, istri dari Vitaly Kamluk menemukan kamera pengintai itu dan menunjukkan kepadanya. Ia melihat sensor tak biasa di bawah layar hiburan dalam pesawat (IFE).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kamluk menduga itu adalah kamera. Ia kemudian memotret dan mengunggahnya ke Twitter seraya menandai Singapore Airlines dengan harapan mendapat jawaban.
"Saya benar-benar cukup terkejut melihat sesuatu seperti kamera dan sebagai ahli keamanan saya bisa membayangkan banyak skenario penyalahgunaan sensor seperti itu yang mengapa saya memutuskan untuk membunyikan bel," katanya.
Postingan Kamluk dengan cepat menarik reaksi di media sosial. Termasuk Singapore Airlines merespons, menjelaskan bahwa di sistem hiburan dalam pesawat yang terbaru memang ada penyematan kamera dan menekankan bahwa kamera ini dinonaktifkan.
"Kamera-kamera ini dinonaktifkan secara permanen di pesawat kami dan tidak dapat diaktifkan di atas pesawat," ujar Singapore Airlines.
Just found this interesting sensor looking at me from the seat back on board of Singapore Airlines. Any expert opinion of whether this a camera? Perhaps @SingaporeAir could clarify how it is used? pic.twitter.com/vy0usqruZG
β Vitaly Kamluk (@vkamluk) 17 Februari 2019
Sejarah kamera di dalam kabin pesawat
Fakta bahwa beberapa kursi pesawat memiliki kamera internal bukanlah hal baru. Sistem hiburan dalam penerbangan Singapore Airlines diproduksi oleh Panasonic Avionics, perusahaan yang berbasis di AS yang memasok IFE untuk berbagai maskapai besar dan perusahaan Prancis Thales.
Panasonic mengumumkan beberapa waktu lalu bahwa memang ada penambahan kamera di bagian belakang kursi. Dan pada tahun 2017, Panasonic Avionics mengumumkan kemitraan dengan Tascent, perusahaan yang bergerak di bidang inovasi biometrik dan identitas.
"Perusahaan akan menggabungkan perangkat identitas biometrik, perangkat lunak, dan layanan dengan hiburan dalam sistem komunikasi penerbangan Panasonic Avionic Corporation untuk memberikan pengakuan identitas yang mudah digunakan sebelum keberangkatan, selama penerbangan dan pada saat kedatangan," ujarnya dalam sebuah keterangan resmi.
Idenya adalah kamera di kursi belakang sebagai fasilitas imigrasi onboard yang dapat melewati garis ketika Anda mendarat. Juga disarankan bahwa kamera kursi belakang dapat membantu pemrosesan pembayaran untuk pembelian barang di dalam pesawat.
Pada Dubai Airshow 2017, Panasonic Avionics mengumumkan pembaruan IFE Emirates di First Class and Economy. Dikenalkan adanya kamera, plus mikrofon dan speaker.
Hi Peter, the cameras are in selected Business, Premium Economy and Economy Class. We would like to share that they have been permanently disabled on our aircraft and cannot be activated on board. We have no plans to enable or develop any features using the cameras. Thank you.
β Singapore Airlines (@SingaporeAir) 19 Februari 2019
Apakah Emirates menggunakan kamera pengawasnya?
"Beberapa dari pesawat 777 kami memiliki kamera yang sudah dipasang dengan perangkat keras hiburan. Kami beli dari pabrikan (Panasonic). Itu awalnya dimaksudkan untuk panggilan video kursi-ke-kursi, namun Emirates tidak pernah mengaktifkannya," kata seorang juru bicara maskapai penerbangan yang berbasis di Dubai.
Tentang masalah ini, Singapore Airlines menambahkan komentarnya.
"Kamera-kamera ini telah dirancang oleh produsen untuk pengembangan di masa depan. Kami tidak memiliki rencana untuk mengaktifkan atau mengembangkan fitur apa pun menggunakan kamera," kata Singapore Airlines.
Sementara itu, American Airlines mengatakan bahwa kamera adalah fitur standar, tetapi tidak diaktifkan dan operator tidak memiliki rencana untuk menggunakannya. Seorang juru bicara maskapai penerbangan Australia Qantas juga mengatakan bahwa produsen IFE memasukkan kamera built-in sebagai standar barang penjualannya dan mengatakan maskapai tidak dapat mengaktifkan kamera, bahkan jika mereka mau.
