"Silahkan, ada yang mau makan lem?" kata Kepala Sub Bidang Promosi Wilayah V Kemenparekraf Maria Bubun sambil menyodorkan benda lengket di dalam sebuah wadah kaca.
Pada Kamis (26/9/2013) kemarin, saat matahari masih sangat terik, detikTravel dan rombongan wartawan peliput Festival Sorong 2013 bersantap siang di rumah makan Hawion, Sorong, tak jauh dari kantor Walikota Sorong. Kami masih menatap heran dan Maria meyakinkan kami bahwa lem alias Papeda itu sangat enak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena sama-sama belum pernah mencoba, kami bertiga akhirnya manut. Apalagi beberapa warga yang asli Sorong pun ikut-ikutan mengiyakan dengan ekspresi berbinar. Ah, sayang benar kalau makanan lengket berwarna putih bening ini tak dicoba.
Sendokan pertama tak berhasil mengangkut Papeda dari wadahnya karena teksturnya sangat lengket. Ternyata cara mengambilnya memang ada teknik tersendiri. Dengan sumpit atau garpu di dua tangan, papeda diangkat dan digulung cepat hingga terputus.
Begitu suapan pertama masuk ke mulut, serempak kami berdecak dengan ekspresi takjub. Rasanya benar-benar nikmat. Tekstur kenyal papeda berpadu dengan rasa asam yang segar dari kuah ikan kuning. Benar-benar gurih dan memanjakan lidah.
Suapan pertama berlanjut dengan suapan kedua, ketiga dan sekejab sepiring papeda pun ludes sudah. Sensasinya makin kaya saat papeda jika dipadu dengan sayur kangkung dan bunga pepaya serta ikan kakap merah masak kuah kuning yang bertekstur lembut.
Papeda dibuat dengan mencampurkan air mendidih ke dalam serat pohon sagu. Makin bagus kualitas sagu akan berpengaruh pada papeda yang dihasilkan. Airnya juga tak bisa kebanyakan karena akan membuat papeda cair. Nah, papeda paling enak dimakan saat panas / hangat, sebab kalau sudah dingin akan tampak seperti lem aci.
Menu khas Sorong ini memang istimewa karena terbuat dari bahan sagu, berbeda dengan bahan beras yang sudah sangat lazim. Papeda juga disebut nasinya orang Indonesia Timur.
"Kalau ada Papeda saya tidak tertarik makan nasi," kata Maria.
Papeda bagus juga untuk cuci perut dan cuci darah juga, serta untuk suara. Makanya banyak penyanyi bagus dari Papua. Edo Kondologit hanya satu dari ribuan orang.
"Suara mereka bagus karena makan papeda, tidak ada makan nasi," kata Andi Naa, warga asli Sorong.
Tanpa iming-iming itu pun, kami sebenarnya mulai ketagihan. Tak sadar tangan pun mulai menyendok tambah. Bagaimana dengan Anda, tertarik mencoba 'lem' maknyus ini?
(shf/shf)
Komentar Terbanyak
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Foto: Momen Liburan Sekolah Jokowi Bersama Cucu-cucunya di Pantai
Layangan di Bandara Soetta, Pesawat Terpaksa Muter-muter sampai Divert!