Beberapa waktu lalu, detikcom berkeliling Kabupaten Rote Ndao di NTT. Kabupatennya berupa kepulauan dengan total 96 pulau. Namun, hanya 7 pulau yang berpenghuni dengan Pulau Rote sebagai yang paling besar.
Salah satu pulau yang lokasinya di paling selatan Indonesia adalah Pulau Ndana. Pulau yang tak berpenghuni, hanya ditempati sekitar 30-an tim Satgas Pengamanan Pulau Terluar dari kesatuan TNI Angkatan Darat (AD) dan Angkatan Laut (AL).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pulau Ndana bisa dikunjungi wisatawan. Asal, wisatawan melapor dulu pada tim Satgas Pengamanan Pulau Terluar di Pantai Oeseli, Desa Oeseli, Kecamatan Rote Barat Daya. Baru setelah itu menyewa kapal nelayan setempat untuk tiba di Pulau Ndana sekitar 1 jam.
"Pulau Ndana, percaya tidak percaya menyimpan banyak misteri," kata Frengky, pemandu kami.
Misteri di Pulau Ndana dimulai dari perjalanan ke sana. Silakan tanya kepada orang-orang di Rote, hanya orang asli Desa Oeseli yang bisa membawa perahu berlayar ke Pulau Ndana. Kalau bukan orang aslinya, pasti perahu akan tenggelam.
"Sudah banyak kejadian perahu tenggelam di sana. Gelombangnya sangat besar dan katanya ada pusaran air, sehingga hanya orang-orang Desa Oeseli yang bisa berlayar ke Pulau Ndana," terang Frengky.
Saat perahu berlayar, saya benar-benar merasakan gelombang yang besar. Gelombangnya terlihat jelas, yang mana posisi air sejajar dengan badan perahu. Sehingga, kami menaiki gelombang tersebut dan rasanya seperti terombang-ambing hebat!
Sesekali badan terciprat oleh air laut. Kami semua pegangan kencang ke badan kapal, hanya nelayan kami saja yang terlihat santai.
Makin mendekati Pulau Ndana, jelas terlihat ombak-ombak besar. Bisa 4 meter tingginya!
"Banyak juga lho turis mancanegara ke Pulau Ndana untuk surfing, karena ombaknya bagus menurut mereka," kata Frengky.
Perjalanan 1 jam ke Pulau Ndana rasanya begitu menegangkan. Bak seperti mendatangi pulau antah-berantah yang dikelilingi banyak tantangan.
Untuk diketahui, perahu tidak bisa mengambil arah lurus saat hendak tiba di Pulau Ndana. Perahu harus berputar mengitar pulaunya sampai ke bagian belakang.
Tapi ceritanya belum selesai sampai di situ...
(Halaman selanjutnya, penuturan tim Satgas Pengamanan Pulau Terluar di Pulau Ndana)
Pulau Ndana yang Misterius
Foto: (Afif Farhan/detikcom)
|
"Memang banyak hal yang misterius di Pulau Ndana, seperti penampakan banyak ceritanya," tutur Fadli.
Fadli sendiri pernah melihat beberapa penampakan di Pulau Ndana. Salah satunya di kala malam saat dirinya tak bisa tidur dan menghabiskan waktu dengan bermain gitar, sesosok anak kecil ada di depannya.
"Di pulau itu kan hanya kami saja, ya kok tiba-tiba ada anak kecil melihat ke arah saya," kata Fadli sambil sedikit tertawa.
Cerita yang paling membuat dia dan juga kami merinding, adalah suatu waktu ada perahu tim Satgas Pengamanan Pulau Terluar sedang menuju ke Pulau Ndana di malam hari. Di tengah perjalanan, perahunya mogok.
"Saat itu, ada dua mahluk bersinar di bawah air yang mendorong perahunya di bagian kiri dan kanan. Begitu mendekati Pulau Ndana, mahluk-mahluk itu menghilang," terang Fadli.
Apakah lumba-lumba?
"Katanya sih bukan, kalau lumba-lumba tak mungkin bersinar. Tapi ya percaya tidak percaya, yang penting saat itu semuanya selamat," jawab Faldi enggan mendebatkan.
(Halaman selanjutnya, Pulau Ndana adalah bekas tempat pembantaian)
Pembantaian di Pulau Ndana
Foto: (Afif Farhan/detikcom)
|
"Itu tidak mungkin bertumpuk secara alami. Kata masyarakat Rote, di zaman dulu, Pulau Ndana dihuni penduduk," kata Kapten Marinir Komandan Satgas Pulau Terluar Pulau Ndana, Agus Dwi Wibowo.
Dalam informasi yang saya dapat, zaman dulu terdapat suku Selatan dan suku Utara di Rote. Sama halnya seperti suku-suku di dunia, kedua suku tersebut juga saling berperang.
Suku Utara menempati Pulau Rote, sedangkan suku Selatan ada di pulau-pulau kecil termasuk di Pulau Ndana ini. Kala itu, suku Utara yang hanya berjumlah dua orang mendatangi Pulau Ndana.
Mereka punya strategi. Mereka membawa hewan kerbau dari Pulau Rote dan membawa kucing. Begitu tiba di Pulau Ndana, kerbaunya di lepas di sekitar danau di bagian tengah pulaunya.
Orang-orang di Pulau Ndana pun dibuat kebingungan. Hewan apa itu? Sebab di Pulau Ndana hanya ada rusa.
Begitu semua orang berkumpul melihat kerbau, salah seorang dari suku Utara melepas kucing dengan api yang diikatkan di bagian belakang ekornya. Kucing itu masuk ke rumah-rumah penduduk dan terjadilah kebakaran hebat.
Orang-orang suku Selatan kebingungan karena rumahnya terbakar. Dalam kepanikan itu, dua orang suku Utara lantas menembak seluruh orang-orang suku Selatan.
Asal tahu saja, orang-orang Rote ahli dalam merakit senjata. Kabarnya, mereka mempelajarinya sendiri dari orang-oranng Portugis dan Spanyol yang berlabuh ke Rote.
Seluruh orang-orang suku Selatan pun tewas. Mereka ditembaki di danau yang kini terkenal dengan nama Danau Merah.
BACA JUGA: Danau Merah Tersembunyi di Indonesia
Batu-batu karang yang tersusun di dekat Danau Merah pun diyakini bekas peninggalan suku Selatan. Lain sisi, suku Utara di Rote tidak dapat menginjakkan kaki di Pulau Ndana. Mereka kena kutukan karena telah membantai penduduknya.
(Halaman selanjutnya, jangan bunuh rusa di Pulau Ndana)
Rusa-rusa di Pulau Ndana
Foto: (Afif Farhan/detikcom)
|
"Kadang rusa-rusa di Pulau Ndana itu bisa rusa sungguhan bisa juga bukan," kata Frengky sambil tersenyum.
"Ada kok pengunjung datang di Pulau Ndana, lalu mencoba menembak rusa. Besoknya, mereka hilang 2 hari," tambah Frengky.
Rusa pun sebenarnya sulit ditemui di Pulau Ndana. Kita harus masuk jauh ke alam hutan untuk melihatnya, tapi pun juga berisiko karena medan yang sulit.
"Makin ke dalam makin banyak semak belukar," tegas Frengky.
Maka bagi pengunjung yang mendatang Pulau Ndana, jika melihat rusa berkeliaran sebaiknya didiamkan saja. Ya lebih baik memotretnya dari kejauhan.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!