Top GMTI 2019 sendiri didominasi negara-negara Asia. Beberapa negara terbaik, di bawah Indonesia ada Malaysia dengan poin yang sama yakni 78.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyampaikan kemenangan ini telah dinyatakan dan ditetapkan sejak jauh-jauh hari. Laporan GMTI menganalisa berdasarkan 4 kriteria penilaian strategis, yaitu Akses, Komunikasi, Lingkungan, dan Layanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat memberikan keynote speech di acara tersebut Arief menceritakan kronologis implementasi strategi untuk mendapat posisi nomor 1 di GMTI yakni dengan bantuan tim percepatan wisata halal. Menurutnya peringkat 1 GMTI 2019 vital bagi pariwisata Indonesia.
"Kami gembira karena bisa menjadi peringkat 1 GMTI 2019. Status terbaik dunia sangat penting. Sebab, menjadi representasi kualitas wisata halal dan berbagai usaha perbaikan yang dilakukan selama ini. Hasil ini menjadi bukti solidnya stakeholder pariwisata di Indonesia," ungkap Arief.
Menurut Arief prestasi ini memiliki makna 3C, yakni Calibration, Confidence, hingga Credibel. Hal ini otomatis menaikkan daya saing wisata halal di level global.
"Menduduki status terbaik, daya saing wisata halal terus naik. Artinya, destinasi wisata halal yang ada di Indonesia lebih baik dari negara manapun. Kredibilitasnya pasti naik sekaligus tingkat kepercayaan diri. Untuk itu, wisatawan harus terus menempatkan Indonesia di urutan pertama daftar kunjungannya. Sebab, semua aspek terbaik ada di Indonesia," ujarnya.
Ia menceritakan, melesatnya peringkat Indonesia memang tidak lepas dari beragam perbaikan yang dilakukan. Perbaikan itu meliputi sektor aksesibilitas, komunikasi, pengendalian faktor lingkungan, hingga pelayanan. Untuk aksesibilitas, peningkatan signifikan dilakukan di 5 wilayah, seperti Aceh, Sumatera Barat, Kepulauan Riau & Riau, Jakarta, dan Lombok. Fokusnya mulai dari bandara, pelabuhan, jalan, hingga rel kereta api.
Untuk pengembangan komunikasi juga gencar dilakukan pada 5 wilayah itu. Fokusnya pengembangan Muslim Visitor Guide, Stakeholder Education, Market Outreach, Tour Guide, hingga Digital Marketing. Mobilitasnya semakin mudah dengan dukungan WiFi di bandara, lalu destinasi punya komitmen kuat mengembangkan infrastruktur.
Wisatawan juga dimanjakan dengan beragam fasilitas pendukung wisata halal. Pada 5 daerah itu, destinasi wisatanya selalu didukung dengan restoran halal yang tersertifikat. Jumlah tempat ibadah banyak dan tersebar merata. Begitu juga dengan bandaranya yang dilengkapi prayer room. Untuk hotel, dapurnya tersertifikat halal lalu atraksinya kuat dengan nuansa islami.
"Yang jelas, fasilitas terbaik wisata halal ada di Indonesia. Bukan hanya kuantitas saja, tapi kualitasnya juga bisa dipertanggungjawabkan. Semua tertib aturan dan tersertifikasi dengan baik, bahkan secara berkala rutin di upgrade. Dengan upaya yang dilakukan, kami yakin tahun depan posisi GMTI Indonesia akan berada di atas Malaysia. Indonesia akan berstatus peringkat 1 secara penuh," papar Arief.
Arief menambahkan, keberhasilan Indonesia menduduki posisi 1 GMTI 2019, membuatnya berhasil mengikis point pada tahun lalu. Sebab, pada 2018 Indonesia berada di urutan ke-2 dengan 72,8 point. Negeri Jiran Malaysia tepat di atasnya dengan nilai 80,6. Saat itu, Indonesia hanya unggul untuk aspek outreach dan unique experience. Untuk kualitas berimbang dimiliki aspek safety and culture.
"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas beragam perbaikan fasilitas di lini wisata halal. Dengan rapor ini, wisata halal Indonesia akan terus berkembang. Bila industrinya terus kompetitif seiring arus masuk wismannya, maka masyarakat akan semakin sejahtera. Ada income besar yang dinikmati langsung oleh masyarakat," tutup Arief.
Adapun negara yang masuk daftar 10 Top GMTI adalah:
1. Indonesia (78)
2. Malaysia (78)
3. Turki (75)
4. Arab Saudi (72)
5. Uni Emirat Arab (71)
6. Qatar (68)
7. Maroko (67)
8. Bahrain (66)
9. Oman (66)
10. Brunei Darussalam (65) (prf/fay)
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour