"Bahkan dalam roadshow, Pak Menpar Arief Yahya mendatangi semua airlines itu," kata Karo Komblik Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Guntur Sakti dalam keterangan tertulis, Selasa (11/6/2019).
Selain itu menurutnya Arief juga mendatangi Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II yang mengurus terminal dengan segala teknologi dan masterplan-nya. Lalu berkali kali mengunjungi Air Navigation, yang mengatur lalu lintas pesawat di udara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam hal tersebut menurutnya Kemenpar fokus pada inbound flow, yang mana wisatawan mancanegara masuk ke Indonesia 75% via udara. Tahun 2019 ini persentase itu mulai berkurang, dengan program crossborder, tourism hub, dan cruise.
Ia mengataan dengan target kenaikan rata-rata per tahun harus 21%, maka yang harus didorong adalah seats capacity airlines yang masuk ke Indonesia.
"Maka semua airlines kita undang terbang membawa wisatawan ke Indonesia, terutama destinasi wisata," ungkapnya.
Tanpa menghitung seats capacity, atau kapasitas passangers yang masuk via udara, ia menyebut tidak mungkin bisa menepati target 20 juta wisatawan di 2019.
"Maka setiap tahun harus meng-create seats capacity! Istilah beliau harus berani supply yang meng-create demand," katanya.
Oleh sebab itu dengan airines yang ada, tidak akan cukup mengejar target. Apalagi dari yang ada, banyak yang menutup rute-rute ke destinasi wisata.
"Lombok itu destinasi super prioritas, selain Borobudur, Danau Toba, dan Labuan Bajo. Maka Lombok itu sangat strategis," ujarnya.
Guntur mengatakan Kemenpar sangat membutuhkan airlines, yang diibaratkan sebagai alat produksi dalam bisnis services. Apalagi pintu udara masih besar persentasenya, membawa wisatawan. Namun airlines juga membutuhkan atraksi di destinasi, sebagai daya tarik akan orang mau berwisata.
Maka, wajar di semua inflight magazines selalu menampilkan liputan utamanya destinasi wisata, baik alam, budaya, maupun buatan. Karena ada hubungan timbal balik yang kuat itulah Kemenpar menggandeng semua airlines.
"Sekali lagi, bukan hanya Air Asia, tapi semua airlines diundang untuk bekerja sama dengan Kemenpar," ungkap Guntur.
Kerja sama dengan Garuda Group, yang milik BUMN juga dilakukan dengan porsi yang paling besar.
"Bahkan sejak 2010 sudah mempunyai MoU dengan Garuda, di mana Garuda selalu kita berikan free space, di tempat terdepan, setiap pameran di pasar yang diterbangi Garuda," katanya.
Bukan hanya itu, lanjut Guntur, dengan Garuda di Australia pada 2018 ada aktivasi kegiatan Consumer Selling, B2C dengan nama Garuda Indonesia Travel Fair (GATF) di tiga kota, yang merupakan originasi terbesar di Australia.
Tiga kota tersebut di antaranya Perth, venue: Carousel Westfield, 7-9 Desember 2018, luas lahan untuk acara yang didedikasikan buat Garuda, 6m x 3m. Lalu di Melbourne, venue: Melbourne Central pada 7-9 Desember 2019, dengan lahan: 8m x 8m. Kemudian Sydney di Martin Place Outdoor, 10-11 Desember 2018, dengan lahan cukup luas, 15m x 20m.
Selain penyelenggaraan kegiatan, dilakukan pre-event campaign di media cetak dan online. Campaign di media cetak berupa press ads di the West Australian, Sydney Morning Herald, dan the Age. Adapun on-event coverage dilakukan oleh online media yaitu Indobuletin dan Indomedia, radio oleh BBC Australia.
Hal serupa juga dilakukan di Singapore. Sedangkan di Jepang keikutsertaan Garuda pada 2018 ada di Marine Diving Fair 2018, Consumer Selling Osaka kerja sama dengan HIS, Famtrip kerja sama dengan KJRI Osaka ke Jawa Timur (Surabaya, Ponorogo, Bromo), Long Stay Fair Trade Show 2018, Business Gathering Tokyo dan Osaka 2018.
Lalu pada 2019 dilanjutkan dengan Marine Diving Fair 2019, Kanku Tabihaku 2019, Blue Ocean Fes Kansai 2018, Business Gathering Tokyo dan Osaka 2019, Tourism Expo Japan 2019, dan Long Stay Fair 2019.
Walaupun sudah dilakukan banyak kerja sama, hal tersebut menurut Guntur belum cukup untuk mencapai target 20 juta wisatawan pada 2019. Kemenpar pun masih akan menggandeng airlines lain untuk menerbangi destinasi wisata prioritas dan tetap bekerja sama dengan penerbangan dalam negeri.
"Kalau Kemenpar spiritnya Indonesia Incorporated, semua industri yang terkait dengan 3A, dirangkul. Termasuk industri airlines. Tetapi ujungnya kan tidak semua industri itu mau, dan serius berkomitmen untuk memajukan pariwisata Indonesia," katanya. (idr/idr)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol