Tega Deh, BAB Sembarangan di Jalur Pendakian Rinjani

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Rinjani Banyak Sampah

Tega Deh, BAB Sembarangan di Jalur Pendakian Rinjani

Faela Shafa - detikTravel
Jumat, 29 Mei 2015 16:57 WIB
Keadaan di dekat Danau Segara Anak (Iie/Istimewa)
Lombok - Memang, tidak ada toilet di area pegunungan. Tapi bukan berarti para pendaki bisa seenaknya buang hajat. Gunung Rinjani yang didera sampah, diperparah lagi dengan kotoran manusia di tepi jalur pendakian!

Membayangkannya saja sudah jijik, apalagi melihat atau membauinya langsung. Tapi inilah kenyataan yang telah terjadi selama bertahun-tahun. Pendaki buang air besar tanpa tahu bagaimana cara yang baik dan benar.

BACA JUGA: Lakukan 5 Hal Ini Kalau Ingin BAB Saat Naik Gunung

Bisa dibilang, area dari Pelawangan Sembalun ke Danau Segara Anak jadi area "WC umum" para pendaki. Tapi, sekarang makin parah karena sudah sampai di dekat jalan pendakian.

"Tahun 2012 saya naik Rinjani, dan di situ sudah ada beberapa bekas kotoran manusia yang dibungkus tisu saja, tidak dikubur pasir atau tanah," tutur Johan kepada detikTravel, Jumat (29/5/2015).

Saat ini, sisa kotoran manusia makin banyak ditemui di area tersebut. Makin parah, karena banyak yang tidak peduli pendaki lain dan asal membuang kotoran di jalur pendakian.

"Waktu malam-malam, ada yang teriak siapa yang buang air besar di dekat jalan," cerita Kevin kepada detikTravel.

Ini adalah hal mendasar yang harus diketahui setiap pendaki. Bagaimana cara membuang air besar yang baik dan benar selama naik gunung. Hanya menggali, dan kemudian menutupnya lagi dengan tanah atau pasir.

Penulis buku Mountain Climbing for Everybody, Harley Sastha pun menyebutkan bahwa setiap pendaki harus punya kemampuan dan pengetahuan naik gunung. Mengetahui cara buang air besar di gunung pun harus dikuasai.

Secara tidak langsung, pendaki yang tak bertanggung jawab ini sudah melakukan polusi udara. Selain bau yang tak sedap, kotoran yang dibiarkan begitu saja juga bisa jadi sumber penyakit.

Cara terbaik menikmati alam adalah dengan berbagi bersama orang lain. Tingkatkan pengetahuan dan toleransi, jadilah pendaki yang cerdas.

(Faela Shafa/Fitraya Ramadhanny)

Hide Ads