Patung Dirgantara Pancoran, Peninggalan Terakhir Sukarno

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Patung Dirgantara Pancoran, Peninggalan Terakhir Sukarno

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Rabu, 17 Jun 2020 19:38 WIB
Patung dirgantara atau yang lebih dikenal dengan patung pancoran, Jakarta Selatan (23/8/2014) dibersihkan. Patung setinggi 38 meter itu, (11 meter patung, 27 meter kaki) itu kini sudah mulai tampak bersih.
Patung Dirgantara yang tengah dibersihkan (Hasan Alhabshy/detikcom)
Jakarta -

Sebelum berpulang, Presiden pertama RI, Sukarno sempat melakukan pengecekan salah satu patung yang diinisiasinya. Kini, patung itu berdiri di kawasan Pancoran.

Sebagai bapak bangsa yang menyukai seni, Presiden Sukarno juga disebut sebagai inisiator dari sejumlah patung dan monumen kenamaan di Indonesia. Hanya dari sejumlah yang diinisiasinya, Patung Dirgantara di Jalan Gatot Subroto, Pancoran, menjadi warisannya yang terakhir.


Kisah itu pun diceritakan dalam acara tur virtual patung & monumen di Jakarta yang diselenggarakan oleh Jakarta Good Guide, Sabtu pekan lalu (13/6/2020). Dipandu oleh guide Kartika Desma, Patung Dirgantara jadi salah satu yang diulas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Diinisiasi tahun 1964 oleh Presiden Sukarno. Tujuannya sebagai lambang kebesaran dan kemegahan kedirgantaraan Indonesia," pungkas Kartika.

Saat tahun itu, Indonesia memang tengah berkembang sebagai sebuah negara merdeka. Menurut sang bapak bangsa saat itu, keberadaan patung dan monumen dirasa sangat penting sebagai pengingat jasa pahlawan dan sumber inspirasi.

ADVERTISEMENT

"Terinspirasi dari tokoh pewayangan Gatot Kaca yang mau terbang, dengan harapan patung ini menginspirasi muda-mudi untuk punya semangat yang tinggi untuk mencapai cita-cita yang setinggi langit," ujar Kartika.

Wajah patung pancoranWajah patung pancoran Foto: Dok. Rudy Sunandar (Instagram @ryu_rudy)


Usut punya usut, patung ini terinspirasi akan kekaguman Sukarno pada sosok astronot dari Rusia yang berhasil terbang ke luar angkasa. Harapannya, dapat menjadi contoh untuk bangsa Indonesia kelak.

"Patung ini juga terinspirasi dari astronot pertama Rusia, Yuri Gagarin. Bahwa nanti akan ada orang Indonesia yang seperti dia," cerita Kartika.

Berkeinginan untuk menjadikan hal itu, Sukarno pun meminta tolong pada maestro perupa sekaligus karibnya, Edhi Sunarso. Dirinya memang sering dimintai tolong Sukarno untuk urusan patung.

Sesuai keinginan Sukarno, Edhi pun merancang sebuah patung dengan sosok pria gagah yang seakan tengah terbang dengan tangan kanannya. Filosofinya, patung itu dibuat menghadap ke arah bandara pertama Indonesia di Kemayoran.

Dari dana pribadi Sukarno

Hanya perjalanannya, Patung Dirgantara mengalami proses berkelok. Patung itu pun selesai cukup lama dari target awal.

"Rancangan perkiraan 1966 (dari 1964). Dengan berbagai struggle yang ada patung ini baru bisa dipasang 1970," ujar Kartika.

Fakta menarik, patung ini dibangun langsung dengan menggunakan pendanaan dari kantong pribadi Sukarno. Pengerjaannya pun dilakukan di studio Edhi di Yogyakarta, sebelum akhirnya dibawa dan dipasang di lokasi.

Dalam prosesnya, pembangunan patung pun terhalang kasus G30SPKI, dana hingga kondisi Sukarno yang kian tak sehat. Dengan keterbatasan, Edhi pun tetap melanjutkan amanat yang dititipkan Sukarno.

"Selama Bung Karno sakit pak Edhi tetap melanjutkan. Beliau (Sukarno) menjual salah satu mobil pribadinya untuk biaya Edhi Sunarso memasang patungnya di Jakarta," cerita Kartika.

Tak sempat melihat patungnya selesai


Di tengah kondisinya yang terbatas, Sukarno pun sempat memantau kondisi pembangunan Patung Dirgantara beberapa kali. Sayang, Sukarno wafat sebelum dapat melihat warisan terakhirnya ini selesai.

"Ternyata 1970 itu waktu Edhi Sunarso masih menyelesaikan pelaksanaannya secara langsung, di 21 juni beliau tidak sengaja dari atas melihat iring-iringan mobil dan ternyata itu jenazah Bung Karno. Detik-detik terakhir sebelum beliau wafat, dia memantau patung ke lokasi sampai ajudannya keteteran. Kunjungan pertama kedua datang, tapi ketiga cuma jenazahnya saja yang melewati patung ini," ujar Kartika.

Edhi SunarsoEdhi Sunarso (Komunitas Salihara)


Melihat kenyataan itu, Edhi Sunarso pun langsung turun dari atas Patung Dirgantara dan menyusul iring-iringan Presiden Sukarno ke Bandara Halim Perdanakusuma. Dari situ, jenazahnya diterbangkan ke Blitar untuk disemayamkan.

"Bisa dibilang ini peninggalan terakhir bapak Proklamator dengan biaya sendiri," jelas Kartika.

Pada akhirnya, Patung Dirgantara dengan berat 11 ton yang berdiri di atas beton setinggi 27 meter ini dapat berdiri tegak. Namun, tak sedikit pemuda yang menentangnya di awal.

"Banyak yang tidak setuju kalau beliau buat patung buat monumen. Kata para pemuda gak prioritas, tapi menurut beliau monumen itu perlu. Alat kita membangun anak bangsa dan mengingat pahlawannya, kalau bukan mereka siapa lagi yang bisa menjaga harkat martabat bangsa," ujar Kartika menirukan ungkapan Sukarno..

Itulah sedikit cerita tentang Patung Dirgantara di Pancoran, warisan terakhir dari Presiden Sukarno untuk bangsa Indonesia. Semoga tetap lestari dan dapat menginspirasi para pemuda-pemudi Indonesia.




(rdy/ddn)

Hide Ads