Perusakan Bunga Bangkai, Vandalisme Paling Parah di Kebun Raya Cibodas

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Perusakan Bunga Bangkai, Vandalisme Paling Parah di Kebun Raya Cibodas

Kurnia Yustiana - detikTravel
Senin, 01 Feb 2016 16:50 WIB
Perusakan Bunga Bangkai, Vandalisme Paling Parah di Kebun Raya Cibodas
Foto: Bunga bangkai yang rusak (LIPI/Facebook)
Cianjur - Bunga bangkai di Kebun Raya Cibodas tongkolnya patah akibat pelemparan batu oleh turis jahil. Vandalisme ini pun termasuk yang terparah di kebun raya itu.

Vandalisme belum lama ini terjadi di Kebun Raya Cibodas, Cianjur. Tongkol atau spadix bunga bangkai (Amorphophallus titanium) yang sedang mekar patah. Hal ini diyakini sebagai akibat dari ulah pengunjung yang melempar batu ke bunga, sehingga pertumbuhan terganggu dan tongkol pun patah.

Sebelumnya, keisengan pengunjung melempar batu atau mencoret-coret di lingkungan Kebun Raya Cibodas memang pernah terjadi. Tapi tak pernah sampai mengakibatkan kerusakan parah seperti patahnya tongkol bunga bangkai yang langka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Coret-coret ya pernah. Kalau yang sebelumnya pernah (tongkol) patah, kalau nggak salah tahun 2000-an. Tapi itu patah karena pengaruh ketinggian, bukan dilempar batu. Kalau yang kemarin memang ada gangguan sehingga tongkol miring, tidak kuat, sehingga patah," ujar Kepala UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas-LIPI, Agus Suhatman dalam wawancara telepon dengan detikTravel, Senin (1/2/2016).

Ia mengatakan bahwa dulu memang pernah ada bunga bangkai yang pertumbuhannya bagus hingga beberapa meter. Tapi kemudian, karena tidak terlalu kuat maka tongkolnya patah. Pertumbuhan yang terganggu ini diteliti kemudian diketahui salah satu penyebabnya adalah lokasi tumbuhnya bunga.

Di alam bebas, bunga bangkai biasanya bisa tumbuh di lokasi dengan ketinggian 400 meter. Tapi saat itu, bunga dicoba dikembangbiakkan di ketinggian 1.200 meter.

Sedangkan yang baru-baru ini terjadi, memang akibat dari vandalisme. Padahal bunga bangkai yang endemis Indonesia itu harusnya bisa mekar dan dinikmati keindahannya, bukan dirusak.

"Kami berharap masyarakat peduli, tanaman bisa dinikmati. Kepedulian masyarakat masih harus ditingkatkan," tutur Agus. (krn/krn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads