Ulat sagu bentuknya berwarna putih dan terlihat gemuk. Bagi masyarakat Papua khususnya yang tinggal di kawasan pesisisr, ulat sagu adalah menu makanan favorit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pohon sagu menghasilkan tepung sagu, jamur sagu, dan ulat sagu. Manusia prasejarah pada waktu itu menjadikan sagu sebagai makanan pokok," katanya kepada detikcom.
![]() |
BACA JUGA: Coba Ulat Sagu, Bule Australia: Delicious! |
Bagian-bagian dari pohon sagu dapat dimanfaatkan untuk konstruksi rumah, yaitu kulit batangnya untuk lantai, daun untuk atap dan pelepah untuk dinding rumah. Selain itu, kulit batang pohon sagu yang kering dapat dijadikan sebagai kayu bakar. Duri sagu yang tajam juga dimanfaatkan sebagai alat untuk membuat tato tradisional.
Kalau ulat sagunya, dijadikan makanan. Yang hingga kini, ulat sagu masih menjadi makanan orang Papua seperti di wilayah Timika.
"Ulat sagu didapatkan dari batang pohon sagu yang tua dan biasanya sudah tumbang. Bagian dalam batang pohon sagu ini penuh dengan zat tepung yang menjadi makanan ulat-ulat ini," jelas Hari.
"Ulat sagu ini sebenarnya adalah larva kumbang penggerek Rhynchophorus ferrugineus. Ulat sagu memiliki kandungan protein tetapi sebagian besar adalah lemak. Ulat sagu menjadi menu tambahan bagi masyarakat pesisir Papua, karena tidak setiap saat akan dijumpai ulat ini. Untuk seratus gram ulat sagu, mengandung 181 kalori dengan 6,1 gram protein dan 13, 1 gram lemak," papar peneliti asal Yogyakarta ini.
![]() |
Apalagi, Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 mendatang akan berlangsung di Papua. Menurut Hari, tak ada salahnya ulat sagu disuguhkan sebagai kuliner khas dari Bumi Cendrawasih.
"lat sagu perlu diolah secara kreatif dan variatif, sehingga diharapkan dapat menghilangkan atau bisa mengurangi rasa jijik bagi yang belum pernah memakannya. Untuk itu dinas terkait perlu melakukan pelatihan pada mama-mama masyarakat Sentani agar bisa menyajikan ulat sagu yang lebih kekinian. Pelatihan ini bisa mengundang chief hotel atau restauran, bisa juga melibatkan komunitas Papua Jungle Chief," tutupnya.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!