Auckland -
Masih ada banyak turis yang terdampar di negara orang. Kebanyakan dari mereka tidak bisa pulang karena harga tiket pesawat yang membumbung tinggi.
Harga tiket pesawat yang membumbung tinggi di tengah pandemi virus Corona dikeluhkan oleh para traveler yang terdampar di negara orang dan tak bisa pulang. Mereka merasa diperas oleh pihak maskapai.
Beberapa maskapai menjual tiket pesawat hampir dua kali lipat dari harga semula. Seperti contohnya ada maskapai yang menjual tiket pesawat ke Inggris dengan harga USD 20.000 atau setara Rp 320 jutaan untuk sekali jalan.
Dihimpun detikTravel dari beragam sumber, Kamis (9/4/2020), banyak traveler pun mengalami kesulitan finansial dan memilih untuk tetap tinggal di negara dimana mereka berada, daripada harus menghabiskan uangnya untuk membeli tiket pesawat dengan harga yang tidak masuk akal.
Contohnya, pasangan traveler Holly Ravenhall dan Aaran Mountford yang terdampar di kota Wellington, Selandia Baru. Mereka menyebut situasi ini sebagai 'kegilaan' dan tidak etis secara moral untuk mengambil untung di situasi seperti sekarang.
Holly mengaku sudah keluar banyak uang setelah penerbangan mereka dibatalkan akibat wabah virus Corona. Sudah 2 kali penerbangan pulang Holly ke Inggris dibatalkan, yaitu dengan maskapai Singapore Airlines dan juga Emirates.
Harga Tiket Pesawat Naik Gila-gilaan
Sudah penerbangannya dibatalkan, sampai saat ini Holly belum menerima full refund seperti yang dijanjikan oleh pihak maskapai. Holly hanya menerima travel credit senilai US$7.000 (setara Rp 113 jutaan) saja. Tanpa uang refund itu, Holly mengaku tidak tahu bagaimana dirinya bisa bertahan hidup di Selandia Baru.
Kota di Selandia Baru Foto: (NSW Department of Planning, Industry and Environment) |
"Tanpa uang dari maskapai, saya tidak tahu bagaimana cara bisa membayar untuk tetap berada di sini. Kami tidak bisa terus membeli tiket tapi kami tidak bisa terbang pulang lalu uang kami tidak kembali," Holly berkeluh kesah.
Selain pesawat Singapore Airlines dan Emirates, sebenarnya ada opsi pesawat lain untuk pulang ke Inggris. Tapi harga tiketnya menurut Holly sungguh di luar batas kewajaran. Masing-masing orang harus membayar USD 20.000 atau setara Rp 320 jutaan untuk sekali jalan.
"Penerbangan lainnya adalah Qatar Airways dengan tiket ratusan juta per orang, jelas itu bukan opsi kami. Sampai sekarang kami sudah mengeluarkan US$3.200 (setara Rp 51 jutaan) untuk membayar penginapan selama 4 pekan ke depan sampai lokcdown ini selesai," Holly menambahkan.
Ada Banyak Biaya Tak Terduga
Nasib yang sama juga dialami Fen Acey, yang juga membeli 2 tiket penerbangan Emirates dan dibatalkan. Biaya yang sudah dikeluarkan Fen mencapai USD 5.000 (setara Rp 81 jutaan).
"Emirates tidak akan menerbitkan refund. Mereka hanya akan menawarkan credit voucher yang bisa digunakan di masa depan," Fen mengeluhkan.
 Musim dingin di Selandia Baru (Foto: dok Tourism New Zealand) |
"Jika kami meminta refund, mereka akan menyuruh kita bayar charge. Kalau kami minta ubah jadwal ke bulan Mei, tidak ada biaya perubahan sih, tapi setiap tiket dikenakan charge 50 poundsterling (setara Rp 1 jutaan). Mereka seperti merampok uang kami saja," dia menambahkan.
Holly mengerti jika di situasi seperti sekarang, pihak maskapai juga mencoba untuk bertahan. Namun yang dia dan traveler lain butuhkan adalah soal pengertian dan bantuan agar mereka bisa pulang kembali ke negaranya.
"Saya pikir, di waktu seperti sekarang dimana semua orang sedang stres, jika saya adalah pihak maskapai, saya akan mencoba untuk membantu orang untuk pulang," kata Holly.
"Fakta bahwa mereka masih merasa baik-baik saja saat meminta sejumlah uang tiket kepada orang yang sedang putus asa itu sungguh tidak etis menurut saya," ujar dia.
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan