Virus Corona Mewabah, Polusi Udara di Eropa Turun

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Virus Corona Mewabah, Polusi Udara di Eropa Turun

Femi Diah - detikTravel
Senin, 30 Mar 2020 22:05 WIB
MILAN, ITALY - FEBRUARY 26: Largo Augusto in the city center is seen empty on February 26, 2020 in Milan, Italy. 
The country is struggling to understand how it went from six coronavirus cases to 374 cases and 12 dead since last Friday, becoming Europes worst-affected country. Many communities across the Lombardy and Veneto regions have seen the suspension of public events and church services, and the closure of grade schools, universities and museums. Twelve towns have been locked down entirely, with road blocks preventing the exit and entrance of people. The government has also imposed quarantines for those who have had close contact with confirmed cases of the illness. (Photo by Marco Di Lauro/Getty Images)
Pusat kota Milan kosong. (Getty Images/Marco Di Lauro)
Jakarta -

Polusi udara menurun di seantero Eropa setelah sejumlah negara menerapkan lockdown (penguncian) untuk memerangi virus Corona. Itu berdasarkan foto citra udara satelit pada Senin (30/3/2020).

Penurunan polusi udara itu tampak terjadi di Brussels, Paris, Madrid, Milan, dan Frankfurt. Angka itu menunjukkan tingkat rata-rata nitrogen dioksida berbahaya selama 5-25 Maret tak setinggi periode yang sama tahun lalu.

Gambar itu diambil dengan satelit Sentinel-5 selama 20 hari. Karena peristiwa cuaca harian dapat memengaruhi polusi atmosfer maka gambar satelit mengecualikan pemindaian saat udara berawan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Periode penurunan polusi itu bertepatan dengan lockdown di banyak negara Eropa. Lockdown di sejumlah negara itu sekaligus membatasi transportasi jalan, sebagai sumber nitrogen oksida terbesar, dan memperlambat produksi di pabrik-pabrik yang mengeluarkan gas.

Gambar-gambar baru, yang dirilis oleh Badan Antariksa Eropa (ESA) dan dianalisis oleh Aliansi Kesehatan Masyarakat Eropa (EPHA) nirlaba itu, menunjukkan perubahan kepadatan nitrogen dioksida. Nah, nitrogen dioksida itulah yang dapat menyebabkan masalah pernapasan dan kanker dan memperburuk kanker paru-paru, penyakit paru-paru, dan stroke.

ADVERTISEMENT

Merujuk data dari Badan Lingkungan Eropa (EEA), kondisi udara menunjukkan tren yang sama sepanjang 16-22 Maret. Di Madrid, tingkat nitrogen dioksida rata-rata turun 56% minggu ke minggu setelah pemerintah Spanyol melarang perjalanan yang tidak penting pada 14 Maret.

EPHA mengatakan orang yang tinggal di kota-kota berpolusi mungkin lebih berisiko dari COVID-19, karena paparan udara buruk yang berkepanjangan dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuatnya lebih sulit untuk melawan infeksi.

"Koneksi itu sangat mungkin," Zoltan Massay-Kosubek, manajer kebijakan untuk udara bersih di EPHA, seperti dikutip Reuters.

"Tapi karena penyakitnya baru, masih harus dibuktikan."

Polusi udara dapat menyebabkan atau memperburuk kanker paru-paru, penyakit paru-paru dan stroke.

China juga mencatat penurunan polusi nitrogen dioksida di kota-kota selama Februari. Itu ketika pemerintah memberlakukan tindakan penguncian yang kejam untuk menahan epidemi yang mengamuk.

Namun, di beberapa daerah di Polandia, kadar nitrogen dioksida tetap relatif tinggi selama periode yang sama meskipun dilakukan lockdown. Kemungkinan, situasi itu disebabkan prevalensi pemanasan berbasis batubara.




(fem/ddn)

Hide Ads