Mengapa Orang Papua Makan Ulat Sagu?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengapa Orang Papua Makan Ulat Sagu?

Afif Farhan, Afif Farhan - detikTravel
Selasa, 31 Des 2019 16:05 WIB
Ulat sagu di Papua, bisa dimakan mentah atau dibakar (Afif Farhan/detikcom)
Jayapura - Tiap daerah di Indonesia punya kuliner khas, yang terkadang disebut ekstrem. Seperti di Papua, ada ulat sagu!

Ulat sagu bentuknya berwarna putih dan terlihat gemuk. Bagi masyarakat Papua khususnya yang tinggal di kawasan pesisisr, ulat sagu adalah menu makanan favorit.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hari Suroto, peneliti dari Balai Arkeologi Papua menjelaskan, ulat sagu merupakan kuliner favorit sejak masa prasejarah, temuan arkeologi berupa pecahan gerabah di situs-situs di Kawasan Danau Sentani membuktikan bahwa manusia pada masa prasejarah sudah mengolah kuliner berbahan sagu.

"Pohon sagu menghasilkan tepung sagu, jamur sagu, dan ulat sagu. Manusia prasejarah pada waktu itu menjadikan sagu sebagai makanan pokok," katanya kepada detikcom.

detikTravel saat menjajal ulat sagu di PapuadetikTravel saat menjajal ulat sagu di Papua (Afif Farhan/detikcom)




Bagian-bagian dari pohon sagu dapat dimanfaatkan untuk konstruksi rumah, yaitu kulit batangnya untuk lantai, daun untuk atap dan pelepah untuk dinding rumah. Selain itu, kulit batang pohon sagu yang kering dapat dijadikan sebagai kayu bakar. Duri sagu yang tajam juga dimanfaatkan sebagai alat untuk membuat tato tradisional.

Kalau ulat sagunya, dijadikan makanan. Yang hingga kini, ulat sagu masih menjadi makanan orang Papua seperti di wilayah Timika.

"Ulat sagu didapatkan dari batang pohon sagu yang tua dan biasanya sudah tumbang. Bagian dalam batang pohon sagu ini penuh dengan zat tepung yang menjadi makanan ulat-ulat ini," jelas Hari.

"Ulat sagu ini sebenarnya adalah larva kumbang penggerek Rhynchophorus ferrugineus. Ulat sagu memiliki kandungan protein tetapi sebagian besar adalah lemak. Ulat sagu menjadi menu tambahan bagi masyarakat pesisir Papua, karena tidak setiap saat akan dijumpai ulat ini. Untuk seratus gram ulat sagu, mengandung 181 kalori dengan 6,1 gram protein dan 13, 1 gram lemak," papar peneliti asal Yogyakarta ini.

Mengapa Orang Papua Makan Ulat Sagu?Foto: (Afif Farhan/detikcom)


Apalagi, Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 mendatang akan berlangsung di Papua. Menurut Hari, tak ada salahnya ulat sagu disuguhkan sebagai kuliner khas dari Bumi Cendrawasih.

"lat sagu perlu diolah secara kreatif dan variatif, sehingga diharapkan dapat menghilangkan atau bisa mengurangi rasa jijik bagi yang belum pernah memakannya. Untuk itu dinas terkait perlu melakukan pelatihan pada mama-mama masyarakat Sentani agar bisa menyajikan ulat sagu yang lebih kekinian. Pelatihan ini bisa mengundang chief hotel atau restauran, bisa juga melibatkan komunitas Papua Jungle Chief," tutupnya.





(aff/aff)

Hide Ads