Penanganan Corona Terbaik Jatuh pada Taiwan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Penanganan Corona Terbaik Jatuh pada Taiwan

Putu Intan - detikTravel
Selasa, 07 Apr 2020 15:42 WIB
Sungai bernama unik di Taiwan, Love River di Kota Kaohsiung, Taiwan
Foto: Wahyu Setyo Widodo
Taipei -

Saat ini seluruh negara tengah berlomba memerangi virus Corona. Namun ada satu negara yang sudah siaga lebih awal dan dianggap sukses menangani Corona. Ia adalah Taiwan.

Mari kita mundur sejenak ke 25 Januari 2020. Kala itu masyarakat dunia masih sibuk menonton mengenai penyebaran virus yang ada di dataran China.

Namun tidak dengan Taiwan dan Australia. Kedua negara ini sudah mendeteksi masuknya Corona di negara mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Taiwan dan Australia adalah negara yang sama-sama memiliki jumlah populasi manusia sebanyak 24 juta jiwa. Keduanya juga merupakan negara kepulauan yang segera menerapkan kontrol ketat di perbatasan bahkan tak gentar membatasi transportasi yang terkoneksi dengan China.

Akan tetapi dalam perjalanannya, sekitar 10 minggu sejak 25 Januari, sebanyak hampir 5.000 orang Australia terjangkit Corona. Sementara Taiwan kurang dari 400. Pertanyaannya, bagaimana Taiwan dapat mengendalikan penyebaran Corona?

ADVERTISEMENT
Taiwan jadi salah satu negara yang melakukan respon terbaik dalammenangani penyebaran COVID-19. Beragam langkah responsif Taiwan itu pun mendapat pujian dunia.Taiwan jadi salah satu negara yang melakukan respon terbaik dalammenangani penyebaran COVID-19. Beragam langkah responsif Taiwan itu pun mendapat pujian dunia. (Foto: Getty Images/Paula Bronstein)

Dilansir dari CNN, Selasa (7/4/2020), Taiwan telah belajar menghadapi pandemi dari kasus SARS pada 2003. Kala itu, negara ini bersama dengan Hong Kong dan China bagian tenggara, menjadi lokasi yang paling terdampak SARS.

Saat itu, lebih dari 150 ribu orang dikarantina di pulau yang letaknya 180 kilometer dari pantai tenggara China. Sebanyak 180 orang meninggal akibat SARS kala itu.

Berkaca dari SARS, beberapa negara di Asia memang menjadi lebih siap dalam menghadapi COVID-19. Pemerintah dan masyarakat lebih tahu apa yang harus mereka lakukan seperti memperketat aturan di perbatasan dan mewajibkan penggunaan masker.

Kembali ke Taiwan, negara ini memiliki sistem kesehatan kelas dunia dengan cakupan universal. Ketika kabar mengenai virus Corona mulai muncul di Wuhan menjelang Tahun Baru Imlek, para pejabat di Pusat Komando Kesehatan Nasional (NHCC) Taiwan, bergerak cepat menanggapi potensi ancaman. Fakta ini diungkap dalam Journal of the America Medical Association (JAMA).

"Taiwan dengan cepat menghasilkan dan menerapkan daftar sekitar 124 item tindakan dalam lima minggu terakhir untuk melindungi kesehatan masyarakat," kata rekan penulis jurnal, Jason Wang.

"Kebijakan dan tindakan melampaui kontrol perbatasan karena mereka mengakui bahwa itu tidak cukup," kata Wang yang merupakan seorang dokter Taiwan dan profesor pediatri di Stanford Medicine.

Taiwan kemudian mengambil langkah dengan melarang perjalanan dari berbagai daerah di China. Mereka juga menghentikan kapal pesiar yang akan berlabuh dan memberikan hukuman untuk siapapun yang melanggar aturan karantina.

Selain itu, pejabat Taiwan juga bergerak untuk meningkatkan produksi masker wajah dalam negeri untuk memastikan pasokan lokal cukup. Mereka juga melakukan pengujian Corona di seluruh negeri, termasuk melakukan pengujian ulang pada orang yang sebelumnya memiliki riwayat pneumonia yang belum jelas penyebabnya. Siapapun yang menyebarkan disinformasi tentang virus juga dikenakan hukuman.

Tak hanya itu, pejabat kesehatan di Taiwan juga punya respon cepat dan transparan akan penanganan kasus ini yang diinformasikan kepada masyarakat setiap hari. Langkah ini seolah menunjukkan bahwa negara demokratis seperti Taiwan juga dapat mengendalikan epidemi.

Sebelumnya, beberapa orang mengklaim kesuksesan penanganan Corona ini hanya akan terjadi di negara yang otokratis seperti China. Perlu diingat juga bahwa Taiwan tidak melakukan lockdown seperti yang dilakukan China namun mereka sukses mengendalikan penyebaran virus.

Berbicara tentang masker yang merupakan salah satu perlengkapan untuk meminimalisir penularan Corona, Taiwan dengan tegas bahkan melarang ekspor masker dalam beberapa minggu. Hal ini untuk memastikan bahwa stok dalam negeri terjaga.

