Dampak COVID-19, Pedagang di Parangtritis Nol Pendapatan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dampak COVID-19, Pedagang di Parangtritis Nol Pendapatan

Pradito Rida Pertana - detikTravel
Minggu, 12 Apr 2020 17:20 WIB
Pantai Parangtritis
Pantai Parangtritis ditutup, pedagang tak dapat pemasukan. (Pradito Rida Pertana/detikTravel)
Yogyakarta -

Mewabahnya COVID-19 membuat Pemkab Bantul menutup seluruh tempat wisata. Pedagang di Pantai Parangtritis terpaksa menjual barang miliknya untuk bertahan hidup.

Salah satu pedagang yang sudah menjual barang-barang miliknya adalah Rina. Perempuan yang merupakan pedagang makanan dan minuman di kawasan Pantai Parangtritis itu telah menutup warungnya sejak tanggal 25 Maret.

"Saya sudah sekitar sebulan ini tutup (warung). Lha gimana mas wong pantainya kan tutup total, jadi pengunjung juga tidak ada," katanya saat dihubungi detikcom, Minggu (12/4/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akibatnya, Rina tidak memiliki pemasukan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Terlebih, dia menggantungkan rezeki dari berdagang di kawasan Pantai Parangtritis, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Jadi pendapatan saya ya tidak ada, usaha lain juga tidak punya, terus kalau dipaksakan jualan juga tidak laku karena sepi pengunjung," ujar Rina.

ADVERTISEMENT

Karena itu, Rina terpaksa menjual beberapa barang pribadinya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semua itu Rina lakukan karena saat ini tidak memiliki pendapatan.

"Biar bisa tetap makan ya terpaksa menjual barang seperti kalung atau gelang, yang penting bisa untuk menyambung hidup dulu mas. Lha gimana lagi? Pemasukan tidak ada dan kita kan perlu makan juga sehari-hari," kata Rina.

"Belum untuk membayar listrik dan lain-lain itu kan pakai uang, coba kalau digratiskan kan bisa lebih ringan," Rina menambahkan.

Pantai ParangtritisPantai Parangtritis ditutup selama pandemi Corona. (Pradito Rida Pertana/detikTravel)

Rina berharap pendatang yang mencoba peruntungan di Bantul agar mendapat bantuan dari Pemkab. Apalagi, saat ini dia tidak bisa pulang ke kampung halamannya di Banyuwangi, Jawa Timur.

"Kalau pendatang seperti saya mau balik tidak bisa, bisa balik juga sampai sana kan dikarantina 14 hari buat apa mas, mending di sini. Saya tidak menolak kebijakan, tapi saya harap ada solusi lah dari pemerintah untuk orang kecil seperti saya," katanya.

Senada dengan Rina, pedagang minuman dingin dan makanan di kawasan Parangtritis, Maryanto, juga tidak memiliki penghasilan selama pandemi COVID-19. Dia menutup warung sekitar satu bulan terakhir.

"Biasanya kalau Sabtu-Minggu seperti ini saya bisa dapat Rp 300 ribu, itu bersih ya. Tapi, sekarang blas (sama sekali) tidak ada pemasukan karena warung sudah tutup sekitar sebulan ini," katanya.

Untuk bertahan hidup, pria yang sudah 10 tahun berjualan di kawasan Parangtritis ini mengaku hanya bergantung pada tabungannya. Selain itu, apabila tabungannya sudah menipis dia terpaksa menjual barang-barang miliknya.

"Kemarin saya hidup pakai tabungan, terus sama menjual aset saya. Jadi apa yang bisa dijual ya dijual, seperti kemarin saya sudah jual kulkas mas," katanya.

Menurutnya, kegiatan menjual barang pribadi juga dilakukan pendatang yang kos di kawasan Parangtritis. Mereka terpaksa menjual barang pribadi untuk hidup sehari-hari.

"Di sini kan banyak pendatang yang kos mas, ada ratusan orang kalau tidak salah. Terus mereka yang tidak bisa makan dan tidak bisa pulang ya jual Hp atau barang lainnya," dia menjelaskan.

"Karena itu saya sangat berharap ada bantuan lah, tidak perlu uang tapi sembako saja tidak apa-apa biar untuk makan sehari-hari. Terus karena saya tinggal di kios, harapannya listrik sementara digratiskan dulu lah karena bisa tekor kalau bayar listrik tapi tidak ada pemasukan," imbuh Maryanto.

Dihubungi terpisah, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bantul, Helmi Jamharis, membenarkan telah menutup tempat wisata di Kabupaten Bantul. Itu merupakan langkah pencegahan penularan COVID-19 di Bantul.

"Kemarin kami perpanjang (penutupan tempat wisata) sampai akhir bulan ini. Jadi yang ditutup itu semua, baik yang dikelola Pemkab maupun yang dikelolanya Desa atau kelompok masyarakat semua tutup," kata dia.

Menyoal bantuan kepada para pedagang yang tidak memiliki pemasukan pasca penutupan tempat wisata, Helmi mengaku belum mengambil keputusan apapun. Dia akan membahasnya lebih dulu karena perlu berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda DIY).

"Ya kalau rencana itu (memberi bantuan kepada pedagang di kawasan wisata) sih ada, cuma karena Kabupaten itu kan tidak bisa berdiri sendiri ya, artinya kegiatan terkait dengan situasi dan kondisi seperti ini harus koordinasi dengan Pemda DIY," katanya.

Helmi menyebut apabila rencana tersebut terealisasi maka pedagang yang merupakan warga asli Bantul mendapat prioritas. Namun, karena saat ini kebijakan terpusat, maka perlu koordinasi dengan Pemda DIY.

"Maka, kami tidak bisa menginformasikan kalau ada kebijakan untuk memberikan dana jaminan hidup (jadup) atau kompensasi terhadap mereka yang usahanya berhenti karena ada kebijakan penutupan objek wisata. Tapi secara batiniah, pribadi saya itu perlu (ada bantuan untuk pedagang di tempat wisata)," kata Helmi.


Hide Ads