Siapa yang pantas disematkan sebagai ikon petualang alam liar Indonesia? Banyak traveler menyebut Cahyo Alkantana. Dari diving sampai paragliding, semuanya dia coba.
"Tidak juga kalau dibilang sebagai ikon petualang alam liar. Tapi kalau banyak yang bilang begitu, terserah saja," ujarnya membuka percakapan dengan detikTravel, Selasa (20/10/2015) kemarin.
Silakan cari sendiri profil Cahyo Alkantana di internet. Pasti keluar banyak informasi mengenai dirinya yang tidak jauh-jauh dari diving, jelajah gua dan segala hal berbau adventure. Tak ayal, dirinya sudah keliling Indonesia dan dunia!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi begini, kerjaan saya sebenarnya membuat film-film dan foto-foto mengenai adventure yang lebih ke arah dokumenter. Pernah tayang di stasiun TV Indonesia atau di luar negeri (National Geographic). Jadi, pekerjaan sayalah yang membuat saya sebagai sekarang ini," tuturnya.
Semua jenis adventure sudah dicicipinya. Yang baru, Cahyo lagi suka bermain paramotor yakni semacam paragliding tetapi memakai mesin baling-baling di punggung. Satu lagi, dia mengaku sedang mengenalkan canyoning yang berupa menuruni air terjun dengan tali. Ekstrem!
Bagi Cahyo, dia lebih suka menjadi seorang diver atau penyelam. Dia pun memegang lisensi selam sebagai instruktur selam dari PADI (Professional Association of Diving Instructors) organisasi pelatihan penyelam terbesar dari AS.
"Indonesia sebenarnya surga bagi penyelam. Indonesia ini termasuk dalam kawasan coral triangle di dunia, yang mana dari ujung barat sampai ujung timurnya sangat indah. Wakatobi, Raja Ampat, semuanya indah-indah," tuturnya.
Pria berusia 50 tahun ini sedikit bercerita mengenai pengalaman diving yang paling ekstrem. Salah satunya, ketika sedang menyelam di Sabang, Aceh tahun 2014 silam. Ketika Aceh dilanda tsunami, Cahyo kala itu berada di bawah permukaan air!
Selain menyelami laut, Cahyo lebih suka memilih menjelajahi gua daripada mendaki gunung. Tak heran, dirinya pernah menjadi ketua Hikespi (Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia) dan jadi pengelola Gua Jomblang di Gunungkidul.
"Kalau gua yang paling berat, itu Gua Barat di Gombong Selatan, Jawa Tengah. Gua itu punya ratusan air terjun yang bisa dipanjat dan sangat berat, saya saja butuh 10 jam untuk bisa tembus," paparnya.
Gua Jomblang sendiri tak kalah menarik. Bukan tentang 'cahaya surga', tapi tentang cave diving di sana. Jadi, di dalam guanya traveler bisa menyelam seperti di laut. Namun bahayanya, daya pandang di dalam airnya kurang bagus dan arusnya bisa tiba-tiba kencang tanpa bisa diprediksi. Bagi Cahyo, cave diving di Gua Jomblang adalah cave diving paling berbahaya di dunia!
"Tidak, tidak ada paket cave diving di Gua Jomblang karena terlalu berbahaya," katanya ketika ditanya adakah paket wisata cave diving di Gua Jomblang.
Di luar negeri, Cahyo mengaku ada banyak titik selam yang oke punya. Afrika Selatan, Madagaskar sampai Kepulauan Salomon memiliki panorama sendiri yang berbeda-beda. Bukan cuma luar negeri, Indonesia sendiri pun sudah beragam hal yang dilihat dari tiap titik selamnya.
Pengalaman-pengalaman Cahyo, sudah pasti tidak dapat muat dalam satu artikel ini. Mari sekarang kita ulik, sebenarnya sudah dari kapan sih Cahyo memulai kegiatan adventure?
"Begini, saya saat SD sudah menjadi atlet silat. Ketika itulah, saya ditempa di alam seperti meditasi, naik gunung, masuk ke gua dan lainnya. Dari situ saya tangkap, alam mampu menempa saya untuk punya insting lebih tajam dan fisik serta mental yang lebih kuat. Penempaan diri saya ada di alam!" ungkapnya.
Maka sejak saat itu, Cahyo mulai melakukan traveling ke berbagai tempat. Dia semakin rajin jalan-jalan di alam bebas yang bertujuan untuk membuat dirinya menjadi manusia yang lebih kuat. Bahkan semasa kuliah di Universitas Atma Jaya di Yogyakarta, Cahyo 5 tahun menjadi ketua pecinta alam kampusnya.
"Tapi, aliran pecinta alam saya bukan yang freedom seperti merokok, mabuk-mabukan atau memakai celana sobek-sobek. Saya datang ke alam dengan niat untuk menempa diri saya, menempa mental, fisik dan pengetahuan. Alhamdulillah, sampai saat ini saya tidak pernah merokok karena saya tahu, saya tidak butuh itu," tegasnya.
Cahyo mengakui, apa yang sudah dilakukan dari kecil sangat terasa sampai sekarang. Dirinya sudah punya modal yang oke untuk menjadi seorang petualang di alam liar. Meski sudah kepala lima, dia pun tidak akan pernah berhenti bertualang. Terakhir, Cahyo memberikan sedikit tips kepada kamu, petualang-petualang muda untuk menjadi petualang sejati.
"Untuk adik-adik, kamu harus disiplin, bertanggung jawab pada diri sendiri, punya perilaku yang baik kepada alam dan smart. Tekuni apa yang kamu yakini akan berhasil. If you want, you can do it. Itu prinsip saya," tutup Cahyo.
(/)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!