Namun saat ini ketika mereka sudah bisa mengendalikan kondisi dalam negeri, pemerintah mengatakan pihaknya akan mendonasikan 10 juta masker ke Amerika Serikat (AS), Spanyol, dan 9 negara Eropa lainnya, serta negara kecil yang punya hubungan diplomatik dengan negara itu.

Taiwan jadi salah satu negara yang melakukan respon terbaik dalammenangani penyebaran COVID-19. Beragam langkah responsif Taiwan itu pun mendapat pujian dunia.Foto: Getty Images/Paula Bronstein

Politik di Balik Pandemi

CNN melaporkan, meskipun Taiwan dinilai berhasil menangani pandemi Corona, beritanya masih kalah dengan situasi darurat Corona di Eropa dan AS. Padahal, langkah Taiwan dalam menangani Corona ini bisa ditiru negara lain lebih cepat sebelum Corona menjangkiti global mulai Maret lalu.

Banyak pengamat mengatakan, salah satu faktor yang menyebabkan kondisi ini terjadi adalah Taiwan yang tidak menjadi anggota dari World Health Organization (WHO).

Taiwan diklaim oleh China sebagai bagian dari wilayahnya. Beijing menghalangi Taiwan untuk berpartisipasi dalam banyak organisasi internasional kecuali jika sesuai prinsip 'satu China' atau 'one China' yang mengaburkan pemisahan pulau dari daratan China (kerap disebut Chinese Taipei di Olimpiade).

Taiwan sebenarnya memiliki status pengamat di WHO sampai 2016. Usai Presiden Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokratik menjabat, Taiwan tak lagi menjadi bagian dari WHO. Presiden Tsai Ing-wen sendiri berasal dari partai yang pro kemerdekaan tradisional Taiwan.

Akan tetapi WHO mengatakan bahwa tidak masuknya Taiwan sebagai anggota tidak berpengaruh pada berbagai informasi dan bimbingan kesehatan sehari-hari dan para ahli serta pekerja kesehatan masih berinteraksi dengan rekan-rekan internasional melalui organisasi.

Taiwan jadi salah satu negara yang melakukan respon terbaik dalammenangani penyebaran COVID-19. Beragam langkah responsif Taiwan itu pun mendapat pujian dunia. Foto: Getty Images/Paula Bronstein

Di sisi lain, para pejabat Taiwan mengklaim bahwa pengecualian ini telah memberikan efek negatif bagi negara tersebut baik selama epidemi SARS maupun COVID-19 ini.

Kurangnya informasi dari WHO mendorong Taiwan untuk bekerja sendiri. Kini, Taiwan juga ingin membantu negara lain namun pengecualian yang dilakukan WHO pada negara tersebut membuat mereka kesulitan melakukan upaya penuh dalam merespon dunia global.

"Kami ingin membantu untuk mengirimkan dokter terbaik, peneliti terbaik, perawat terbaik dan untuk membagikan pengetahuan dan pengalaman kami dengan negara-negara yang membutuhkan," kata Wakil Presiden Chen Chien-jen.

"Kami ingin menjadi warga dunia yang baik dan melakukan kontribusi, tapi sekarang kami tak dapat melakukannya."

Terkait mengenai keanggotaan Taiwan di WHO, Asisten Direktur Jenderal WHO, Bruce Aylward mengatakan dalam sebuah siaran publik Hong Kong, "pertanyaan mengenai keanggotaan Taiwan di WHO tergantung pada negara anggota WHO, bukan staf WHO."

Taiwan jadi salah satu negara yang melakukan respon terbaik dalammenangani penyebaran COVID-19. Beragam langkah responsif Taiwan itu pun mendapat pujian dunia.Foto: Getty Images/Paula Bronstein

Sementara itu, Juru Bicara Menteri Luar Negeri China, Hua Chunying mengatakan,"anggota WHO harus menjadi negara berdaulat."

"Tidak ada masalah dengan keanggotaan Taiwan di WHO dan (masalah) memperoleh informasi tentang keadaan darurat kesehatan masyarakat, termasuk pandemi ini," katanya.

"Kami berharap (AS dan Taiwan) menghentikan upaya mereka untuk terlibat dalam manipulasi politik dengan dalih pandemi."

Juru bicara WHO kemudian turut angkat bicara. Ia mengatakan bahwa WHO dan Taiwan selama ini berhubungan baik.

"Setiap tahun, otoritas dan pakar WHO dan Taiwan berinteraksi tentang kesehatan masyarakat yang vital dan masalah ilmiah, sesuai dengan pengaturan yang telah ditetapkan. Selama pandemi COVID-19 saat ini, ada interaksi teratur juga," kata WHO dalam email sebagaimana diwartakan CNN.

"Kasus Taiwan relatif rendah terhadap populasi. Kami terus mengikuti perkembangan dengan cermat. WHO mengambil pelajaran dari semua bidang, termasuk otoritas kesehatan Taiwan," tutupnya.

----

Traveler Punya pengalaman Traveling di berbagai tempat menarik? Kirim Artikelmu di Link Ini




(pin/ddn)

Hide Ads