Mengabadikan fenomena gerhana matahari total tentunya membutuhkan sejumlah persiapan yang matang dan tidak sembarangan. Persiapan yang matang tentunya akan menunjang traveler untuk dapat mengambil foto gerhana yang sempurna. Ingat, ini adalah momen langka yang sangat jarang terjadi.
Dilansir detikTravel dari situs astronomi Langit Selatan, Rabu (2/3/2016) berikut adalah 5 hal penting yang perlu diperhatikan sebelum mengabadikan gerhana matahari total di langit Indonesia:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mendapat foto gerhana yang baik dan tidak membosankan, traveler bisa memasukkan komposisi ke dalam foto. Contohnya Anda bisa memasukkan foreground berupa pantai dengan batu granit di Belitung, atau Jembatan Empat jika memotret di Kota Palu.
Dimunculkannya landmark kota sebagai foreground saat langit menghitam akibat gerhana total tentunya akan memberikan efek foto yang dramatis dan alami tanpa dibuat-buat. Traveler juga dapat memberikan kesan kelam yang terjadi saat gerhana total terjadi.
Namun tidak ada salahnya juga apabila Anda ingin fokus memotret gerhananya saja tanpa foreground. Tapi komposisi pun tetap diperlukan, apakah Anda ingin memposisikan gerhana di bagian tengah atau pinggir frame kamera.
2. Ketahui jenis kamera yang bisa digunakan
Sebelumnya perlu diketahui, bahwa kamera jenis apapun dapat digunakan untuk memotret gerhana matahari total. Hal itu berlaku untuk kamera analog yang masih menggunakan roll negatif hingga kamera digital yang menggunakan sensor elektronik seperti kamera ponsel hingga CCD khusus astronomi.
Bagi pengguna kamera analog perlu diketahui, bahwa fenomena gerhana total hanya akan terjadi begitu cepat selama beberapa menit saja. Kapasitas kamera analog yang hanya memiliki 24 hingga 36 roll film negatif bisa menjadi keterbatasan saat harus mengganti roll film yang membutuhkan waktu, walau hasil tidak kalah.
bagi yang memakai kamera digital, ketahui juga kelebihan dan kekurangan kamera yang digunakan. Mulai dari segi teknis kamera masing-masing hingga format apa yang ingin digunakan, apakah Jpeg atau RAW yang memiliki ukuran dan kualitas masing-masing. Pastikan juga bawa memori yang banyak untuk jaga-jaga.
3. Siapkan filter matahari
Saat gerhana matahari total mencapai puncaknya, traveler memang bisa melihat dan memotret gerhana dengan mata telanjang dan lensa biasa. Namun jika ingin memotret keseluruhan fase gerhana dari awal hingga akhir, tentunya butuh filter matahari.
Secara teknis, filter matahari berfungsi sebagai pelindung dan bekerja untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang menyinari mata dan lensa kamera. Contohnya filter matahari tipe ND5 yang punya rasio pengurangan intensitas 1:100.000. Jadi dari 100.000 intensitas cahaya, hanya 1 yang bisa terlewati.
Traveler pun harus selektif untuk memilih bahan dari lensa matahari. Pastikan hanya menggunakan filter dengan bahan kaca yang dilapisi metal,plastik perak Mylar, Black Polymer, atau resin berlapis logam untuk keamanan mata.
Untuk rekomendasi, gunakalanlah flter Off-Axis dan Full Aperture. Kedua filter tersebut diletakkan di depan optik teleskop atau lessa kamera untuk menyaring cahaya matahari sebelum tertangkap mata. Tapi perlu diketahui kalau filter Full Aperture lebih mahal ketimbang Off-Axis yang membutuhkan setting lebih lanjut.
4. Jangan lupa tripod
Layaknya memotret bintang atau pemandangan di malam hari, tentunya traveler akan membutuhkan tripod untuk menangkap momen gerhana matahari total secara fokus dan stabil. Pastikan juga Anda memakai tripod dengan bahan yang baik agar kamera tidak bergoyang.
Momen langka ini terjadi selama ratusan tahun sekali. Jangan sampai foto momen gerhana harus kacau akibat goyangan yang terjadi saat proses pengambilan foto. Jangan sampai menyesal di akhir.
5. Pahami fase gerhana dari awal hingga akhir
Aturan dalam fotografi menyebutkan, lakukan lah riset sebelum memotret objek foto yang ingin diabadikan agar mendapat hasil terbaik. Hal itu pun perlu Anda lakukan sebelum memotret momen gerhana matahari total untuk mengetahui sudut pandang dan eksposure yang baik.
Fase pertama adalah gerhana parsial, momen di mana piringan bulan pertama kali menyentuh piringan matahari. Pada momen ini Anda dapat memoret momen di mana matahari tertutup sebagian seperti bulan sabit. Tentu harus menggunakan filter matahari.
Kemudian fase menjelang total, saat di mana bulan mulai menutupi piringan matahari yang terjadi dalam hitungan detik. Pada momen ini matahari akan mulai tertutup dan emnampilkan cahaya korona yang mengkilap seperti cincin.
Lalu fase total dan korona matahari di mana langit akan tertutup oleh cahaya senja yang menghitam. Walau tidak segelap langit malam, namun prosesnya akan berlangsung cepat seperti saat matahari terbit dan tenggelam. Saat itu gunakanlah teknik multiple eksposure untuk menangkap momen berbeda untuk disatukan nantinya.
Terakhir adalah fase total yang merupakan klimaks dari gerhana matahari total. Pada fase itu akan tampak Diamond Ring Effect dan Daily's Bead yang akan menjadi kesempatan kedua apabila kurang puas pada kesempatan awal.
Pada akhirnya pengetahuan tentang kamera dan fase gerhana matahari total akan sangat berpengaruh pada hasil foto yang akan didapat. Ingat, practise makes perfect. Semoga berhasil mengabadikan momen gerhana dengan sebaik-baiknya. (rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan