Cerita Peneliti dari Tempat Paling Kesepian di Bumi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Cerita Peneliti dari Tempat Paling Kesepian di Bumi

Afif Farhan - detikTravel
Sabtu, 03 Agu 2019 18:10 WIB
Pulau Bouvet, tempat paling kesepian di Bumi (British Antarctic Survey/BBC)
Bouvet - Pernah dengar nama Bouvet? Inilah pulau yang dijuluki tempat paling kesepian di Bumi. Jauh dari mana-mana, tapi menarik untuk diteliti.

Jika mencari di internet soal tempat-tempat terpencil di dunia, maka Pulau Bouvet adalah salah satunya. Pulau yang masuk dalam wilayah negara Norwegia ini, berlokasi di bagian selatan Samudera Atlantik. Berjarak 1.000 km dari Kutub Selatan, serta lebih dari 3.000 km dari daratan Argentina dan Afrika Selatan. Tidak ada manusia di sana!

Pulau Bouvet pertama kali ditemukan oleh seorang pelaut Prancis, Jean-Baptiste Charles Bouvet de Lozier. Tahun 1738 dia menawarkan diri untuk menjelajahi bagian selatan Bumi kepada pemerintah Prancis. Tujuannya, untuk mencari daratan baru yang tentu saja bisa dikuasai dan dijadikan koloni.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Permintaannya dikabulkan, Jean-Baptiste pun dimodali dua kapal yang bernama Aigle dan Marie. Perjalanannya pertama-tama dari Prancis menuju ke Brasil. Lalu dari sana, dia berangkat pada bulan Juli 1738 dan tiba di Pulau Bouvet pada bulan Desember 1739.

Dari cerita perjalanan Jean-Baptiste, kala itu krunya melihat daratan luas yang pinggiran pulaunya adalah tebing-tebing es. Setelah mengelilingi pulaunya, Jean-Baptiste dapat bertemu pantai dan mencoba untuk menetap selama mungkin.

Di sana pula, Jean-Baptiste bersama kru kapalnya melihat penguin. Dia menuliskan, 'mahluk amfibi yang terlihat lebih besar daripada bebek tapi memiliki sayap bukan sirip'. Masih banyak yang mau dijelajahi, tapi sayang waktunya tidak banyak.

Lokasi Pulau Bouvet, jauh dari mana-mana dan tak berpenghuni (BBC)Lokasi Pulau Bouvet, jauh dari mana-mana dan tak berpenghuni (BBC)


Persedian makanan menipis dan banyak kru kapal yang sakit. Ditambah suhu yang setiap hari sangat dingin, hujan es dan badai salju, membuat kondisi makin buruk.

Satu bulan menetap di pulaunya, Jean-Baptiste kembali pulang ke kampung halamannya. Dia pun meminta maaf kepada pemerintah Prancis dan bilang, kalau pulau yang ditemuinya sangat tidak layak untuk dihuni. Hanya tanah dan batu, tidak ada tumbuhan dan tidak banyak hewan.

Jean-Baptiste Charles Bouvet de Lozier, yang namanya digunakan untuk menamai pulaunya sebagai Pulau Bouvet (Wikipedia)Jean-Baptiste Charles Bouvet de Lozier, yang namanya diabadikan untuk menamai pulaunya sebagai Pulau Bouvet (Wikipedia)


Setelah itu, hampir 100 tahun lebih belum ada penjelajah yang mendatangi pulau yang akhirnya diberi nama Pulau Bouvet (sesuai nama si jean-Baptiste). Barulah di tahun 1822, pelaut asal Amerika bernama Benjamin Morrell datang ke sana.

Kemudian, pelaut asal Inggris George Norris juga pernah mampir ke Pulau Bouvet di tahun 1825. Tapi para pelaut-pelaut itu, ternyata tidak tertarik untuk mendaulat Pulau Bouvet sebagai bagian negaranya. Hingga pelaut asal Norwegia, Harald Horntvedt datang ke sana di tahun 1927 dan mendeklarasikan Pulau Bouvet sebagai bagian negara Norwegia hingga saat ini.

BACA JUGA: Inilah Hotel Terpencil di Dunia


Penelitian di Pulau Bouvet

British Antarctic Survey, suatu organisasi penelitian ilmiah dari Inggris yang berfokus meneliti kawasan Antartika dan Kutub Selatan belum lama ini melakukan ekspedisi ke Pulau Bouvet. Mereka datang dengan naik kapal laut dan lanjut naik helikopter.

"Sangat indah, menakjubkan dan luar biasa," kata Liz Thomas, ketua penelitinya kepada BBC seperti dilansir detikcom, Sabtu (3/8/2019).

British Antarctic Survey mendatangi Pulau Bouvet (British Antarctic Survey)British Antarctic Survey mendatangi Pulau Bouvet (British Antarctic Survey)


Asal tahu saja, 90 persen wilayahnya tertutup oleh gletser (bongkahan es besar yang menutupi permukaan tanah). Satu-satunya cara adalah naik helikopter untuk sampai ke sana, sebab kapal sulit bersandar.

Cuaca di Pulau Bouvet juga sangat ekstrem. Semenit cerah, semenit kemudian gelap dan angin kencang. Dalam satu tahun bisa terjadi 300 kali badai salju!

Pulau Bouvet yang dilapisi gletser (British Antarctic Survey)Pulau Bouvet yang dilapisi gletser (British Antarctic Survey)


Apa yang peneliti lakukan di sana?

Liz Thomas menjelaskan, Pulau Bouvet berada di kawasan 'sabuk angin barat'. Artinya, angin di kawasan tersebut sangat penting untuk mengubah dunia akhir-akhir ini. Angin barat telah mendorong naiknya permukaan air di samudera dan membuat gletser cepat mencair.

"Kami pun meneliti es di Pulau Bouvet. Nantinya akan ketahuan tentang bagaimana pemanasan global sejauh ini," terang Liz Thomas.

British Antarctic Survey meneliti es di Pulau Bouvet (British Antarctic Survey)British Antarctic Survey meneliti es di Pulau Bouvet (British Antarctic Survey)


(British Antarctic Survey)(British Antarctic Survey)


Menurut Liz Thomas, es di Pulau Bouvet menyimpan banyak data menarik untuk diteliti. Dari pemanasan global, naiknya permukaan air laut, pergeseran es di antartika di zaman dulu (ada dugaan bahwa Pulau Bouvet di zaman dulu adalah bagian daratan dari Kutub Selatan), sejarah zaman es dan apakah ada senyawa kehidupan di sana.

"Kami mengebor lapisan esnya sampai kedalaman 14 meter untuk mendapatkan data-data tersebut," ujarnya.

BACA JUGA: Menguak Tempat Terpencil di Bumi: Pulau Kekecewaan

Tim dari British Antarctic Survey hanya berada di Pulau Bouvet selama beberapa jam. Cuaca yang ekstrem dinilai cukup berbahaya.

Penelitian dari British Antarctic Survey akan dibantu oleh Antarctic Circumpolar Expedition dan Swiss Polar Research Institute. Pulau Bouvet, tempat paling kesepian di Bumi itu, mungkin nantinya bisa membantu manusia untuk lebih menjaga planet ini.


(aff/aff)

Hide Ads