Khawatir Penyebaran Corona, Machu Picchu Batal Dibuka Bulan Depan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Khawatir Penyebaran Corona, Machu Picchu Batal Dibuka Bulan Depan

Elmy Tasya Khairally - detikTravel
Minggu, 28 Jun 2020 06:03 WIB
Woman standing on a ledge and overlooking the Inca ruins of the city of Machu Picchu seen in the background.
Foto: Machu Picchu (iStock)
Peru -

Benteng Machu Picchu di Peru dijadwalkan akan buka kembali pada bulan Juli mendatang. Namun sayang, rencana ini akhirnya dibatalkan.

Dikutip dari Malaymail oleh detikcom, Minggu (28/6/2020), wisata favorit di Peru, Machu Picchu batal dibuka pada Juli setelah ditutup selama berbulan-bulan. Hal ini disebabkan oleh virus Corona yang dikhawatirkan akan terus menyebar dari turis-turis yang datang.

"Telah diputuskan bahwa itu (Machu Picchu) tidak akan dibuka pada 1 Juli," kata Wali Kota Machu Picchu, Darwin Baca, anggota UGM, grup manajemen Machu Picchu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Belum ditentukan kembali kapan pembukaan Machu Picchu secara resmi akan dilakukan. Padahal, rencana pembukaan pada bulan Juli ini akan memberikan tiket cuma-cuma pada warga Peru.

Serikat pekerja Machu Picchu lah yang memprotes pembukaan kembali destinasi di Peru ini. Mereka mengatakan bahwa dengan mengizinkan turis datang ke wilayah ini akan menyebabkan lonjakan infeksi.

ADVERTISEMENT

Pada pekan lalu, pejabat Peru telah mengumumkan bahwa benteng ini akan dibuka namun dengan jumlah pengunjung harian yang dikurangi, yaitu 675 orang, seperempat dari kondisi normal. Pemandu pun hanya akan memimpin tujuh orang pengunjung. Mereka yang memasuki kawasan wisata diharuskan memakai masker.

Menurut gubernur regional Cusco, Paul Benavente, rencana pembukaan kembali Machu Picchu ini berkaitan dengan pencabutan langkah-langkah perbatasan nasional yang berlaku sejak 16 Maret 2020. Bandara Peru tetap ditutup, begitu pula dengan banyaknya toko-toko yang belum menerima pelanggan.

Terlepas dari langkah paling awal dan paling ketat di Amerika Latin, negara ini mencatat jumlah kasus yang tinggi, yaitu mencapai 250.000, dengan 142 ribu sembuh dan 8.000 kematian.




(elk/ddn)

Hide Ads