Jumlah kasus Corona yang masih tinggi membuat Inggris menerapkan karantina yang ketat bagi pendatang asing. Pelanggar akan dikenakan denda dengan jumlah besar.
Seperti dikutip dari Travel+Leisure, pemerintah Inggris memberlakukan karantina selama dua minggu bagi siapa saja yang datang ke negara itu. Pendatang asing maupun warga yang kembali ke Inggris harus mengisi formulir kesehatan 48 jam sebelum tiba, lengkap dengan rincian kontak dan alamat mereka ketika nanti dikarantina.
Jika pendatang menolak memberikan kontak secara detail, maka mereka akan mendapat denda hingga 100 poundsterling atau sekitar Rp 1,7 juta. Tak hanya itu, jika tidak mengisolasi diri dengan benar, maka pendatang pun akan mendapat denda yang lebih besar, yaitu sekitar Rp 17 juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, menurut pemerintah setempat bagi warga yang bepergian di Inggris, atau dari Irlandia, Kepulauan Channel atau Isle of Man tidak perlu melalui karantina. Menurut AFP, otoritas Inggris juga masih mengkaji pengecualian dalam beberapa kasus, di antaranya untuk pengemudi truk dan pekerja layanan kesehatan.
Pemberlakuan karantina selama 14 hari diterapkan karena Inggris tercatat masih memiliki kasus Corona dengan jumlah tinggi yaitu lebih dari 288.800. Menurut Universitas Johns Hopkins, Inggris masuk ke urutan keempat kasus Corona tertinggi di dunia setelah Amerika Serikat, Brasil dan Rusia. Tercatat lebih dari 40.000 orang meninggal karena virus Corona di Inggris.
Bagi pendatang yang berada dalam masa karantina disarankan untuk tidak keluar dengan alasan apapun, termasuk berbelanja makanan jika masih memungkinkan. Mereka diimbau untuk lebih memilih layanan pengiriman.
Akan tetapi, kebijakan karantina di Inggris ternyata mengundang kritik dari perusahaan maskapai yang menganggap bulan Juli dan Agustus adalah dua bulan utama bagi pariwisata Inggris. Banyak pelaku pariwisata yang telah kehilangan pekerjaan mereka selama wabah COVID-19.
"Ribuan hotel, ribuan tempat wisata, restoran dalam beberapa bulan ke depan, Juli dan Agustus adalah dua bulan utama bagi pariwisata Inggris," ujar Kepala Eksekutif Ryanair, Michael O'Leary kepada Associated Press.
"Kami menghadapi ribuan karyawan yang kehilangan pekerjaan karena karantina bodoh dan tidak efektif," tambahnya.
Sedangkan menurut Menteri Dalam Negeri Inggris, Priti Patel, tindakan karantina akan melindungi kesehatan karena kasus-kasus impor akan menjadi ancaman yang lebih signifikan.
(elk/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan