Patung di Jamaika Ini Diprotes Karena Alat Kelaminnya Panjang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Patung di Jamaika Ini Diprotes Karena Alat Kelaminnya Panjang

- detikTravel
Selasa, 04 Nov 2014 07:53 WIB
Patung Redemption Song yang kontroversial (emancipationpark.org.jm)
Kingston - Sebuah monumen di Kingston, Jamaika sempat mendulang protes warga dan turis karena dianggap terlalu vulgar. Bukan hanya karena berupa patung pria dan wanita telanjang, namun ukuran alat kelaminnya juga jadi perdebatan.

Itulah kisah yang terjadi ketika Monumen Redemption Song diresmikan pada Juli tahun 2003 lalu di gerbang masuk Emancipation Park, Kingston, Jamaika. Emancipation Park juga dilengkapi dengan jogging track, kebun bunga, dan air mancur yang indah.

Taman ini dibangun sebagai simbol perjuangan melawan perbudakan dan kesetaraan rasial, demikian dikutip dari situs resmi taman tersebut, Selasa (3/11/2014). Atraksi utama dari taman ini adalah monumen setinggi 3 meter bernama Redemption Song.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Patung ini berwujud pria dan wanita telanjang dari kepala sampai paha, di tengah kolam. Kedua patung ini wajahnya menatap langit sebagai simbol kemenangan dan pulihnya jiwa yang merana akibat perbudakan di Jamaika ratusan tahun silam.

Lirik lagu Bob Marley, penyanyi legendaris Jamaika, dikutip di monumen ini. "None but ourselves can free our minds," begitu kata Bob Marley.

Patung yang dibuat seniman perempuan bernama Laura Facey ini konsepnya bagus dan mengena terhadap aspek sejarah. Namun, ketika baru diresmikan, yang muncul adalah kontroversinya karena dianggap terlalu vulgar bahkan dalam ukuran orang Jamaika.

Ini tidak lain karena proporsi tubuh patung yang dianggap berlebihan. Jika besar payudara patung wanita masih bisa dimaklumi, penis patung pria ini dinilai terlalu besar dan panjang.

Media massa lokal seperti Jamaica's Daily Observer dan media internasional salah satunya The Guardian dari Inggris, forum wisata, komunitas seni, sosial media, semuanya saat itu ramai membicarakan patung ini. Laura Facey dituding tergila-gila dengan kejantanan pria kulit hitam.

Turis pun mempertanyakan maksud patung ini. "Apakah wisatawan asing yang datang berpikir kalau Jamaika mempromosikan ketelanjangan," tanya Alfred Sangster, seorang pengunjung.

Ada juga pengamat yang membela Facey. "Kalau patung-patung Eropa penisnya kecil, bukan artinya Jamaika harus ikutan seperti itu," kata seorang kolumnis dari Jamaica's Daily Observer bernama Mark Wignall.

Lantas apa kata Facey? Dia mengatakan patung ini dibuat berdasarkan model sungguhan. "Ini proporsional sesuai bentuk tubuhnya. Saya tidak melebih-lebihkan," kilah Facey dikutip The Guardian dalam artikel berjudul 'Size Does Matter, Jamaicans Decide'.

Setelah satu dekade berlalu, perdebatan itu sepertinya sudah mereda. Pihak pengelola taman mempromosikan Monumen Redemption Song sebagai atraksi utama. Namun kalau masih ada bisik-bisik wisatawan, sepertinya sampai kapan pun patung ini akan selalu jadi omongan.

(shf/shf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads