Umat Konghucu Kota Tegal, Jawa Tengah dan sekitarnya, melakukan ritual Cap Go Meh dengan sembahyangan dan mengarak Toa Pekong Jumat sore. Kegiatan ini merupakan puncak acara Hari Raya Imlek.
Puncak perayaan tahun baru Imlek atau Cap Go Meh dipusatkan di Klenteng Tek Hay Kiong. Cap Go Meh ini sebagai bentuk penghormatan umat warga Tionghoa kepada arwah para leluhur.
Satu persatu, tandu berisi patung para dewa diarak. Tandu tandu tersebut berisi patung dewa panglima perang, welas asih, bumi, rezeki, dan dewa perang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Patung patung ini dibawa keliling menyusuri jalan jalan di dalam Kota Tegal. Kirab Toa Pekong ini pun menyedot perhatian warga. Mereka memenuhi jalan jalan yang akan dilakui arak-arakan tandu berisi patung dewa.
Selama perjalanan, para pengusung kerap menggoyang-goyangkan tandu. Menurut kepercayaan mereka, para dewa yang bersinggasana itu tetap hidup sehingga tandu tandu tersebut bergerak-gerak.
![]() |
Setelah diarak keliling, patung patung dewa ini dibawa ke pelabuhan untuk acara sembahyang dan memandikan dewa. Perairan Jawa di Kota Tegal menurut kepercayaan umat Tionghoa memiliki arti penting, di mana Kong Co (Dewa) Tek Hai Cin Jin dipercaya hadir di kota melalui perairan (pelabuhan).
"Perairan Tegal menurut kepercayaan kami adalah lokasi masuknya Kong Co Tek Hay Cin Jin masuk ke wilayah Tegal," ujar Xhen Li Wei Dao Chang, seorang rohaniawan Taoisme.
Pada Cap Go Meh ini, jumlah tandu diarak sebanyak 9 buah. Klenteng Tek Hay Kiong Kota Tegal sendiri mengeluarkan 7 tandu, diikuti 1 tandu dari Indramayu dan 1 tandu dari Ulujami Pemalang.
![]() |
Menurut Xhen Li Wei Dao Chang, melalui ritual Cap Go Meh tahun ini, umat Tionghoa berharap agar bisa dihindarkan dari segala bencana atau malapetaka. Dengan prosesi sembahyangan dan kirab Toa Pekong ini pula, umat berharap Kong Co bisa memberikan berkah yang berlimpah di tahun ini.
Rohaniawan ini percaya, meskipun tahun ini mengalami sedikit kesulitan, namun dalam perhitungan astrologi Tionghoa akan bisa melewati semua rintangan ini.
"Mungkin dikhawatirkan terjadi kekerasan di sana sini, maka kita perlu saling menjaga, saling menghargai satu sama lain untuk menciptakan suasana yang kondusif hingga tercipta kedamaian dan kerukunan antar umat dalam hidup bermasyarakat," sambung Xhen Li Wei Dao Chang.
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan