Itulah kisah yang terjadi ketika Monumen Redemption Song diresmikan pada Juli tahun 2003 lalu di gerbang masuk Emancipation Park, Kingston, Jamaika. Emancipation Park juga dilengkapi dengan jogging track, kebun bunga, dan air mancur yang indah.
Taman ini dibangun sebagai simbol perjuangan melawan perbudakan dan kesetaraan rasial, demikian dikutip dari situs resmi taman tersebut, Selasa (3/11/2014). Atraksi utama dari taman ini adalah monumen setinggi 3 meter bernama Redemption Song.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lirik lagu Bob Marley, penyanyi legendaris Jamaika, dikutip di monumen ini. "None but ourselves can free our minds," begitu kata Bob Marley.
Patung yang dibuat seniman perempuan bernama Laura Facey ini konsepnya bagus dan mengena terhadap aspek sejarah. Namun, ketika baru diresmikan, yang muncul adalah kontroversinya karena dianggap terlalu vulgar bahkan dalam ukuran orang Jamaika.
Ini tidak lain karena proporsi tubuh patung yang dianggap berlebihan. Jika besar payudara patung wanita masih bisa dimaklumi, penis patung pria ini dinilai terlalu besar dan panjang.
Media massa lokal seperti Jamaica's Daily Observer dan media internasional salah satunya The Guardian dari Inggris, forum wisata, komunitas seni, sosial media, semuanya saat itu ramai membicarakan patung ini. Laura Facey dituding tergila-gila dengan kejantanan pria kulit hitam.
Turis pun mempertanyakan maksud patung ini. "Apakah wisatawan asing yang datang berpikir kalau Jamaika mempromosikan ketelanjangan," tanya Alfred Sangster, seorang pengunjung.
Ada juga pengamat yang membela Facey. "Kalau patung-patung Eropa penisnya kecil, bukan artinya Jamaika harus ikutan seperti itu," kata seorang kolumnis dari Jamaica's Daily Observer bernama Mark Wignall.
Lantas apa kata Facey? Dia mengatakan patung ini dibuat berdasarkan model sungguhan. "Ini proporsional sesuai bentuk tubuhnya. Saya tidak melebih-lebihkan," kilah Facey dikutip The Guardian dalam artikel berjudul 'Size Does Matter, Jamaicans Decide'.
Setelah satu dekade berlalu, perdebatan itu sepertinya sudah mereda. Pihak pengelola taman mempromosikan Monumen Redemption Song sebagai atraksi utama. Namun kalau masih ada bisik-bisik wisatawan, sepertinya sampai kapan pun patung ini akan selalu jadi omongan.
(shf/shf)
Komentar Terbanyak
Bisa-bisanya Anggota DPR Usulkan Gerbong Rokok di Kereta
Turis China Serang Petugas Imigrasi, Jilbab Ditarik Sampai Lepas
Kagetnya Hotel Syariah di Mataram, Putar Murotal Ditagih Royalti Rp 4,4 Juta