"Fitur ini akan memerlukan perangkat lunak untuk dapat diaktifkan yang Qantas tidak miliki dan tidak berencana untuk menginstal," kata dia.
Air New Zealand dan British Airways mengatakan bahwa tidak ada kamera di pesawat mereka. Dua gambar yang diperoleh CNN Travel dari sistem IFE pada pesawat British Airways menggambarkan sesuatu yang tampak seperti sebuah lensa kamera. Namun BA menggambarkannya sebagai sensor lingkungan inframerah dan bukan kamera.
Apakah kamera ini meningkatkan pengalaman terbang?
Apakah kamera di kursi pesawat ini merupakan ide yang buruk? Beberapa ahli penerbangan berpikir mereka bisa meningkatkan pengalaman penerbangan dalam pesawat.
Joe Leader, CEO badan perdagangan penerbangan Airline Passenger Experience Association (APEX) berpikir ada beberapa penggunaan praktis untuk kamera ini. Selain memfasilitasi obrolan video antar penumpang, kamera ini juga dapat mengawasi penumpang yang tidak sehat atau memantau kabin jika ada perilaku mencurigakan.
BACA JUGA: 6 Hotel Unik Bertemakan Pesawat, Sudah Pernah ke Sini?
Kamera juga dapat digunakan sebagai perpanjangan mata pramugari udara. Mengenai masalah privasi, APEX menunjukkan keberadaan kamera di masyarakat abad ke-21.
"Hari ini, penumpang maskapai sudah biasa dilacak keberadaannya di luar pesawat puluhan kali melalui toko, keamanan, jalan raya dan bandara dengan kamera tanpa izin," kata APEX dalam sebuah pernyataan resmi.
"Sebaliknya, maskapai penerbangan hanya ingin menggunakan kamera di masa depan dengan izin ketika teknologi telah maju untuk menawarkan peningkatan layanan pribadi yang diinginkan penumpang. Risiko terbesar terhadap pelanggaran privasi penumpang pesawat berasal dari smartphone, tablet, kamera, komputer dan perangkat pintar mereka sendiri yang digunakan dalam pengaturan pribadi," imbuh dia.
Ketakutan adanya peretasan?
Panasonic Avionics menekankan bahwa pemasangan kamera itu dilakukan untuk privasi penumpang. Pihaknya tidak akan pernah mengaktifkan fitur atau fungsi apa pun dalam sistem IFE tanpa arahan eksplisit dari pelanggan penerbangan, dalam sebuah pernyataan.
"Sebelum menggunakan kamera apapun pada sistem Panasonic Avionics yang akan memengaruhi privasi penumpang, kami akan bekerja sama dengan pelanggan maskapai penerbangannya untuk mengedukasi para penumpang tentang cara kerja sistemnya. Dan mengesahkannya dnegan kepatuhan terhadap semua undang-undang dan peraturan privasi yang sesuai, seperti pada regulasi privasi data Uni Eropa (GDPR)," kata dia.
Panasonic Avionics dan perusahaan penerbangan mengatakan kamera saat ini dinonaktifkan. Namun, mereka tidak menutupnya secara fisik dan penumpang tetap khawatir tentang adanya peretasan.
Kamluk adalah seorang pakar keamanan cyber. Ia mengatakan bahwa itu adalah masalah utama.
"Penumpang harus memahami bahwa ini bukan tentang konspirasi pemerintah atau maskapai penerbangan terhadap mereka. Saya yakin bukan kepentingan maskapai untuk memata-matai penumpang mereka," kata dia.
Risiko sebenarnya berasal dari potensi akses tidak sah ke perangkat ini dari penyerang jahat yang kuat. Sejauh IFE terhubung ke internet, ada kemungkinan peretasan jarak jauh dan spionase jika perangkat tersebut dapat diaktifkan dalam perangkat lunak.
"Ini berpotensi komunikasi penumpang VIP dikuping, data paspor difoto saat mengisi deklarasi pabean, memasukkan kode PIN rahasia atau kata sandi untuk membuka kunci perangkat pengguna dapat direkam dalam video," kata Kamluk.
(msl/aff)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Ada Apa dengan Garuda Indonesia?