Saat kamu berada di Kalimantan Utara, cobalah berkunjung ke salah satu daerah yang berada di perbatasan Indonesia dengan Malaysia yaitu Kecamatan Krayan.
Beberapa waktu lalu, tim Tapal Batas detikcom bersama PLN datang ke Kalimantan Utara dan berkunjung ke Krayan. Kami pun mengeksplorasi potensi wisata di Krayan dengan berkunjung ke Rumah Budaya Krayan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Jangan harap jalan di sini semua aspal dan lancar seperti yang kamu rasakan di perkotaan. Untuk menuju ke rumah budaya, kamu akan melewati jalanan yang masih bertanah liat yang menembus perbukitan. Usai menempuh waktu sekitar 20 menit dengan mobil, sampailah kami di tujuan.
Kami disambut oleh Eliyas, budayawan yang juga bagian dari Forum Adat Borneo dan bertanggungjawab di bagian seni dan budaya. Siapa saja yang datang ke Krayan untuk mengenal budaya akan bertemu dengan Pak Eliyas.
Pembuka cerita, Eliyas pun mengajak kami masuk ke dalam sebuah rumah panggung. Dia mengatakan inilah gambaran rumah Suku Dayak Lundayeh pada masa dahulunya.
"Selamat datang di Rumah Kubu, rumah tradisional atau rumah adat Suku Dayak Lundayah. Ini bukanlah rumah orang biasa, melainkan rumah dari tokoh orang berada. Jadi rumahnya agak besar dan luas dibandingkan dengan rumah biasa," sambut Eliyas.
"Rumah ini dibangun tahun 2010 dan diresmikan 2011 lalu. Adapun fungsi rumah ini adalah sebagai pusat untuk generasi muda melestarikan tradisi dan budaya khususnya Dayak Lundayah dan langsung dikelola oleh forum adat" ungkap Eliyas membuka cerita.
![]() |
Untuk masuk ke dalam rumah, kami harus melewati tangga yang unik. Di dalam, kami disambut oleh anak-anak Krayan yang telah mempersiapkan diri menampilkan tarian sambutan untuk kami.
Setelah acara penyambutan selesai, Pak Eliyas pun melanjutkan penjelasan bahwa rumah budaya ini mendapat bantuan dari WWF Indonesia. Mereka bekerjasama demi keberlangsungan tradisi dan budaya Suku Dayak Lundayah.
"Berkat bantuan WWF, rumah budaya ini kembali direnovasi. Di sini kamu bisa lihat bahwa ada beberapa koleksi langka. Ya ibaratnya museum mini-lah," lanjut Eliyas.
"Dulunya saya tinggal di sini. Namun sekarang saya lebih sering di rumah dan sesekali datang ke sini untuk beres-beres. Karena susah akses air, makanya saya bolak-balik dari rumah," cerita Eliyas.
|
Di dalam rumah yang cukup luas ini, ragam koleksi benda-benda yang dulu digunakan oleh Suku Dayak Lundayah terlihat di dinding. Juga ada beberapa alat musik yang tersusun.
"Ini adalah kalung-kalung yang dibuat dari tulang-tulang hewan buruan. Juga ada anak sumpit untuk berburu, ada topi untuk bertani. Ada tas, manik-manik, alat musik yang dari dulu sudah ada," kata Eliyas menjelaskan kepada kami.
Di tengah-tengah rumah ada beberapa benda seperti kulit ular, kepala sapi, dan aksesoris lain. Sedangkan di ujung ruangan terdapat tungku masak dan beberapa alat masak dari tanah liat.
"Kulit ular, tengkorak kerbau ini disimpan sebagai simbol bahwa mereka adalah bagian dari kehidupan kita," lanjut Eliyas sembari menunjukan kulit ular dan kepala kerbau.
![]() |
Saat berkunjung ke sana, kami diajarkan bermain alat musik khas Suku Dayak Lundayah. Pak Eliyas juga mempersembahkan sebuah pertunjukan musik yang sangat syahdu kepada kami.
Rumah budaya ini sendiri juga merupakan salah satu destinasi yang direkomendasikan Camat Krayan Helmi Huda Asfikar untuk turis yang berminat belajar tentang seni ukir dan budaya Dayak Lundayah.
"Bicara soal wisata, kita mulai dari kawasan pemukiman dulu. Kita punya tari-tarian dan ukiran yang saat ini kita sedang kembangkan di beberapa desa. Nah jika turis berminat akan itu bisa datang ke Rumah Budaya Krayan," kata Helmi.
Untuk datang ke rumah budaya ini, traveler harus menghubungi Pak Eliyas terlebih dahulu, karena dialah yang bertanggung jawab mengatur kegiatan di rumah budaya Krayan.
Detikcom bersama PLN mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur listrik, perekonomian, pendidikan, pertahanan dan keamanan, hingga budaya serta pariwisata di beberapa wilayah terdepan. Salah satunya Kabupaten Nunukan di Kalimantan Utara
Ikuti terus berita tentang ekspedisi di pulau-pulau terdepan Indonesia di tapalbatas.detik.com!
(sym/krs)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!