Aokigahara terletak di bagian barat laut Gunung Fuji, sekitar 100 kilometer sebelah barat Tokyo, Jepang. Dengan luas 30 kilometer persegi, hutan tersebut cukup subur akibat curahan lahar yang berasal dari Gunung Fuji ketika gunung tersebut meletus tahun 864.
BACA JUGA: Mengapa Jepang Disebut 'Negeri Matahari Terbit'?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut laporan pemerintah Jepang, rata-rata 100 orang melakukan bunuh diri di hutan Aokigahara tiap tahunnya!
![]() |
Mengapa banyak orang yang bunuh diri di hutan Aokigahara? Sebab, hutan ini begitu lebat dan sekali masuk sulit mencari jalan pulang. Serta sejak tahun 1960-an, sudah banyak orang yang bunuh diri di sana.
"Banyak orang telah bunuh diri di Aokigahara, dengan begitu Anda tidak akan mati sendirian. Itu sebabnya, orang-orang mau bunuh diri di sana karena bagaikan ada teman atau orang-orang lain yang mendukungnya," profesor antropologi dari Jepang, Karen Nakamura.
Usut punya usut, Jepang masuk dalam datar negara maju dengan angka bunuh diri tertinggi. Menurut laporan World Health Organization (WHO), ada 15 kasus bunuh diri per 100.000 populasi yang dipecah menjadi 9 untuk wanita dan 21 untuk pria.
BACA JUGA: Jepang dan Filosofi 'Satu Hal Pada Satu Waktu'
CNN pernah mewawancarai Taro, salah seorang pria asal Tokyo. Tahun 2009, Taro pernah nyaris melakukan bunuh diri di Aokigahara.
"Saya dipecat dari pekerjaan, saya sudah tidak punya keinginan untuk hidup. Saya mau mati," katanya membuka perbincangan.
Taro kala itu bekerja di perusahaan manufaktur di Tokyo. Perekonomiannya pun terancam, sehingga dia memilih untuk bunuh diri dan pergi ke Aokigahara.
![]() |
"Saya mulai memotong pergelangan tangan saya," ujarnya.
Namun yang terjadi, luka-luka di pergelangan tangannya ternyata tidak fatal. Sehingga, Taro pingsan.
Dia pun kemudian tidak bisa banyak bergerak dan dehidrasi karena tidak membawa perbekalan. Berhari-hari, dia kelaparan dan di situlah benar-benar mendekati kematian.
"Saya akhirnya ditemukan dan diselamatkan oleh orang-orang, para petugas di sana," terangnya.
Taro pun kembali melanjutkan hidup. Aksi nyaris bunuh dirinya, tentu menjadi titik balik yang mengembalikan semangat hidupnya.
BACA JUGA: Menguak Aokigahara, Hutan Bunuh Diri di Jepang
Untuk mencegah potensi bunuh diri, pemerintah Jepang mengerahkan petugas patroli dan memasang kamera pengawas. Pemilik toko-toko di sekitar hutan juga bersedia sebagai relawan untuk mencegah bunuh diri. Pemilik sebuah kedai kopi di pintu masuk hutan, misalnya, mengklaim kepada surat kabar Japan Times bahwa dia telah menggagalkan 160 aksi bunuh diri selama 30 tahun dengan mengamati pengunjung yang datang sendirian.
Di beberapa tempat ada penanda dan peringatan berisi informasi konseling anti-bunuh diri. Sejumlah penanda bahkan berisi imbauan kepada pengunjung untuk 'merenungkan anugerah kehidupan sekaligus rasa sakit yang Anda timbulkan untuk keluarga Anda'.
![]() |
Dengan pepohonan lebat dan hampir tidak ada binatang liar, Aokigahara merupakan tempat sunyi dan mencekam yang dipenuhi bebatuan dengan formasi janggal.
Kabarnya, cerita mistis di sana adalah orang-orang yang mau bunuh diri seolah dipanggil oleh arwah-arwah yang sudah bunuh diri sebelumnya. Percaya tidak percaya!
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol