Viral Turis Bikin Telat Shinkansen dan Budaya On Time Jepang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Viral Turis Bikin Telat Shinkansen dan Budaya On Time Jepang

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Selasa, 31 Des 2019 23:30 WIB
Ilustrasi kereta di Jepang (Getty Images)
Jakarta - Bicara soal ketepatan waktu, orang Jepang mungkin adalah juaranya. Budaya tepat waktu itu pun berlaku di moda transportasi umum seperti kereta.

Berkaca pada kasus video viral turis, yang disinyalir dari Indonesia, keasyikan berfoto sampai mengganggu kereta Shinkansen yang mau berangkat, kita harus lebih bisa menghargai aturan dan budaya setempat -- dalam hal ini adalah budaya Jepang.

Bagi traveler yang pernah bersinggungan dengan orang Jepang atau liburan ke Negeri Sakura, tentu sudah tak asing dengan budaya tepat waktu mereka. Berbeda dengan di Indonesia yang punya tradisi 'jam karet', orang Jepang begitu menganggap serius perkara waktu. Datang on time adalah salah satunya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BACA JUGA: Viral, Turis Indonesia Bikin Shinkansen di Jepang Telat?

Turis yang disinyalir berasal dari Indonesia (istimewa)Turis, yang disinyalir dari Indonesia, bikin Shinkansen telat berangkat. (istimewa)

Hal itu pun diketahui detikcom saat berkunjung ke Jepang dalam program MRT Fellowship 2019 beberapa minggu lalu. Ditemani oleh seorang interpreter asal Indonesia, pak Kushwan, ia memberitahu kenapa orang Jepang begitu strict soal waktu.

"Mungkin ya, karena orang Jepang itu paling tidak mau menyusahkan orang lain," ujar pak Kushwan, interpreter saya saat itu.

Walau tampak kasat mata, tapi budaya orang Jepang tersebut dapat dijumpai ketika kita bersinggungan dengan mereka atau saat traveling di Jepang. Budaya itu pun juga tampak dalam budaya perkeretaapian mereka.

BACA JUGA: Orang Jepang: Kalian Orang Indonesia Terlalu Santai

Apabila kita naik kereta api di Jepang, akan tampak jelas waktu kedatangan dan kepergian kereta. Sesuai jam, kereta pun tiba dan berangkat sesuai waktu yang tertera. Pasalnya, ketepatan waktu di Jepang adalah perkara serius.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Hideaki Tanaka, seorang ahli dari Japan International Cooperation Agency (JICA) saat berjumpa detikcom di Jepang. Apabila sampai telat, pihak kereta api harus meminta maaf dan memberi kertas berisi pemberitahuan pada tamu-tamunya.

"Di Jepang, kalau kereta terlambat mereka akan memberikan secarik kertas berisi surat penjelasan. Biasa orang-orang akan mengantre dan memberikan kertas itu ke bos di kantor," ujar Tanaka.

Berkaca dari ucapan Tanaka, secarik kertas berisi informasi keterlambatan itu setara atau mungkin lebih kuat dari surat izin dokter di Indonesia. Lain di Indonesia, lain di Jepang.

BACA JUGA: Kereta Telat 1 Menit di Tokyo, Petugas Minta Maaf

Ketepatan waktu itu pun jadi kewajiban, sekaligus beban bagi masinis kereta di Jepang. Selain harus tepat waktu, mereka juga harus tetap mengedepankan keselamatan pengguna kereta api.

Soal itu, mungkin kita bisa melihat kasus tragedi kecelakaan kereta Amagasaki yang terjadi di Jepang tahun 2005 silam. Saat itu 7 gerbong kereta terlepas dari relnya di Amagasaki dan memakan korban jiwa ratusan penumpang.

Setelah diselidiki, penyebabnya adalah karena masinis (Ryujiro Takami, 23) yang memacu kereta lebih cepat dari biasanya. Ditelisik lebih jauh, ada kemungkinan sang masinis memacu keretanya (120km/jam) akibat keterlambatan kereta 90 detik yang menbuatnya stres serta penalti yang akan dihadapinya.

Itulah sedikit gambaran akan budaya tepat waktu di Jepang. Waktu begitu berharga, datang telat dianggap tidak menghormati orang yang akan ditemui. Di Jepang, budaya itu pun sangat sensitif di dunia kerja. Mungkin tidak terkecuali saat bertemu teman, anggota keluarga atau orang tersayang.

BACA JUGA: Aneka Komentar Netizen soal Turis yang Bikin Shinkansen Telat






(rdy/krs)

Hide Ads