Diberitakan 9news.com.au, kejadian itu dialami seorang wisatawan berusia 56 tahun asal Sydney, Australia. Wendy, demikian namanya, rencananya berangkat wisata ke Bali pada akhir pekan di awal November ini.
Menderita lupus dan osteoporosis sehingga harus menggunakan kursi roda, Wendy beserta putrinya pun sudah datang lebih dini ke counter check in bandara maskapai penerbangan yang akan ditumpanginya. Harapannya tentu adalah agar ada tenggang waktu untuk menuntaskan semua prosedur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat itu mereka terus mengamati pasporku, itu sebuah paspor baru... dan rupanya ada salah ketik nama di paspor. Tulisannya Weddy alih-alih Wendy," katanya.
"Aku tak tahu kenapa itu bisa terjadi... (nama) itu tertulis di mana-mana dan di kantor pos pun mereka sudah mengeceknya secara saksama," ujarnya.
Wendy, yang merupakan orang tua tunggal, langsung kecewa berat ketika diberi tahu bahwa dirinya tak bisa meninggalkan negaranya sebelum typo pada paspor itu dibenarkan. Putrinya sendiri diperkenankan naik ke pesawat.
Baca juga: Bali Punya Polisi Pariwisata, Apa Tugasnya? |
Wendy mengontak intansi pemerintahan terkait di Sydney, yakni DFAT (Departemen Luar Negeri dan Perdagangan/Department of Foreign Affairs and Trade). Ia mengaku diinformasikan paspor pengganti bisa diproses dalam beberapa jam.
Lega, Wendy pun melepas kepergian putrinya naik pesawat. Ia pulang ke rumah dengan rencana gabung putrinya di villa di Bali, yang sudah mereka pesan, pada keesokan harinya. Tapi kesialan Wendy belum berakhir.
Wendy mengklaim pengurusan itu tak semudah bayangannya. Salah satu dokumen yang mesti ia bawa adalah aplikasi asli paspor, yang memperlihatkan bahwa typo bukan disebabkan kesalahan tulis darinya. Ia mengaku kehilangan formulir tersebut.
Sudah begitu, Wendy juga baru menyadari bahwa tiket pesawatnya belum ia jadwalkan ulang dan berarti tiket itu pun hangus. Ia mesti memesan, dan membayar penuh, tiket yang baru jika ingin pergi ke Bali menemui putrinya yang sudah lebih dulu berangkat. Tapi ia sudah merasa pesimistis akan jadi berangkat lagi.
"Putriku sudah ada di sana... semuanya sudah dibayar, kami punya sebuah vila cantik, jadi aku kehilangan banyak uang. (Juga ada) kerugian emosional... aku tak bisa menjelaskannya," ujar Wendy yang mengaku baru kali ini lagi berencana wisata dalam dua dekade.
(krs/bnl)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol