Wisata Kuliner Ekstrem, Berani Makan?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kuliner Ekstrem

Wisata Kuliner Ekstrem, Berani Makan?

Fitraya Ramadhanny - detikTravel
Kamis, 29 Jan 2015 07:10 WIB
Ulat sagu Papua (Fitraya/detikTravel)
Jakarta -

Wisata kuliner adalah salah satu kegiatan favorit ketika pergi liburan ke suatu tempat. Namun ada juga kuliner ekstrem yang terbuat dari hewan-hewan yang bagi sebagian orang menjijikan. Apakah Anda berani memakannya?

Salah satu yang menarik dari kegiatan traveling adalah kita mempelajari dan berkenalan dengan budaya setempat. Budaya itu juga artinya termasuk apa yang masyarakat lokal biasa makan. Nah, ada beberapa bahan makanan yang justru bagi orang yang asing adalah menjijikan. Travel Highlight Kuliner Ekstrem akan mengupas hal ini secara mendalam.

Istilah kuliner ekstrem lahir dari subjektifitas para traveler yang datang ke satu daerah. Bagaimana tidak, suatu makanan yang biasa bagi warga lokal, bisa dianggap aneh oleh orang lain dan sebaliknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Orang Indonesia makan jeroan, kaki ayam, durian, belalang dan ular kobra. Itu pasti dianggap aneh oleh orang Amerika latin, padahal di sana mereka juga memakan marmut atau kura-kura.

Bahkan sebagian orang Indonesia menganggap ekstrem makanan di bagian Indonesia yang lain. Di Indonesia Timur, masyarakat mengkonsumsi ulat sagu di Papua dan Maluku, cacing di NTB dan aneka hewan tidak lazim misalnya di Pasar Tomohon. Di Indonesia Barat, orang juga makan belalang atau ular.

Pengalaman menikmati ekstrem kuliner berlanjut ke Asia Tenggara. Gorengan serangga adalah camilan pasaran di setiap pasar malam di Bangkok. Laba-laba saja dimakan di Kamboja. Singapura yang modern dan maju, punya restoran kaki buaya, siapa sangka bukan?

Lebih luas lagi di Asia, China sudah dikenal dengan aneka sate-sate hewan yang aneh bin ajaib. Sate kalajengking, bintang laut dan aneka restoran yang mengolah penis hewan ada di sana. Orang Jepang malah terkenal mengkonsumsi ikan fugu yang beracun, salah masak bisa meninggal.

Makanan ekstrem juga dikenal sampai ke benua Afrika, Amerika Latin dan Eropa. Kucing dimakan di Pantai Gading, kodok dijus di Peru dan bahkan di Italia sekalipun ada keju yang difermentasi dengan larva lalat.

Intinya, makanan ekstrem ada dimana-mana dan dianggap normal untuk warga sekitar. Toh mereka baik-baik saja selama ini mengkonsumsi makanan tersebut. Namun jika wisatawan ingin mencobanya, memang butuh kiat-kiat khusus karena bahan makanan itu belum dikenali oleh tubuh kita.

Wisata kuliner ekstrem tentunya jadi tantangan sekaligus daya tarik di saat liburan. Menikmati makanan aneh bin ajaib menjadi pengalaman traveling yang tidak terlupakan. Kisah seru menikmati wisata kuliner, tentu menjadi cerita tak berkesudahan untuk dibawa pulang.

(fay/aff)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Travel Highlight Kuliner Ekstrem
Travel Highlight Kuliner Ekstrem
19 Konten
Artikel Selanjutnya
Hide Ads